Artikel Evaluasi Program Full (BAB II)


PEMBAHASAN
      A.    Definisi  
      1.      Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu aktivitas, program, atau proyek dengan cara membandingkan dengan tujuan yg telah ditetapkan, dan bagaimana cara pencapaiannya (Mulyono 2009). Sedangkan menurut Rika Dwi K. (2009) Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan.
Viviane dan Gilbert de Lansheere (dalam  Inggit Kurniawan, 2009) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Zulharman (2007) Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
2.      Definisi Evaluasi program
Evaluasi program adalah proses untuk mendeskripsikan dan menilai suatu program dengan menggunakan kriteria tertentu dengan tujuan untuk membantu merumuskan keputusan, kebijakan yang lebih baik. Pertimbangannya adalah untuk memudahkan evaluator dalam mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sesuai dengan ketentuan atau tidak (Edison, 2009).
3.      Definisi Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.

B.     Jenis-Jenis Teknik Pengumpulan Data Evaluasi
Adapun Jenis-Jenis Teknik Pengumpulan Data Evaluasi Program sebagai berikut:
1.      Teknik Observasi
a.     Pengertian
Pengertian Metode Observasi Definisi Menurut Para Ahli Dalam Penelitian - Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
b.     Tujuan
Mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
c.      Macam-macam
1.     Observasi berpartisipasi àkan konselor terlibat dengan kegiatan konseli yang diamati.
2.     Partisipasi Pasif  àkan mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
3.  Partisipasi Moderat àkan partisipatif pada beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan.
4.    Partisipasi Aktif ikut melakukan apa yang dilakukan konseli, tapi belum sepenuhnya lengkap.
5.     Partisipasi Lengkap terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber.
6. Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation). konselor menyatakan terus terang kepada sumber data/konseli bahwa dia sedang observasi.
7. Observasi tidak berstruktur (unstructured observation) digunakan jika fokus pengamatan belum jelas
d.      Data yang diperoleh
Kumpulan data kepribadian, seperti karakter, minat, penyesuaia, sikap, kebiasaan, dll serta data tentang lingkungan individu yang akan kita pahami, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dll.
e.       Langkah-langkah
1.      Pelajari dulu apa observasi itu
2.      Pelajari tujuan pengamatan
3.      Buat cara mencatat yang sistematis
4.      Lakukan observasi secara cermat dan kritis
5.      Catat masing-masing gejala secara terpisah menurut kategorinya
6.      Waktu yang tersedia
7.      Hubungan dengan pihak yang diobservasi (observee)
8.      Intensitas dan ekstensi partisipasi
f.       Instrument observasi
1.      Pedoman observasi
2.     Daftar cek (check list) berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang hendak diteliti.
3.      Skala penilaian (rating scale) pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya
4.   Catatan Anekdot (anecdotal records) catatan-catatan yang dibuat mengenai tingkah laku luar biasa (typical behaviour)
5.      Alat-alat mekanik (mechanical devices)
g.      Hal yang perlu diperhatikan
1.      Mengetahui dimana observasi dapat dilakukan,
2.      Menentukan siapa-siapakah yang akan diobservasi,
3.      Mengetahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan
4.      Harus mengetahui bagaimana cara mengumpulkan data,
5.      Mengetahui cara-cara mencatat hasil observasi.
h.      Kelebihan dan kekurangan
 Kelebihan Observasi :
1.      Melihat langsung apa yang dikerjakan
2.      Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan
3.      Mendapat informasi yang tidak didapat dari percobaan/survey,
4.      Menghindari penyaringan atau kelupaan responden,
5.     Memperoleh informasi tentang konteks lingkungan, dan mengoptimalkan keaslian dari lingkungan.
6.     Memungkinkan pencatatan yang serempak terhadap berbagai gejala
i.        Kesalahan dalam observasi
1.     Hallo effects. observer terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada observe,
2. Generosity effects. Dalam keadaan-keadaan yang meragukan, seorang observer cenderung memberi nilai yang menguntungkan subyek.
3.     Carry-over effects. pencatat tidak dapat memisahkan satu gejala dari yang lain

