Makalah Perkembangan Kognitif Dan Bahasa (BAB II)
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
1.
Pengertian
Perkembangan
Perkembangan merupakan istilah yang populer di dalam
ilmu psikologi. Dimana di dalamnya akan membahas berbagai jenis perkembangan,
ada perkembangan biologis, kognitif dan emosional. Perkembangan terkadang
disamaartikan dengan pertumbuhan, meskipun pada dasarnya berbeda secara
terminologinya. Menurut pendapat Crow dan Crow : pertumbuhan pada umumnya
dibatasi pada perubahan-perubahan struktural dan fisiologi (kejasmanian), di
dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah dari saat masih berbentuk consepsional (janin) melalui periode-periode prenatal (dalam kandungan) dan postnatal (setelah lahir) sampai kedewasaannya, sedangkan
“perkembangan” adalah berhubungan erat dengan, baik pertumbuhan maupun
kemampuan-kemampuan pembawaan daripada tingkah laku yang peka (sensitif),
terhadap ransangan-ransangan sekitar (Efendi dan Praja, 45 : 2012).
2.
Proses
dan Periode Perkembangan
Santrock
(2013) mengemukakan bahwa perkembangan
anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses
yaitu : proses biologis, kognitif dan sosioemosional. Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Proses
biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam
kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal dimasa puber. Proses kognjitif adalah perubahan dalam pikiran, kecerdasan dan
bahasa anak. Sedangkan proses
sosioemosional adalah perubahan
dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan
dalam kepribadian.
Selain
prosesnya, perkembangan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan periodenya.
Adapun periode yang dimaksud diantaranya sebagai berikut :
a.
Infacy.
Periode ini merupakan tahapan kelahiran sampai usia
dua puluh empat bulan. Masa dimana anak sangat tergantung terhadap orang
tuanya. Banyak aktivitas, seperti perkembangan bahasa, pemikiran simbolis,
koordinasi sensorimotor dan pembelajaran sosial, baru dimulai.
b.
Early
Childhood.
Periode ini kadang dikatakan sebagai masa usia prasekolah, dimana
merupakan periode dari akhir masa bayi
sampai umur lima atau enam tahun. Pada periode ini, anak sudah mulai menjadi
sosok yang mandiri, siap untuk bersekolah, dan banyak menghabiskan waktu
bersama teman.
c. Middle
dan late childhood. Kadang periode ini disebut sebagai
masa sekolah dasar. Dimulai dari usia enam sampai sebelas tahun . Anak mulai
menguasai keahlian membaca, menulis dan menghitung . prestasi menjadi tema
utama dari kehidupan anak dan mereka semakin mampu mengendalikan diri. Dalam
periode ini, mereka berinteraksi dengan dunia sosial yang lebih luas dengan
keluarganya.
d. Adolenscene
(remaja). Periode ini merupakan transisi dari masa
anak-anak kle usia dewasa. Periode ini bermula dari usia sekitar 10 atau 12
tahun. Remaja mulai mengalami perubahan fisik yang cepat termasuk bertambahnya
tinggi dan berat badan, dan perkembangan fungsi seksual.
e. Early
adulthood. Periode ini dimulai di akhir usia remaja
atau awal usia 20-an sampai ke usia 30-an. Ini adalah masa ketika kerja dan
cinta menjadi tema utama dalam kehidupan mereka. Individu mulai menentukan
karier dan biasanya mencari pasangan intim untuk pacaran atau bahkan untuk
membangun rumah tangga atau perkawinan.
B. Perkembangan Kognitif
1.
Pengertian Kognitif
Istilah “kognitif” berarti berpikir dan mengerti,
bersifat pengetahuan. Kata lain yang kurang lebih sama adalah “kognisi” yang
berarti pengamatan, pemikiran, pencapaian pengetahuan tentang sesuatu, proses
mental yang karena tidak sadar untuk benda-benda (Maulana, 2008). Dengan kata lain kognitif adalah proses yang
terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang
berpikir (Gagne). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser).
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia, satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)
dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu
teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot
dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana
cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab
terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
2.
