Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu : rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Asikin, 2003:5).
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berbasis : tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berbasis tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar.
Yang dimaksud dengan sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan guru atau siswa. Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen yang sama.
Menyusun pembelajaran matematika di SD perlu memperhatikan paling sedikit dua aspek yaitu matematika dan sifatnya serta tingkat perkembangan berpikir anak SD. Agar matematika yang abstrak, aksiomatis, simbolik dan deduktif itu dapat dipahami oleh siswa SD maka matematika untuk anak SD perlu disusun sesuai dengan tingkat berpikir mereka. Ini berarti perlu adanya penyederhanaan dan penyesuaian baik dari segi materi maupun cara penyajiannya. Penyajian matematika secara abstrak perlu didahului oleh penyajian wujud matematika yang lebih kongkret. Ada 2 (dua) macam pengetahuan matematika yang perlu dikuasai anak yaitu pengetahuan konseptual dan prosedural. Anak perlu mengkonstruksi pengetahuan matematika konseptual sebelum dapat memahami pengetahuan prosedural. Selain itu pembelajaran perlu dibuat menarik dan menyenangkan.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi masalah. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun matematika mempunyai peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu, cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah menjadi trend dalam pembelajaran matematika sekarang ini.
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan petanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002:2).
Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah meliputi beberapa hal diantaranya sebagai berikut.
1.     Tugas-tugas perencanaan
Hakekat interaktifnya, pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
a.       Penetapan tujuan
Pertama kali kita mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis masalah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar mandiri.
b.      Merencanakan situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki dan tidak terdefinisi secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
c.       Organisasi sumber daya dan rencana logistic
Pembelajaran berbasis masalah, siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas, bisa juga dilaksanakan di perpustakaan bahkan dapat pula dilakukan di luar kelas. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
2.      Tugas interaktif
a.       Orientasi siswa pada masalah
    Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah menggunakan kejadian yang menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah.
b.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
     Pada model pembelajaran berbasis masalah ini, dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
c.       Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
     1)      Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan juga informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya,
     2)      Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan perencanaan sepenuhnya. Ide-ide itu merupakan hal penting dalam tahap penyelidikan pembelajaran berbasis masalah. Selama penyelidikan guru memberi bantuan tanpa mengganggu ide-ide atau kreativitas siswa.
Sintaks (alur proses) pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari 5 (lima) tahap yang secara rinci disajikan di bawah ini.
1.      Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah
     a.       Tingkah Laku Guru : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, siswa terlibat pada aktivitas relevan masalah yang dipilihnya
    b.      Tingkah Laku Siswa : Siswa secara aktif terlibat pada aktivitas relevan masalah yang dipilihnya
2.      Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
      a.       Tingkah Laku Guru : Guru membantu siswa untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
    b.      Tingkah Laku Siswa : Siswa secara aktif mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3.      Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
     a.       Tingkah Laku Guru : Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
     b.      Tingkah Laku Siswa : Siswa secara aktif mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan pemecahan masalah
4.      Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
     a.       Tingkah Laku Guru : Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
     b.      Tingkah Laku Siswa : Siswa secara aktif merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5.      Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
      a.       Tingkah Laku Guru : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses -proses yang mereka gunakan
    b.      Tingkah Laku Siswa : Siswa secara aktif melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang mereka gunakan
Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan adalah berhadapan dengan masalah-masalah, dan perlu mencari penyelesaiannya. Bila gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, maka harus mencoba menyelesaikannya dengan cara yang lain.
Dalam pembelajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan pada siswa biasanya disebut soal. Dengan demikian, soal-soal matematika akan dibedakan menjadi dua bagian sebagai berikut.
1.     Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah yang bersifat melatih agar terampil atau sebagai aplikasi dan pengertian yang baru saja diajarkan.
2.  Masalah tidak seperti halnya latihan pada no.1 yang menghendaki siswa agar menggunakan sintesis atau analisis untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman.
Mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa merupakan kegiatan dari seorang guru dimana guru itu membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian ia membimbing siswa-siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah. Di dalam menyelesaikan masalah siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah tersebut dan menjadi terampil di dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari.
Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa tersebut menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan. Sebab siswa tersebut mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan dan menganalisis informasi tersebut.
Matematika yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Para siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas-aktivitas matematika seperti mencari generalisasi dan menamakan konsep melalui strategi pemecahan masalah. Dengan dihadapkan kepada suatu masalah, maka siswa akan berusaha melakukan penyelesaiannya. Ia belajar bagaimana melakukan perencanaan dengan melalui proses memecahkan masalah.
Menurut Hudojo dan Sutowijoyo menyatakan bahwa petunjuk langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut.
1.  Pemahaman terhadap masalah, meliputi pemahaman kata demi kata, kalimat demi kalimat. Identifikasi masalah yang hendak dicapai. Abaikan hal-hal yang tidak relevandan jangan menambahkan hal-hal sehingga masalahnya menjadi berbeda.
2.   Perencanaan penyelesaian masalah yang seringkali memerlukan kreativitas untuk merumuskan rencana/strategi penyelesaian masalah.
3.    Merencanakan penyelesaian masalah. Langkah ini merupakan langkah Poyla yang didefinisikan sebagai melaksanakan perencanaan penyelesaian.
4.      Melihat kembali penyelesaian.
Menurut Polya (Suherman, 2003:99), dalam pemecahan suatu masalah terdapat 4 (empat) langkah yang harus dilakukan yaitu, memahami masalah, merencanakan pemecahannya, memecahkan masalah sesuai rencana langkah kedua dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan anak dalam pemecahan masalah (Suherman, 2003:103).
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika, sebab :
1.    Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, menganalisis dan kemudian meneliti kembali hasilnya.
2.      Keputusan intelektual akan timbul dari dalam dan ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa.
3.      Potensi intelektual siswa meningkat
4.      Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Seorang guru harus mempunyai bermacam-macam masalah yang cocok dan bermakna bagi siswa-siswanya agar siswanya tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut bisa bersumber dari buku-buku, majalah-majalah yang berhubungan dengan matematika sekolah. Selain itu agar para siswa tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu diberikan penghargaan. Penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus lainnya. Pujian juga tidak boleh dilupakan. Semua itu merupakan cara yang efektif untuk mendorong keberhasilan dalam pembelajaran. 
Mengajar menyelesaikan masalah kepada siswa merupakan pendidikan tentang kemauan. Menyelesaikan masalah yang tidak mudah bagi siswa yang mungkin dimulai dengan suatu kegagalan tidaklah jelek. Karena melalui kegagalan, siswa menghargai sedikit kemajuan dan sambil menantikan gagasan-gagasan yang lebih cemerlang.
Description: Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Rating: 4.5
Reviewed by: Rumah Makalah
On: 21.25.00
TOP