2.      Teknik Wawancara
a.      Pengertian
Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli; Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. 
Menurut Sutrisno Hadi ( 1989:192 ), wawancara, sebagai sesuatu proses tanya-jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya, tampaknya merupakan alat pemgumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes. Wawancara adalah alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivations, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya; mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia-rahasia hidupnya. Selain itu wawancara juga dapat digunakan untuk menangkap aksi-reaksi orang dalam bentuk ekspresi dalam pembicaraan-pembicaraan sewaktu tanya-jawab sedang berjalan. Di tangan seorang pewawancara yang mahir, wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sekaligus dapat mengecek dan sebagai bahan ricek ketelitian dan kemantapannya. Keterangan-keterangan verbal dicek dengan ekspresi-ekspresi muka serta gerak-gerik tubuh, sedangkan ekspresi dan gerak-gerik dicek dengan pertanyaan-verbal.CacheMirip
b.     Tujuan  wawancara
Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.
c.     Macam-macam wawancara
Menurut prosedurnya:
1)   Wawancara bebas / tak terpimpin interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan
2) Wawancara terpimpin menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang telah ditentukan.
3)  Wawancara bebas terpimpinà pewawancara hanya membuat pokok pokok masalah yang akan diteliti
Menurut fungsinya :
1)   Wawancara pengumpulan datà mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan siswa untuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
2)    Wawancara penempatan untuk membantu proses penempatan seseorang pada posisi yang sesuia dengan bakat/ potensi, minat, kemampuan dan kebutuhannya.
3)     Wawancara penyaluran untuk membantu penyaluran bakat dan minat seseorang pada bidang yang paling sesuia dengan keinginan serta potensinya.
4)   Wawancara konseling untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin berkenaan dengan masalah klien
Menurut  model jalannya wawancara
1)   Wawancara tidak berstruktur, tidak berstandard, informal, atau berfokusà wawancara ini bersifat fleksibel dan memungkinkan pewawancara mengikuti minat dan pemikiran partisipan.
2) Wawancara Semi Berstruktur dimulai dari isyu yang dicakup dalam pedoman wawancara
3)   Wawancara berstruktur atau berstandardà wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya.
d.      Data yang diperoleh
1)  Data verbal yang diperoleh dari hasil percakapan dan tanya jawab yang dilakukan dengan mencatat atau merekam.
2)     Data non  verbal  menggunakan alat perekam
e.       Langkah-langkah dalam wawancara
Pra
1)    Menentukan Topik-memahami topic permasalahan
2)    Mempelajari latar belakang permasalahan
3)    Merumuskan tujuan wawancara
4)    Menyusun instrumen
5)    Wawancara
Pasca
1)     Mengecek ulang hasil wawancara di depan narasumber
2)     Melakukan cek ulang atas beberapa istilah yang tidak dipahami
3)     Melakukan cek ulang mengenai penulisan nama, gelar, jabatan, dan data lain
4)     Mentaati kesepakatan hal-hal yang off the record.
f.       Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara
1)      Lama dan pemilihan waktu wawancara
2)      Jenis pertanyaan dan hal yang terkait
3)      Cara Memilih Narasumbera Sesuai dengan tujuan wawancara
4)      Cara Memilih/Menentukan Topik Permasalahan yang masih hangat di masyarakat.
5)      Sikap pewawancara
g.      Kelebihan dan Kekurangan Teknik Wawancara
Kekurangan
1)     Kurang efisien
2)     Diperlukan keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer
3)     Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memalsukan jawaban
4)      Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh keadaan situasi kondisi sekitar
Kelebihan
1)      Tidak akan mengalami kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun
2)      Dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data observasi ataupun angket
3)      Suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis
4)      Metode ini sangat cocok untuk dipergunakan di dalam pengumpulan data-data sosial
3.      Angket (kuesioner)
a.     Pengertian
Angket (kuesioner) merupakan pengumpulan data yang dilakukan  dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya (Sugiyono, 2010: 199).
b.     Jenis Kuesioner / Angket
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner/angket dapat bermacam-macam bentuknya, antar lain :
1)    Pertanyaan-pertanyaan yang tertutup (closed question)
Pertanyaan-pertanyaan yang tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk, yang dalam hal ini responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan di dalam kuesioner itu. Jadi, jawaban telah terkait, responden tidak dapat memberikan jawabannya secara bebas yang mungkin dikehendaki oleh responden yang bersangkutan. Bentuk kuesioner yang mengandung pertanyaan demikian disebut kuesioner tertutup (closed questionaire). Biasanya kalau masalahnya telah jelas, orang menggunakan kuesioner ini.
2)    Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (open question)
Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi responden untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya terhadap kuesioner terbuka (open questionaire). Biasanya, bila orang ingin mendapatkan opini maka akan memakai kuesioner ini.
3)    Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup (open and closed question)
Pertanyaan-pertanyaan model ini merupakan percampuran dari kedua macam pertanyaan sebelumnya. Dalam kuesioner ini, di samping adanya pertanyaan terbuka juga terdapat pertanyaan yang tertutup. Kuesioner macam ini disebut kuesioner terbuka-tertutup (open and closed questionaire)
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner tertutup, artinya kuesioner diberikan langsung kepada responden kemudian responden tinggal memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan di dalam kuesioner itu. Jadi jawaban telah terikat, responden tidak dapat memberikan jawabannya secara bebas yang mungkin dikehendaki oleh responden yang bersangkutan, (Bimo Walgito, 2010: 72-73).
c.      Tujuan Kuesioner / Angket
Adapun beberapa tujuan pokok dalam pembuatan kuesioner/angket, antara lain:
1)      Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian.
2)      Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi mungkin.
d.      Fungsi Kuesioner / Angket
1)  Untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan catatan permanen.
2)  Untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
3)   Pembuatan evaluasi progam bimbingan
4)   Untuk mengambil sampling sikap/pendapat dari responden
e.       Penyelenggaraan Kuesioner / Angket
1)      Kuesioner/angket di uji cobakan dahulu
2)      Melakukan perbaikan jika kuesioner/angket belum mencapai kriteria yang diinginkan
3) Membagikan kuesioner/angket, kemudian menjelaskan pengertian, tujuan dan aturan/cara mengisi kuesioner/angket
f.       Langkah-langkah penyusunan angket
Langkah-langkah penyusunan angket yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menentukan tujuan penggunaan angket atau skala psikologis. Skala psikologis yang penulis buat bertujuan untuk mengungkapkan variabel pengaruh bimbingan karir terhadap kemandirian siswa dalam memilih karir, b. Membuat kisi-kisi angket, yang meliputi indikator dan jumlah item pertanyaan atau pernyataan, c. Menentukan bentuk angket atau skala psikologis, adapun bentuk angket yang digunakan penulis adalah angket terstruktur, d. Membuat item pertanyaan skala psikologis dalam bentuk pilihan ganda dengan option dan skor. Contoh : Kisi -kisi angket kemandirian siswa dalam memilih karir (Kuantitatif)
Evaluasi Program Full