Ranah
Kognitif
Di dalam taksonomi Bloom (Suharsimi, 2013),
mengemukakan bahwa pada dasarnya ranah
kognitif dapat dikelompokkan ke dalam berbagai item, seperti berikut ini :
a.
Mengenal (recognition)
b.
Pemahaman (comprehension)
c.
Penerapan (aplication)
d.
Analisis (analysis)
e.
Sintesis (synthesis)
f.
Evaluasi (evaluation)
3.
Tahapan Perkembangan
Kognitif
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang
menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Piaget
juga menyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian
tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui
tahap-tahap tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya
pengorganisasian strukur berfikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif
berbeda pada setiap individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada
satu tahap berbeda dari corak pemikirannya pada tahap lain. Tahap-tahap
perkembangan pemikiran ini dibedakan piaget atas 4 tahap, yaitu tahap pemikiran
sensoris-motorik, praoperasioanal, operasional kongkret, dan operasional
formal. Akan tetapi, piaget tidak menetapkan secara tegas batasan-batasan umur
pada masing-masing tahapTahap sensoris motorik
berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama tahap ini,
perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan
fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif
rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan
tersebut, yakini melalui gerak-gerak
reflek.
Dengan berfungsinya alat-alat indra
serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan
motorik dalam bentuk refleks-refleks,
bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungsn dengan dunia
sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensoris-motorik,
bayi memiliki lebih dari sekedar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan
pikirikan dengan tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola
sensoris-motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi sesuai sistem simbol yang
primitif. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan
memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak
juga dapat menggunakan kata-kata
sederhana, seperti “mamah melompat” untuk menun jukan telah terjadinya
peristiwa sensoris-motorik (Santrock, 2013). Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam
tabel berikut
Menurut piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya.
Menurut piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya.
Untuk menentukan struktur kognitif yang mendasari
pola-pola tingkah laku yang teroeganisir, piaget menggunakan istilah skema dan
adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwah kognisi berarti merupakan
sistem yang selalu diorganisir dan di adaptasi, sehingga memunginkan individu
beradaptasi dengan lingkungannya.
Skema (struktur
kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai
pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sitematis dari tindakan,
perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu
kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Dalam
diri bayi terlihat beberapa pola tingkah laku refleks yang terorganisir
sehubungan dengan “pengetahuan” mengenai lingkungan. Misalnya gerakan refleks
menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan
gerakan menghisap gerakan ini menunjukkan ada pola-pola tertentu. Gerakan ini
tidak terpengaruh oleh apa yang masuk kemulut, apakah ibu jari, puting susu
ibunya, ataukah dot botol susu. Pola gerakan yang diperoleh sejak lahir inilah
yang disebut dengan skema.
Adaptasi (sturuktur
fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukan
pentingnya pola individu dengan lingkungannya dengan proses perkembangan
kognitif piaget yakin bahawa bayi manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi
dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Adaptasi ini muncul dengan sendirinya ketika bayi tersebut
mengadakan interaksi dengan dunia disekitarnya. Mereka akan belajar
menyesuaikan diri dan mengatasinya, sehingga kemampuan mentalnya akan
berkembang dengan sendirinya. Menurut piaget, adaptasi ini terdiri dari dua
proses yang saling melengkapi, yaitu : asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi dari sudut
biologi, adalah inetegrasi antara elemen eksternal (dari luar) terhadap
struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup
perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal (lerner &
Hultsch 1983). Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat
manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya,
kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam istilah-istilah yang
sebelumnya sudah mereka ketahui. Misalnya, seorang bayi yang menghisap puting
susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan tindakan yang sama (menghisap)
terhadap semua objek baru yang mereka temukan seperti bola karet atau
jempolnya. Perilaku bayi menghisap semua objek ini memperlihatkan proses
asimilasi. Gerakan menghisap ibu jari sama artinya dengan gerakan menghisap
puting susu ibunya, sebab bayi menginterprestasikan ibu jari dengan struktur
kognitif yang sudah ada, yaitu puting susu ibunya.
