Makalah Analisis Transaksional Full
BAB
I
PENDAHULUAN
Pada
dasarnya Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan kepada siswa,
bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan
khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sbagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Sebagai individu,
siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang
dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian
memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinteraksi
dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah. Menyadari
hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat bertindak
dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian analisis transaksional ?
2. Bagaimana konsep dasar analisis transaksional ?
3. Apa tujuan analisis transaksional ?
4. Bagaimana proses konseling analisis transaksional ?
5. Bagaiman teknik dalam analisis transaksional ?
6. Apa kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan analisis transaksional ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian analisis transaksional
2. Untuk mengetahui konsep dasar analisis transaksional
3. Untuk mengetahui tujuan analisis transaksional
4. Untuk mengetahui proses konseling analisis transaksional
5. Untuk mengetahui teknik dalam analisis transaksional
6. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan analisis transaksional ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Analisis Transaksional
Analisis Transaksional adalah merupakan teori
kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis
premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan
hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. Analisis Transaksional menekankan aspek kognitif dan perilaku dari
proses terapeutik. Dalam Analisis Transaksional ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau
reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi diidentifikasi
sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Redecisional sekolah yang telah
diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini.
Analisis Transaksional adalah terpisah dari
pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang
dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses
terapeutik. Klien dalam membangun Analisis Transaksional dan arah tujuan mereka
dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak
mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan
terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien
untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka
menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku
mereka.
Tujuan dari analisis transaksional adalah
otonomi, yang didefinisikan sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk
keintiman. Dalam mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat
keputusan baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan
mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi Analisis
Transaksional, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent, Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien
juga belajar bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh
aturan-aturan yang mereka terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana
mereka dapat mengidentifikasi “lifescript” yang menentukan tindakan mereka.
Pendekatan ini berfokus pada keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat,
dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk
mengubah aspek kehidupan mereka yang tidak lagi bekerja.
B.
Konsep Dasar
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi
atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu
dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali
keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa
manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu
individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola
perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada
umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3
jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem
terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya
pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
Status ego orang tua (SEO)
Status ego orang tua (SEO)
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan
sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan
memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical
parent (orang tua yangkritis).
Status ego dewasa (SED)
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada
berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya
memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan
kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia
untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
Status ego anak (SEA)
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan
ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status
egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang
spontan.
Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu
yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan
ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang
tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan
menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya,
menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian
seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apayang dia pikirkan
juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada
keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama
menyetujui. Individu yang memiliki posisi ini akan merasa
aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain
disekitarnya.
I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan
orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan
bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap
perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini
terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK. Individu yang memiliki
posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang
lain salah.
I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian
seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan,
mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior (bahwa
anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK) dari yang
lain. Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti
perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang
produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan
menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri
karena anak menganggap dirinya itu not OK
I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian
seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak
dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena
dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang
OK. Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup
umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua
berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya. Posisi ini
yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan
hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada
tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.
C.
Tujuan Terapi Analisis Transaksional
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
1. Membantu klien untuk membuat
keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam
kehidupannya.
2. Memberikan kepada klien suatu
kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan
mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang
bersifat deterministic.
3. Memberikan bantuan kepada
klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih
untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
D. Proses Konseling
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan
klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan.
Dan dalam analisis transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif
berupaya untuk mencapai tujuan konseling.
Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional lebih bersifat
sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama
hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan konselor.
Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.
Selanjutnya dalam hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah
perilakunya berdasarkan tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien akan
mulai mengembangkan rasa tanggung jawabnya.
Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara
arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan
arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan
memperjelas hubungan konselor dan klien.
E.
Teknik-teknik dalam Analisis Transaksional
Menurut
M.Ramli Secara umum Teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam
Analisis Transaksional, yaitu:
1.
Permission (Pemberian Kesempatan),
dalam konseling kesempatan ini diberikan kepada kilen untuk; 1) menggunakan
waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual pengunduran diri; 2) mengalami
semua status ego yang biasanya dilakukan dengan mendorong klin menggunakan
kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan; 3) tidak memainkan permainan
dengan cara tidak membiarkan klian memainkannya.
2.
Protection (Proteksi), klien mungkin
akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan untuk menghentikan
perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego Dewasa dan Status Ego
Anak.
3.
Potency (Potensi). Seorang konselor
ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang akan dilakukan dan kapan
melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor terletak pada keahliannya,
sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.Teknik Khusus menurut
berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi, Spesifikasi, Konfrontasi,
Eksplanasi, Illustrasi, Konfirmasi, Interprestasi, Kristalisasi.
F.
Kelebihan dan Kelemahan Dalam
Pendekatan Analisis Transaksional
Kelebihan Menurut Gerald Corey :
1. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
2. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
Kelebihan Menurut Gerald Corey :
1. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
2. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
3.
Integrasi antara konsep dan praktek
analisis transaksional dengan konsep tertentu
dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur
dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary
dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The
Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka
telah menggabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik
terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan
yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau
titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di
mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak
fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional
terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan
cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike
untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri
bagaimana mereka akan berubah.
4.
Memberikan sumbangan pada konseling
multikultural karena konseling diawali dengan
larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan
larangan mementingkan diri sendiri
v Kelemahan Gerald Corey, 1982: 398)
1. Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
2. Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3. Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
4. Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
1. Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
2. Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3. Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
4. Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut :
3. Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
1.
Analisis Transaksional adalah merupakan teori
kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional.
2.
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang
mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih
untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah
diambil. 3. Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
a.
Membantu klien untuk membuat
keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam
kehidupannya.
b.
Memberikan kepada klien suatu
kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai
posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat
deterministic.
c.
Memberikan bantuan kepada
klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih
untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
4.
Dalam proses
konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan
tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis
transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai
tujuan konseling.Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional
lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi.
Sifat utama hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan
konselor. Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.Selanjutnya dalam
hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan
yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung
jawabnya. Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk
memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai,
memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses
konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.
5.
Teknik dalam analisis
transaksional adalah Permission (Pemberian Kesempatan), proteksi dan potensi
6.
Kelebihan
pendekatan analisis transaksional adalah Sangat berguna dan para konselor
dapat dengan mudah menggunakannya sedangkan
kelemahannya adalah Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam
analisis transaksional cukup
membingungkan.
B.
Saran
Adapun
saran yang dapat saya kemukakan berkaitan dengan penulisan makalah ini adalah
bahwa sebaiknya mahasiswa memperhatikan proses pembelajaran materi bimbingan konseling
ini agar setiap mahasiswa paham
segala sesuatu tentang analisis transaksional.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar Baraja, 2004. Psikologi Konseling dan
Tehnik Konseling.Jakarta : Penerbit Studio
Press Jakarta.
Fauzan
lutfi, 2001. Pendekatan-pendekatan konseling individual.
Malang:Elang Mas Malang
Jeanette Murad Lesmana, 2008. Dasar-dasar Konseling.Jakarta:
Fakultas Psikologi, UI Jakarta. Penerbit UI
Press Jakarta.
Pujosuwarno Sayekti, (1993). Berbagai Pendekatan dalam Konseling.
Yogyakarta: Menara
Mas Offset.
Supriyo, Mulawarman, (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Surya Mohammad, (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
1 komentar:
Bagi saya apa yang di ulas di blog ini sangat bermanfaat sekali, terimakasih...
ijin berbagi ya gan blog saya yang sederhana dengan tema, Contoh Pilihan Pintu Kamar Mandi Unik Rumah Minimalis, rumahminimalisok.com, semoga bermanfaat yah...terimakasih.