Adapun alternatif jawaban responden terdiri dari empat ketegori. Angket kemandirian siswa dalam memilih karir berkategori (SS, S, Rr, Ts) dengan pemberian skor sebagai berikut:
Evaluasi Program Full
            4.      Teknik  Studi Kasus
a.      Pengertian
Kasus Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan dua pengertian tentang Studi kasus (Case Study) yaitu:
1)  Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal.
2)   Studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengancase study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang sekarang serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment) (Kartono dan Gulo, 2000).
Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu: Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985). Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. (WS. Winkel, 1995). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap. (Dewa Ketut Sukardi, 1983). Studi kasus (case study) adalah suatau metode untuk menyelidiki atau mempelajri sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). (Bimo Walgito, 2004) Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri, karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu atau kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya.
b.     Pelaksanaan Studi Kasus
Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut: Instrumen atau Metode Pengumpulan Data dalam Studi Kasus Terdapat banyak metode yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah siswa, yaitu : 1) Kartu pribadi, 2) Angket 3) Wawancara 4) Kunjungan Rumah (Home Visit) 5) Buku rapor 6) Testing 7) Rating scale 8) Autoboigrafi 9) Sosiometri 10) Studi dokumentasi 11) Daftar cek masalah (DCM)
Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas teknik yang dapat dipakai secara efektif dan efisien.Data yang dikumpulkan dalam studi kasus : a) Identitas diri, b) Latar belakang keluarga c) Lingkungan hidup (sosial ekonomi) d) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan e) Riwayat kesehatan f) Testing dalam berbagai bidang g) Riwayat pendidikan sekolah h) Kesusilaan dari pihak keyakinan hidup i) Riwayat pelanggaran hidup j) Pergaulan dengan teman-teman.
c.      Tahap Pelaksanaan
1.   Perencanaan : dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah, guru mata pelajaran memberikan informasi, adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing, wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
2.  Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3.  Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau karir.
4.     Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.
5.     Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.
6.   Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi.
7.     Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
8.     Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.
9.  Sintesa dan interpretasi data Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.
10.  Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment) Merupakan langkah yang ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
11.Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.
Evaluasi semacam ini biasanya diperlukan pada program-program tentative atau pilot project yang masih ingin dicari kekuatan dan kelemahannya. Hasil evaluasi nentinya akan digunakan untuk keperluan pengembangan program dengan cakupan yang lebih luas.

BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan adapun kesimpulan sebagai berikut:
1    Evaluasi program adalah proses untuk mendeskripsikan dan menilai suatu program dengan menggunakan kriteria tertentu dengan tujuan untuk membantu merumuskan keputusan, kebijakan yang lebih baik. Pertimbangannya adalah untuk memudahkan evaluator dalam mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sesuai dengan ketentuan atau tidak (Edison, 2009).
2   Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.
3       Adapun Jenis-Jenis Teknik Pengumpulan Data Evaluasi Program sebagai berikut:
a.       Observasi
b.      Wawancara
c.       Angket 
d.    Studi Kasus
Description: Artikel Evaluasi Program Full (BAB II)
Rating: 4.5
Reviewed by: Rumah Makalah
On: 09.50.00
TOP