Akomodasi adalah
menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabung-gabungkan istilah
lama utuk menghadapi tantangan baru.akomodasi kogitif berarti mengubah struktur
kognitif yang telah dimiliki sebelumnya ntuk disesuaikan dengan stimulus
eksternal. Jadi, kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka
pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaikan
diri dengan objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada
dalam diri seorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan
rangsangan-rangsangan dari objeknya. Misalnya, bayi melakukan tindakan yang sama
terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah mengubah
puting susu ibu jari. Tidakan demikian disebut akomodasi.
Sementara itu, sama halnya dengan Piaget, Vygotsky
yang merupakan Psikoloog dari Rusia memercayai bahwa anak aktif dalam menyusun
pengetahuan mereka. Setidaknya, ada tiga klaim dalam inti pandangan Vygotsky
(Tappan in Santrock, 2013) yaitu :
a. Keahlian kognitif anak dapat
dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.
b.
Kemampuan kognitif dimediasi dengan
kata , bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis
untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental.
c. Kemampuan kognitif berasal dari
relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Menurut
Vygotsky, menggunakan pendekatan develpmental berarti memahami fungsi kognitif
anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke
bentuk selanjutnya. Klaim kedua , yakni untuk memahami fungsi kognitif kita
harus memeriksa alat yang memerantarai dan membentuknya, membuat Vygotsky
percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting (Robbin dalam Santrock,
2013). Sedangkan klaim ketiga menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari
hubungan sosial dan kultur. Beliau mengatakan bahwa perkembangan anak tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural (Holland dkk dalam Santrock,
2013).
C. Perkembangan Bahasa
C. Perkembangan Bahasa
1.
Pengertian Bahasa
Menurut Nababan (Asdam, 2011) mengemukakan bahasa
merupakan sebagai suatu sistem merupakan suatu bagian atau subsistem dari
kebudayaan, bagian inti dan terpenting dari kebudayaan. Dalam kamus Oxford
(2008), dijelaskan makna bahasa (language): System
of communication in speech and writing used by people of particular country. Atau dalam pengertian bahasa Indonesianya
yaitu sebuah sistem komunikasi lisan mkaupun tulisan yang digunakan oleh
orang-orang dalam negara tertentu. Sementara itu, Ricouer (2002) berpendapat bahwa bahas bermakna hanya
sebagai penunjuk struktur khusus sistem linguistik particular. Sedangkan Santrock mendefenisikan bahasa sebagai bentuk
komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau tanda yang didasarkan pada sistem
simbol. Beda halnya dengan Vygotsky yang menganggap bahwa anak-anak menggunakan
bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan,
memonitor perilaku mereka dengan cara mereka sendiri (Sanrock, 2013).
2.
Elemen-elemen dalam Bahasa
Di dalam mempelajari bahasa, paling tidak ada beberapa
hal yang penting untuk dipahami diantaranya fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatis. Fonologi adalah sistem suara
bahasa. Morfologi adalah aturan untuk
mengombinasikan morfem , yang merupakan serangkaian suara yang bermakna yang
merupakan kesatuan bahasa terkecil. Sintaksis
adalah cara kata harus
dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. Semantik adalah makna kata dan kalimat. Pragmatis adalah penggunaan percakapan
yang tepat.
3.
Pengaruh Biologis dan Lingkungan
Ahli bahasa terkenal Noam Chomsky (1957) mengatakan
bahwa manusia cenderung mempelajari bahasa pada pada waktu tertentu dan dengan
cara tertentu. Bukti paling kuat untuk basis biologis dari bahasa adalah bahwa
anak-anak di seluruh dunia menjadi titik penting dalam berbahasa pada saat yang
hampir bersamaan dalam perkembangan mereka (Santrock, 2013).
