Makalah Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Remaja Full (BAB II)
PEMBAHASAN
A. Bahaya Seks Bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Menurut beberapa penelitian, cukup
banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di
antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang
ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku
mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar
kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan
hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari
perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular
seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir
satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta kasus baru
infeksi penyakit kelamin diderita oleh remaja.
Untuk menghindari perilaku seks bebas remaja yang
berisiko tinggi, peran orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah
penting, antara lain bahwa orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja agar
hubungan orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan
masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang baik dan
efektif.
Kehamilan remaja bahkan sudah terbukti dapat
memberikan risiko terhadap ibu dan janinnya. Risiko tersebut adalah disproporsi
(ketiduksesuaian ukuran) janin, pendarahan, prematurilas, cacat bawaan janin,
dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya penyakit menular seksual pada remaja
juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh perilaku seks yang
tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering berganti-ganti pasangan atau berhubungan
dengan pasangan yang menderita penyakit kelamin. Selain akan membawa cacat
kepada bayi, penyakit menular seks yang menyerang usia remaja juga dapat
mengakibatkan penyakit kronis dan gangguan kesuburan di masa mendatang.
Perilaku seks bebas tidak aman dikalangan remaja
karena dapat dan banyak menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra
maupun putri. Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks
bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang
remaja putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya
cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama akibat seks
bebas :
1. Timbul Rasa Ketagihan
Seks bebas akan mengundang rasa ketagihan
bagi para pelakunya. Sekali seseorang mencoba melakukan seks bebas, maka dapat
dipastikan orang tersebut akan melakukan terus menerus perbuatan seks bebas.
Hal ini disebabkan karena orang tersebut mendapatkan kenikmatan untuk
menyalurkan hasrat seksualnya.
2. Menciptakan Kenangan Buruk
Norma-norma yang berlaku di masyarakat
menyatakan bahwa seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan
seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah
yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga
menjadi beban mental yang berat.
3. Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa
mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar
biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan
malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
4. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan
Pembunuhan Bayi
Aborsi merupakan tindakan medis yang
ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker
rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan
kematian.
5. Penyebaran Penyakit
Penyakit kelamin akan menular melalui
pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan
bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit
bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah
satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
Banyak kehamilan yang terjadi akibat
perilaku seks bebas yang merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu,
sebisa mungkin “orang tuanya“ menggugurkan kehamilannya karena mereka belum
siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan (aborsi)
dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang
berlaku. Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan
kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim,
kemandulan, dan lainnya.
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan
sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya
didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan
ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja yaitu :
1. Hancurnya
masa depan remaja tersebut.
2. Remaja
wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena
jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan
pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Pasangan
pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
5. Remaja
wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun,
tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
6. Pengguguran
kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan
dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar
dapat dihukum.
7. Bayi
yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat
ia dewasa.
B. Menghindari Seks Bebas
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang
terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan
termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah
yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari
hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan
antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya,
sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu
dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan
jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana,
kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak
jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks
diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya
pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun
mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan
pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995)
berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya. Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota keluarga.
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya. Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota keluarga.
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh
orang tua secara langsung. Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan
materi pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang
anak mencari pengetahuan seks sendiri melalui media internet atau majalah.
Menurut Kartono Mohamad (Diskusi Panel Islam dan
Pendidikan Seks Bagi Remaja: 1991) pendidikan seksual yang baik mempunyai
tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Beberapa
ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan
etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan
keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari
pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin
mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja
tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi
aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material
seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual,
sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet
dalam mengenal dunia remaja, 1987).
C. Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama
Iman, merupakan hal yang paling penting
dalam berpacaran. Karena penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat
berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya
orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk
melanggar norma-norma pun selalu ada.
Pencegahan menurut agama antara lain :
1. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
2. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
3. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya.
1. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
2. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
3. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya.
D. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan dalam
masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu
pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks.
Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai
dapat memberikan mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga
diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana
bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks
pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991), pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat
suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung
mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks
manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga memang sepantasnya
pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
1. Keluarga harus mengertitentang
permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.
2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki,
dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada
anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.
4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat
menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa
teman-teman mereka adalah teman yang baik.
6. Memberikan perhatian kemampuan anak di
bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika memelihara diri dari
perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya antara
orang tua dan anak.
Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak
dalam menghadapi gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era
informasi yang demikian rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk
coba-coba mempraktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya
merupakan informqasi tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa dampak pada
remaja itu sendiri.
Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks
bebas dapat dicegah dengan melakukan peraturan yang keras terhadap
anak-anaknya. Padahal hubungan seks tersebut kerap kali dilakukan di rumah saat
orang tuanya sedang pergi.
Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks
bebas, berikut ini ada beberapa tips yang baik untuk menghindari masalah
tersebut.
1. Diskusikan seks dengan anak, meski anda
sendiri, mungkin merasa risih, pendidikan seks sebaiknya dilakukan dalam
perbincangan santai, seperti mengomentari sesuatu hal yang anda lihat bersama
atau menjawab pertanyaan anak.
2. Bercakap-cakap tentang seks dan
kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan mengizinkan anak melakukan hubungan
seks. Melalui bercakap-cakap orang tua dapat mengungkapkan perasaannya tentang
seks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
3. Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang
tua sebaiknya tidak mengkritik pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau
orang tua akan mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin membuat anak takut
atau marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu atau cepat-cepat mengakhiri
diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif.
4. Bantu peningkatan rasa percaya diri,
perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi anak. Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak
rasa percaya diri tanpa harus memikirkan seks.
5. Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga,
serta organisasi, karena dengan melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya
dari hal-hal yang berkaitan dengan seks.
6. Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh
perhatian terhadap putri anda. Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih
sayang, seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari
perhatian pada lawan jenisnya.
7. Jangan bersikap terlalu keras terhadap
anak, karena akan membuat anak jadi pembangkang. Terlebih orang tua cenderung
menganggap seks dapat dicegah dengan memberlakukan peraturan yang keras
terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi.
Untuk menghindari hal itu orang tua bisa membuat peraturan uang tidak
membolehkan teman lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di
rumah.
8. Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang
cukup sejak kecil, agar mereka mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar
nikah merupakan dosa besar
9. Keluarga Ujung
Tombak Pencegahan
Pencegahan seks bebas dapat dilakukan
melalui pendekatan ketahanan keluarga. Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah
sering ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh dan hilangnya rasa malu, ikut
sosialisasi sehingga nilai-nilai penting yang seharusnya menjadi fungsi sebuah
keluarga ditinggalkan. Ada delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan
terutama kepada anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama,
budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan
pelestarian lingkungan.
Selain menerapkan fungsi keluarga tadi,
perlu upaya pencegahan lainnya seperti meningkatkan sosialis dan ketakwaan
kepada Tuhan, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah, setia pasangan,
menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin melakukan atau
menerima sosialisasi darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak
menggunakan seks dengan kelompok pengidap, tidak menggunakan pisau cukur,
gunting kuku, sikat gigi dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom.
10. Pola Asuh
Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P
Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya menerapkan pola asuh yang tepat untuk
menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks bebas. Remaja,menurut psikolog
ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS karenanya perlu perhatian ekstra tapi
tetap dengan pola demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan orangtua
dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak dituruti)
bukan pola asuh yang tepat.
Pola asuh demokratis yang perlu
diterapkan, karena di dalamnya ada proses diskusi antara anak dan orangtua,”
kata Telly. Untuk menghindarkan remaja dari seks bebas, perlu pengetahuan dan
informasi yang benar yang sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah tugas kita
semua terutama orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar tapi
tidak menghakimi,” demikian Telly.
a. Agama: membina norma dan ajaran agama dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
b. Budaya: membina tugas-tugas keluarga,
meneruskan norma dan menyaring budaya asing
c. Cinta kasih: tumbuh kembangkan potensi
kasih sayang antara anggota keluarga
d. Perlindungan: penuhi sosialisasi rasa aman
pada anggota keluarga
e. Reproduksi: bina kehidupan keluarga
sebagai wahana pendidikan kesehatan reproduksi bagi keluarga
f. Sosial: sadari, rencanakan keluarga
sebagai pendidikan dan sosialisasi pertama
g. Ekonomi: lakukan kegiatan ekonomi di
lingkungan keluarga untuk menopang kelangsungan kehidupan keluarga
h. Pelestarian lingkungan: bina kesadaran
sikap, praktik pelestarian lingkungan dalam keluarga.
Kiranya, pendidikan seks bagi remaja memang
sangat diperlukan, untuk memberikan kesadaran kepada remaja akan pentingnya
menjaga hak reproduksinya. Oleh karena itu, diharapkan agar pendidikan seks
kepada anak-anak dan remaja baik laki-laki maupun perempuan bisa diajarkan
dengan tepat pula.