Makalah Landasan Sosial Budaya Pendidikan (BAB II)
LANDASAN SOSIOLOGIS
A.
Latar
Belakang Historis Sosiologi Pendidikan
Ketika diangkat menjadi
Presiden American Sosiological Assosiation pada tahun1883, Laster Frank Ward,
yang berpandangan demokratis, menyampaikan pidato pengukuhan dengan menekankan
bahwa sember utama perbedaan kelas sosial dalam masyarakat America adalah
Perbedaan dalam memiliki kesempatan, khusunya kesempatan memperoleh pendidikan.
Orang berpendidikan lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk maju dan
memiliki kehidupan yang lebih bermutu.
Di Indonesia, perhatian
akan peran pendidikan dalam pengembangan masyarakat (khusunya melalui
pendidikan persekolahan), dimulai sekitar tahun 1900, saat indonesia masih
dijajah Belanda.
B.
Status
Keilmuan dan Ruang Lingkup
Sosiologi
Pendidikan merupakan wilayah pertemuan (overlap)
antara sosiologi dan ilmu pendidikan. Para Ahli Sosiologi dan ahli pendidikan
sepakat bahwa, sesui dengan namanya Sosiologi Pendidikan adalah cabang ilmu
Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh profisonal dibidang pendidikan
(calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan) dan para mahasiswa serta
profesional sosiologi. Mengenai Ruang lingkup Sosiologi pendidikan, Brookover
mengemukakan adanya empat pokok bahasan berikut (Pavalko, 1976: 14-16): (1)
Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain. (2) Hubungan sekolah
dengan komunikasi sekitar. (3) hubungan antar manusia dengan sistem pendidikan.
(4) pengaruh sekolah terhadap anak didik.
Sosiologi
Pendidikan secara operasional dapat diberi definisi sebagai cabang Sosiologi
yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan
dengan pranata kehidupan lain.
C.
Tujuan
dan Ruang Lingkup
Sosiologi
pendidikan dituntuk melakukan tiga fungsi pokok.
1. Fungsi eksplanasi,
yaoitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke
dalam ruang lingkup pembahasannya.
2. Fungsi
prediksi yaitu meramalkan kondisi permasalahan pendidikan yang diperkirakan
akan muncul pada masa yang akan datang. Sebgaimana yang dimaklumi, masyarakat
kita sedang mengalami perubahan yang makin lama makin cepat.
3. Fungsi
utulisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik
sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan
dan masalah penyelenggaraan pendiidkan sendiri, misalnya berkaitan dengan
otonomi pemerintahan, peralihan dari struktur masyarakat agraris ke masyarakat
industri, dan tantangan-tantangan baru lainnya dalam kehidupan.
D.
Model-Model
Analisis Sosisologi Pendidikan
Salah satu
karalteristik sosiologi adalah banyaknya teori yang digunakan dalam
menganalisis suatu objek. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berparadigma
ganda (multi paradigmatik). Ada tiga kategori perspektif teori sosiologi yang
dominan, yang digunakan dalam analisis pendidikan yaitu:
1.
Model Struktur
Fungsional
Teori
Struktural Fungsional disebut juga teori integrasi, teori konsensus atau
keseimbangan. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa kehidupan merupakan sebuah
sistem yang terdiri atas sejumlah subsistem, yang paling berhubungan, saling pengaruhi,
dan saling tergantung.
2. Model
Konflik
Model
konflik dikenal juga sebagai model Marxis, memusatkan perhatian pada
pertentangan kepntingan, dominasi, pemaksaan, dan perubahan. Para penganut
teori ini melihat bahwa pada setiap masyarakat ada sekolompok orang yang
mendominasi kelompok mayoritas.
3. Model
analisis Kritis
Model
ini didasari teori Sosiologi Kritis (Critical
Sosiology) yang berkembang di Frankfurt Jerman, pada dekade 1930-an. Oleh
karena itu sering disebut aliran Frankfurt, para penganutnya berani mengkritik
keadaaan masyarakat yang timbang, termasuk kebijakan pemerintahan Nazi yang
otoriter. Tujuan akhir teori ini adalah mendorong emansipasi, membela
kepentingan kaum lemah yang terpinggirkan dan pembebasan masyarakat dari
berbagai bentuk dominasi.
E. Pokok dan Sumber Kajian
Sosiologi Pendidikan
Brookover menjelaskan
bahwa bidang kajian Sosiology of
Education meliputi (1) hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial
lain, (2) hubungan sekolah dengan komuniti sekitarnya, (3) hubungan antar
manusia dalam sistem pendidikan, (4) pengaruh sekolah terhadap perilaku anak
didik.
LANDASAN
BUDAYA
A.
LANDASAN
BUDAYA
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini
tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan
dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh
sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian.
Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat. Dari ketiga devinisi kebudayaan
diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling tepat, sebab mencakup semua
cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manuasia itu
sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157). Antara pendidikan
dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan
dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang
berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang
menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin
tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan
sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai
salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari
kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya
kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum
harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan
dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan
proporsi yang kecil.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah
kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya,
membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah
sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan
bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
B.
Kebudayaan dan Pendidikan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat
hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang
sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan
budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin
berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan
atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup
segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek
kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan
menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan
matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan
pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan
kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi
yang kecil. Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila
pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu
proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti
budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi
suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan
dirinya.
C. Fungsi
Landasan Budaya dalam Pendidikan
Fungsi landasan
budaya dalam pendidikan adalah:
a.
Pengembangan: pengembangan potensi
peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik
yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter
bangsa;
b. Perbaikan: memperkuat kiprah
pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta
didik yang lebih bermartabat; dan
c.
Penyaring: untuk menyaring budaya
bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
D. Tujuan
Landasan Budaya dalam Pendidikan
Tujuan landasan budaya dalam
pendidikan adalah:
1. Mengembangkan
potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. Mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. Menanamkan
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa;
4. Mengembangkan
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan; dan
5. Mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan (dignity).
E.
Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan
Dalam perkembangan landasan sosial budaya
memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas Yaitu masyarakat yang pancasilais yang
memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan
sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas
antar generasi dan antara bengsa.
2. Transmisi budaya Sekolah berfungsi
sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan
pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada
sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat
pendidikan tinggi.
3. Pengendalian Sosial Pengendalian
sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan
menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi
melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga
pendidikan.
4.
Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada
Tuhan YME
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5. Analisis Kedudukan Pendidikan
dalam Masyarakat Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat
dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau
pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah
masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal
balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk
meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.
F.
Dampak Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi. Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan. a) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya. b) Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan. c) Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan. d) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar. e) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi. Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan. a) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya. b) Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan. c) Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan. d) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar. e) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).