Artikel Landasan Psikologi Pendidikan
Psikologi
yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek
(Yunani), yaitu: 1) psyche yang
berarti jiwa; 2) logos yang berarti
ilmu. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa. Sebelum menjadi
disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu
kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Karena
kontak dengan berbagai disiplin ilmu itulah, maka timbul bermacam-macam
definisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti:
- Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the sscience of mental life);
- Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
- Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)
Selanjutnya,
dalam Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981) membatasi arti
psikologi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas
gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa” dalam ensiklopedia ini dibatasi pula
bahwa gejala dan kegiatan jiwa tersebut meliputi respons organisme dan
hubungannya dengan lingkungan.
B. Definisi
Pendidikan
Pendidikan
berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan member
latihan. Dalam memelihara dan member latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya,
pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam
pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman,
dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas
dan representative (mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah …. The
total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost
all life’s experiences (Tardif, 1987). (seluruh tahapan pengembangan
kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses pengunaan
hamper seluruh pengalam kehidupan).
Dalam
Dictionary of Psychology (1972) Pendidikan
diartikan sebagai…. The institusional
procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge,
habits, attitudes, etc. usually the term is applied to formal institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang
bersifat kelembagaan (seperi sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan,
sikap, dan sebagainnya. Pendidika dapat berlangsung secara informal dan nonformal
disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-intitusi
lainnya. Bahkan, menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung
dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction).
Selanjutnya,
menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) Pendidikan adalah usaha secara sengaja
dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke dewasaan
yang lalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala
perbuatannya… orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas
dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. Misalnya guru
disekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan. Kepala-kepala asrama
dan sebagainya.
C. Definisi
Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi
itu sendiri, mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori,
konsep, dan metode sendiri. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi
pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan adalah Arthur S. Reber (1988)
seorang guru besar pada Brooklyn College, University of New York City,
University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck
Austria. Dalam pandangannya, psikolgi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
psikolgi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna
dalam hal-hal sebagai berikut.
1.
Penerapan
prinsip-prinsip belajar dalam kelas
2.
Pengembangan
dan pembaharuan kurikulum
3.
Ujian
dan evaluasi bakat kemampuan
4. Sosialisasi
proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah
kognitif
5.
Penyelenggaraan
pendidikan keguruan
Secara
lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985) mendefinisikan psikologi pendidikan
adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai
seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif. Tekanan
definisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi
antaraguru-siswa dalam kelas.
Sementara
itu, Tardif (1987) mendefinisikan psikologi pendidikan cenderung menganggapnya
semata-mata sebagai ilmu terapan. Baginya, psikolgi pendidikan adalah sebuah
bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku
manusia untuk usaha-usaha pendidikan. Adapun ruang lingkupnya, meliputi:
1. Context
of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan denagn mengajar
dan belajar)
2.
Process
of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam menagajar dan belajar)
3. Outcomes
of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan
belajar)
Selanjutnya,
perlu penyusun kemukakan bahwa berdasarkan pertimbanagn definisi-definisi di
atas dan diperkuat kenyataan sehari-hari, dapat dipastikan bahwa disiplin
psikologi pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan atau
tindak-tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh karenannya, psikolgi
pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian
1. Siswa,
yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor
yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai
2. Guru,
yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode,
model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian
materi pelajaran.
Kajian
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja & Sulo, 2008: 106).
Kecerdasan umum (intelegensi) atau kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat)
dipengaruhi oleh kemampuan potensial, namun kemampuan potensial itu hanya akan
aktual apabila dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual
terbentuk karena adanya pengalaman.
Definisi
psikologi pendidikan menurut Whiteringtone (dalam Irham dan Novan, 2013:18)
adalah sebuah studi yang sistematis tentang faktor-faktor dan proses kejiwaan
yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Sebagai cabang ilmu psikologi,
psikologi pendidikan mempelajari tentang penerapan berbagai teori-teori
psikologi dalam dunia pendidikan terhadap peserta didik dan pendidik dalam
proses pembelajaran. Aplikasi dalam praktik proses pembalajaran diwujudkan
dalam usaha-usaha yang dilakukan pendidik untuk memunculkan sikap dan prilaku
diharapkan, atau mengurangi bahkan menghilangkan sikap dan prilaku yang tidak
diinginkan pada peserta didik selama proses pembelajaran.
Psikologi
pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya
lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik
maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama
yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
D. Psikologi
Perkembangan
Perkembangan
adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara
mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal.