Anak juga bervariasi dalam penguasaan bahasa dengan
cara yang tidak dapat dijelaskan melalui kerangka lingkungan saja (Holf dalam
Santrock, 2013). Misalnya, seorang peneliti bahasa Roger Brown mencari bukti
bahwa orang tua mendorong anak untuk berbicara sesuai kaidah tata bahasa
(gramatikal). Dia menemukan bahwa terkadang orang tua memeberi senyum dan
pujian kepada anak bila berbicara secara gramatikal, tetapi juga mendorong
penggunaan kalimat yang tidak gramatikal. Dari penelitian ini, Brown
menyimpulkan bahwa proses yang terjadi dalam diri anak lebih besar pengaruhnya
ketimbang input dari lingkungan. Namun bukti kuat yang mendukung adanya
pengaruh biologis adalah dengan adanya kemampuan dasar yang dimiliki oleh
manusia. Misalnya ketika dibandingkan dengan binatang misalnya, sebanyak atau
selama apapun kita bicara sama kucing, maka si kucing tersebut tidak akan bisa
berbicara, karena ia tak punya kemampuan biologis untuk berbahasa sebagaimana yang
dimiliki manusia.
Selain faktor biologis, faktor yang lain yang turut
memengaruhi perkembangan bahasa adalah lingkungan. Misalnya dalah suatu studi,
saat anak berusia tiga tahun , anak yang tinggal dalam keluarga miskin
menunjukan kekurangan kosakata jika dibandingkan dengan anak dari keluarga
menengah ke atas, dan defisit ini terus tampak saat mereka masuk sekolah pada
usia enam tahun (Farkas dalam Santrock, 2013).
Dalam faktor lingkungan, kita bisa mengaitkan bahasa
dalam kajian sosiolingistik. Dimana ada beberapa istilah yang sering muncul di
dalamnya. Seperti halnya yang ditulis oleh Asdam (2011) berikut:
a.
Alih Kode yakni
gejala pemakaian bahasa karena berubahnya situasi yang terjadi antar bahasa
(Appel, 1975)
b. Peminjaman :
pengertian peminjaman menjadi jelas jika suatu aspek kebahasaan digunakan
seluruhnya dari satu ragam ke ragam lainnya.
c.
Pijin, adalah
ragam bahasa yang diciptakan untuk tujuan komunikasi yang langsung dan praktis
antara orang-orang yang sepakat menggunakannya. Bahasa ini terbentuk secara
alamiah di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara sejumlah penutur yang
masing-masing memiliki bahasa ibu (Bolinger, 1975).
d.
Kreol adalah
bahasa pijin yang memiliki penutur asli.
4.
Bagaimana
Bahasa Berkembang
Menurut Bloom, penguasaan bahasa melewati beberapa tahap. Celoteh dimulai pada usia tiga sampai enam bulan. Bayi biasanya mengucapkan kata pertamanya pada usia 10 sampai 13 bulan. Pada usia 24 bulan , bayi biasanya mulai memadukan kata. Pada tahap ini, bayi dengan cepat memahami arti penting dari bahasa untuk berkomunikasi. Mereka menciptakan frasa seperti “itu buku”, “permenku”, “mama jalan”. Pada saat bayi menginjak usia kanak-kanak, pemahaman mereka terhadap sistem aturan bahasa mulai meningkat . sistem aturan ini mencakup fonologi (sistem suara), morfologi (aturan untuk mengombinasikan unit makna minimal), sintaksis (aturan membuat kalimat), semantik (sistem makna), dan fragmatis (aturan penggunaan dalam setting sosial)
Menurut Bloom, penguasaan bahasa melewati beberapa tahap. Celoteh dimulai pada usia tiga sampai enam bulan. Bayi biasanya mengucapkan kata pertamanya pada usia 10 sampai 13 bulan. Pada usia 24 bulan , bayi biasanya mulai memadukan kata. Pada tahap ini, bayi dengan cepat memahami arti penting dari bahasa untuk berkomunikasi. Mereka menciptakan frasa seperti “itu buku”, “permenku”, “mama jalan”. Pada saat bayi menginjak usia kanak-kanak, pemahaman mereka terhadap sistem aturan bahasa mulai meningkat . sistem aturan ini mencakup fonologi (sistem suara), morfologi (aturan untuk mengombinasikan unit makna minimal), sintaksis (aturan membuat kalimat), semantik (sistem makna), dan fragmatis (aturan penggunaan dalam setting sosial)