Makalah Konsep Dasar Antropologi (BAB II)
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos
yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi
mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal
dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu
antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi
tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Para ahli
mendefinisikan antropologi sebagai berikut :
1. Koentjaraningrat
Antropologi
adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
2. William A.
Havilan
Antropologi
adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian
yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3. David Hunter
Antropologi
adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.
Fase-Fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1.
Fase Pertama
(Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad
ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia.
Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya
mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku
yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian
mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan
etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul
usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase
ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka
menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang
tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada
fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase
ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun
koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa
asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa
serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara
Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya.
Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk
kepentingan pemerintah kolonial.
4.
Fase keempat
(setelah tahun 1930’an)
Pada fase
ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan
bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang
Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan
membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.
Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan
yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan.
Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah
menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses perubahan tersebut
menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk
pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman
Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
Ilmu-Ilmu Bagian Dari Antropologi
Paleo-antropologi, Antropologi fisik, Etnolinguistik, Prehistori, Etnologi, Paleoantropologi dan antropologi fisik disebut
antropologi fisik dalam arti luas. Etnolinguistik, prehistori dan etnologi disebut
antropologi budaya.
Konsep Dasar Antropologi
Seperti telah
dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam
konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang bermakna
dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan kemajuannya adalah kebudayaan.
Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk jamak dari Buddhi yang berarti
budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa sansekerta.
Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan budi atau akal.
Mengenai kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa
konsep dari beberapa pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan : Kebudayaan
adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara sosial
melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat
manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan,
industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja,
melainkan meliputi juga peralatan
material atau artefak yang merupakan penjelmaam kemampuan budaya yang menghasilkan
pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan, senjata, mesin, media
komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa,
tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal yang
merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia.
Konsep yang dikemukakan
oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang bahwa kebudayaan itu hanya
menjadi milik otentik manusia. Dari konsep tadi, tercermin pula konsep-konsep
dasar antropologi yang melekat pada kehidupan manusia. Namun demikian,
konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan kembali secara lebih lengkap.
Konsep-konsep dasar itu meliputi : KebudayaaN, Tradisi, Pengetahuan,
Ilmu, Teknologi, Norma, Lembaga Seni, Bahasa, Lambang.
Tradisi
adalah kebiasaan-kebiasaan yang terpolakan secara budaya dimasyarakat.
Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena telah berlangsung secara
turun-temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun demikian, karena
pengaruh komunikasi dan informasi yang terus-menerus melanda kehidupan
masyarakat, tradisi tadi mengalami pergeseran. Paling tidak berubah bila
dibandingkan dengan maksud semula dalam konteks budaya masa lampau. Tata
upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada
saat ini tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai
suatu bentuk ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan
silaturrahmi, bahkan hanya sebagai hiburan.
Dalam lingkup
antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan teknologi merupakan konsep
dasar yang terkait dengan budaya belajar. Tiga konsep dasartersebut saat ini
biasa dijadikan satu sebagai IPTEK. Penyatuan tiga konsep tersebut sangat
beralasan, karena ketiganya sangat srat satu sama lain. jika pengetahuan
merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui, sedangkan
ilmu merupakan pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun) yang
berkarakter tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang
dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta
diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih acak.
Adapun penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember daya bagi
kepentingan manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan mengetahui kondisi
tiap kelompok masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan dan kemampuan IPTEKnya,
kita semua akan mampu memahami dan menghargai keadaan masyarakat yang
bagaimanapun dan dimanapun.
Konsep lain yang
memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan budaya adlah nilai serta
norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun demikian memiliki
perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai anggota masyrakat
melekat apa yang di katakana baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan
tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang
mengatur , membatasi, dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang
tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua ,
di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai. Dalam tindakan,
perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan
aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai dan
berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada ukuran
dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya,
Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun, pergaulan antar
kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu
konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas. Bahsa sebagai suatu
konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis atupun lisan,
melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar rangkaian
kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa anak,
remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan
nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat
mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain.
Bahasa merupakn alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera.
Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat. Konsep dasar
antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar. Sesungguhnya, bahasa
itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di mana ungkapan bahasa
mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin bahwa bahasa menjadi lambang
bagi suatu bangsa. Hal tersebut dapat di tafsirkan bahwa bangsa yang bahasa dan
tutur katanya baik, mencerminkan bahwa bngsa tersebut juga termasuk bangsa yang
baik. Lambang-lambang selanjutnya seperti, bendera bagi suatu bangsa, tanda
pangkat dan tanda jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi suatu kelompok
masyarakat atau bangsa. Semua itu mempunyai makna masing-masing. Contoh
mengenai tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada terbuat
dari napa tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan, kewibawaan,
kehormatan atau penghargaan. Demikianlah makna lambang dalam kehidupan
berbudaya dan bermasyarakat.