Ada
tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang
dimaksud adalah: (Nama Syaodih, 1988).
1. Pendekatan pertahapan. Perkembangan individu
berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini
memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha
melihat karakteristik setiap individu.
Pendekatan
pentahapan ada dua macam, yaitu yang bersifat menyeluruh dan yang bersifat
khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor
yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang
bersifat khusus hanya mempertimbangkan faktor tertentu saja sebagai dasar
menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pertahapan Piaget, Koglberg,
dan Erikson.
Menurut
Crijns(tt) periode atau tahp perkembangan manusia secara umum adalah sebagai
berikut:
1.
Umur
0 – 2 disebut masa bayi.
2.
Umur
2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak.
3.
Umur
5 – 8 tahun disebut masa dongeng.
4.
Umur
9 – 13 tahun disebut masa Robinson Crusoe (nama seorang petualang)
5.
Umur
13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan
6.
Umur
14 – 18 tahun disebut masa puber.
7.
Umur
19 – 21 disebut masa adolesen.
8.
Umur
21 tahun ke atas disebut masa dewasa.
Dilihat
psikologi perkembangan menurut Rousseau, dia membagi masa perkembangan anak
atas empat tahap, yaitu:
1.
Masa
bayi dari 0 – 2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2. Masa
anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitive.
3. Masa
pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan
untuk berpetualang.
4.
Masa
adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksuak menonjol, social, kata hati,
dan moral.
Stanley Hall penganut teori evolisi dan teori
Rekapitulasi menbagi masa perkembangan anak sebagai berikut:
1.
Masa
kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan bintang.
2.
Masa
anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
3.
Masa
muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya.
4.
Masa
adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst
menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut: (Mulyani, 1988)
1.
Tugas
perkembangan masa kanak-kanak.
2.
Tugas
perkembangan masa anak.
3.
Tugas
perkembangan masa remaja.
4.
Tugas
perkembangan masa dewasa awal.
5.
Tuags
perkembangan masa setengah baya.
6.
Tugas
perkembangan orang tua.
Pembahasan tentang psikologi
perkembangan ini mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi, dan
kemampuan belajar atau dapat disingkat menjadi teori perkembangan umum, kognisi
dan afeksi, member petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dalam
mengoperasikan pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham akan taha[-tahap
perkembangan ini agar ia dapat membantu perkambangan anak-anak secara optimal
pada segala jenjang dan tingkat sekolah.
E. Psikologi
Belajar
Secara psikologis, belajar dapat
didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna.
Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah
laku yang terjadi harus secara sadar.
Belajar adalah perubahan perilaku yang relative
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat,
atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979)
sebagai berikut :
1. Kontiguitas, memberikan
situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang
diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2.
Pengulangan, situasi dan
respon anak diulang-diulang atau dipraktikkan agar belajar lebih
sempurna dan lebih tahan lama diingat.
3. Penguatan, respons yang
benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu.
4.
Motivasi positif dan
percaya diri dalam belajar
5.
Tersedia materi pelajaran
yang lengkap untuk memancing aktifitas anak-anak.
6.
Ada upaya membangkitkan
ketrampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7.
Ada strategi yang tepat
untuk mengaktifkan anak-anak dalam faktor dalam pengajaran.
8.
Aspek-aspek jiwa anak harus
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.
Dari berbagai macam teori belajar, maka ada tiga
teori belajar yang dapat dikemukakan yaitu :
1.
Teori
belajar klasik dimana teori ini masih tetap dimanfaatkan, antara lain untuk
menghafal perkalian dan melatih soal-soal (disiplin mental). Teori naturalis
bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2. Teori
belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata,
seperti rajin, mendapatkan skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3. Teori-teori
belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi yang rumit yang membutuhkan
pemahaman, untuk memecahkan masalah, dan untuk mengembangkan ide.
F. Psikologi Sosial
F. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang dimasyarakat, yang mengombinasikan ciri-ciri psikologi
dengan ilmu social untuk mempalajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antarindividu (Hollander, 1981) .Dengan demikian psikologi ini akan mencoba
melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.
Motivasi merupakan salah satu aspek psikologi
sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk berpartisipasi di
masyarakat. Sehubungan dengan ini, pendidik punya kewajiban untuk menggali
motivasi anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di
sekolah.
Berikut intisari konsep-konsep penting tentang
psikologi sosial :
1.
