Makalah Berfikir Ilmiah (BAB II)
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berfikir Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang
logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas
secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain
itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.
Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi
dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat
khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
B. Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana berfikir ilmiah merupakan
alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya
sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah
menurut para ahli :
1. Menurut
Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses
berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut
Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
3. Menurut
Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai
pembuktian-pembuktian.
4. Menurut Eman
Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang
tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang
sudah ada.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan
dengan beberapa cara dan defenisi untuk operasional. Berfikir secara ilmiah
adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya.
Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan
berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah keseluruhan
hal yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu
adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai
peranan penting dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam
keseluruhan proses berpikir ilmiah. Untuk itu terdapat syarat-syarat yang
membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
a. Menurut
Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus memiliki
obyek, terminologi, metodologinya, filosofi dan teorinya yang khas.
b. Menurut
Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga
harus memiliki objek, metode, sistematika dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber
pengetahuan manusia dikelompokkan atas:
1.
Pengalaman.
2.
Otoritas .
3.
Cara
berfikir deduktif.
4.
Cara
berfikir induktif .
5.
Berfikir
ilmiah (pendekatan ilmiah).
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana
berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan
mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya
ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan matematika, serta logika dan
statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai
peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah
dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan
penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
1.
Peran Bahasa
sebagai Sarana berpikir ilmiah
Bahasa
ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah
yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif,
reproduktif, obyektif, eksplisit.
Bahasa pada
hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
1.
Sebagai
sarana komunikasi antar manusia.
2. Sebagai
sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa
tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu
dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama
bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai
kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di
dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari
kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya
dibedakan yaitu :
1. Bahasa
alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi
dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
2. Bahasa
buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau
bahasa simbolik. Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.
Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
1. Informatif yang berarti bahwa bahasa
ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini
dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
2. Reproduktif
adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan
informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
3. Intersubjektif, yaitu
ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para
pemakainya
4. Antiseptik berarti bahwa bahasa
ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya
unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif
Bahasa ilmiah berfungsi
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses
berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan
sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang
berupa pengetahuan dengan syarat-syarat: Bebas dari unsur emotif,
Reproduktif, Obyektif, Eksplisit.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai
dua fungsi utama yakni,
1.
Sebagai sarana komunikasi antar
manusia.
2. Sebagai sarana budaya yang
mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
2. Peran Matematika sebagai sarana
berpikir ilmiah
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut
memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat.
Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika
adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal
mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk mengatasi
kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang
berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Matematika
memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya
serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan
alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi
melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala
jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika
justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika
sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam
masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika,
terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun
dalam bidang.
3. Peran Statistika sebagai sarana
berpikir ilmiah
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang
ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat
menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian
dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya
didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang
diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya
statistika
merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan
untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan
kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah
diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus akurat.
Statistika diterapkan secara luas dan hampir semua pengambilan keputusan dalam
bidang manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar,
produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai,
kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam
pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan
Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
1.
Alat untuk menghitung besarnya
anggota sampel yang akan diambil dari populas.
2.
Alat untuk menguji validitas dan
reliabilitas instrumen.
3.
Teknik untuk menyajikan data-data,
sehingga data lebih komunikatif.
4.
Alat untuk analisis data seperti
menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Hubungan statiska antara Sarana
berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu agar dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan
statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan
berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka
ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan
statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup
yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.
Tujuan mempelajari sarana berpikir
ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.
Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan
yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai
alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara
keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Pada hakikatnya sarana berfikir
ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan
sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari
sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah
dalam kegiatan langkah berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang
paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam
sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan
demi kelangsungan hidupnya.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu Sumber pengetahuan dimana berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia dan ukuran kebenaran dimana berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu Sumber pengetahuan dimana berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia dan ukuran kebenaran dimana berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.