Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai
berikut:
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati
suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu
hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian
siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai
persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang
dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. Secara
lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil
pendidikan dan pembelajaran di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3.
Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga
kependidikan
4.
Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang
lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh
peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian dilakukan dalam
kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi
aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh
karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak
mengubah jadwal yang sudah ada.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa
setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu
menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih
baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya
sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang
datang susul menyusul. Penelitian
tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya
perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu
sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan,
yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui
sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3. SWOT sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan analisis
SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan
apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat
dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan
subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip
pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang
biasanya tidak mengudang resiko.
4. Upaya empiris dan sistemik
Merupakan penerapan prinsip ketiga.
Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip
empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur
yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang
digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung
oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim dari Spesific
(khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat dikelola,
dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan,
dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar
jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).
Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable
adalah yang paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh
karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan,
mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan
mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan
kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang
tinggi. Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
1. Menyusun
rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati
proses yang dijalankan.
2. Pelaksanaan
Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan
(observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi
agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Refleksi
(reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal
yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan
secar cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika
penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi
terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain
apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan
melanjutkan dalam kesempatan lain. Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah
sebagai berikut :
1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti
3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti
3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat
dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur
yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru,
(3) materi pelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi
peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang
disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di
kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7)
pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan
waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal,
pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik
siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.