Pembentukan
kesan pertama ditentukan oleh :
a.
Kepribadian
yang diamati
b.
Perilaku
orang tersebut
c.
Latar
belakang situasi waktu mengamati
2. Persepsi
diri sendiri bersumber dari perilaku kita yang overt dan persepsi kita
terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan.
3. Sikap
muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan pengkondisian serta dengan
mempelajari sikap para tokoh.
4.
Motivasi
ditentukan oleh factor-faktor :
a.
Minat
dan kebutuhan individu
b.
Persepsi
terhadap tugas yang menantang
c.
Harapan
sukses
5.
Keintiman
hubungan yang disebut penetrasi sosial akan terjadi manakala perilaku
antarpribadi diikuti oleh perasaan subjektif.
6.
Perilaku
agresif disebabkan oleh :
a.
Watak
berkelahi
b.
Gangguan
dari pihak lain
c.
Putus
asa
Jenis-jenis perilaku agresif adalah :
a.
Agresif
antisosial, seperti memaki-maki
b.
Agresid
proposial, seperti menembak teroris
c.
Agresif
sanksi, seperti menampar orang yang melecehkannya
7. Altruism
adalah hasil kasih saying yang tidak diharapkan balasan.
8.
Kesepakatan
atau kepatuhan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok.
9. Ada
sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki-laki dan anak
perempuan. Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga karena pengalaman dan
pendidikan.
10. Peranan pemimpin cukup menentukan
keberhasilan tugas-tugas kelompok.
G. Kesiapan
Belajar dan Aspek-aspek Individu
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan
seseorang untuk mendapatkan keuntungan
dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian
dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi
situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan ini bergantung pada tingkat kematangan
intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya
distruktur (Connel, 1974).
Connel (1974) menulis bahwa sejumlah hasil
penelitian mengatakan bahwa motivasi atau kesiapan afeksi belajar di kelas
bergantung pada kesiapan motif atau kebutuhan berprstasi, orientasi motivasi
itu sendiri, dan factor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan
motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah mengejar
kompetensi, usaha mengaktualisasi diri, dan usaha berprestasi. Hal ini dikenal
dengan istilah kebutuhan untuk berprestasi, salah satu kebutuhan dalam teori
motivasi McClelland.
Bagi pendidik di sekolah, baik intervensi pada
umur-umur muda maupun melayani motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih
tua perlu dilakukan pada setiap saat. Sebab motivasi ini merupakan modal
pertama bagi anak-anak untuk grmar belajar.
Dalam proses pendidikan peserta didiklah yang harus
memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu
berkembang sendiri. Pendidikan harus memerlakukan dan melayani perkembangan
mereka secara wajar. Karena peserta didik sebagai individu, maka ada pula orang
menyebutnya sebagai subjek didik. Perlengkapan peserta didik sebagai subjek
dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
1.
Watak
2.
Kemampuan
umum atau IQ
3.
Kemampuan
khusus atau bakat
4.
Kepribadian
5.
Latar
belakang
Pendidikan akan menghadapi banyak sekali ragam
subjek, yang hampir dapat dikatakan bahwa tiak ada orang yang persis sama satu
dengan yang lain. Itulah sebabnya dalam pendidikan sering disebut bahwa subjek
didik adalah unik.
Walaupun setiap individu dikatakan unik, namun
aspek-aspek individu mereka dalah sama, sebab aspek-aspek ini diberi nama sendiri
oleh para ahli. Pendapat mereka tentang struktur jiwa manusia pada umumnya ada
kesamaan satu dengan yang lain. Mereka membagi jiwa itu menjadi tiga fungsi
yaitu afeksi, kognisi dan psikomotor. Namun ada juga yang membagi afeksi
menjadi dua yaitu perasaan dan kemauan, sehingga terdapat empat fungsi jiwa
yaitu perasaan, kemauan, pikiran dan keterampilan.
Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau
aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :
1.
Rohani
:
a.
Umum
:
1)
Agama
2)
Perasaan
3)
Kemauan
b.
Sosial
:
1)
Kemasyarakatan
2)
Cinta
tanah air
2.
Jasmani:
a.
Keterampilan
b.
Kesehatan
c.
Keindahan
tubuh
DAFTAR
PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin.
2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA
1 komentar:
Terimakasih atas infonya sangat bermanfaat. Untuk referensi silahkan kunjungi www.fpsi.gunadarma.ac.id