Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Full
Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan ide lama (Johnson dan Johnson 2004). Talmud, seorang filosof, berpendapat bahwa
untuk dapat belajar seseorang harus memiliki teman. Pada awal abad pertama,
Quintillion berargumentasi bahwa siswa mendapat manfaat dari saling mengajar
satu sama lain. Seorang filosofi Romawi, Seneca, mengatakan bahwa when
you teach, you lear twice. Dari sinilah ide pembelajaran kooperatif
dikembangkan (Ibrahim.dkk, 2000:12).
Menurut Arends (2001: 316) ide tentang pembelajaran kooperatif dapat ditelusuri
kembali dari zaman Yunani Kuno. Namun
demikian, perkembangannya pada masa kini dapat dilacak dari karya psikologi
pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20. Para ahli tersebut
diantaranya adalah john Dewey (1916) dan Herbert Thelan (1954, 1969). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Spencer Kagan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor satu sampai lima
kepada setiap anggota dalam setiap kelompok, sehingga setiap siswa pada
masing-masing kelompok memiliki nomor sendiri. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa berdiskusi dan menyatukan
pendapat dengan anggota kelompoknya mengenai jawaban pertanyaan guru, dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui dan memahami jawaban tersebut. Pada akhirnya guru menyebutkan satu nomor
dan siswa dari masing-masing kelompok
yang bernomor sama dengan yang disebutkan guru mengemukakan jawabannya. Tim yang mencapai kriteria
tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran lain.
Dalam pembelajaran kooperatif NHT, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau
perangkat pembelajaran
yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain
untuk memahami materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran secara tuntas.
Ide utama di balik NHT adalah untuk memotivasi setiap siswa untuk lebih serius dalam menuntaskan
keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa tidak ingin mendapatkan ganjaran maka mereka harus
butul-betul menguasai materi atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
Sekarang ini, pembelajaran ini
terus dikembangakan. Jacob dan Hannah (2004) mendefinisikan “cooperative
learning, also known as collaborative learning is a body of concepts and
techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students”
(pembelajaran kooperatif, yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif
adalah sebuah sesuatu konsep-konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan manfaat
dari kerja sama antar siswa. Arends (1997:
111) mengemukakan beberapa pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya;
2. Kelompok dibentuk dari siswa dengan
kemampuan tinggi, sedang, rendah;
3.
Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku,
budaya, dan jenis kelamin berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada
kelompok dari pada individu.
Dalam pembelajaran kooperatif, sebagain
besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Suherman ( Nur Arifah,
2006: 12), mengemukakan bahwa belajar pembelajaran kooperatif mencakupi suatu
kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaiakan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif akan dapat
melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, tugas-tugas kelompok akan
dapat memacu para siswa untuk bekerja sama saling membantu sama lain untuk
mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Dengan mempraktekkan pembelajaran
kooperatif di kelas, suatu hari kelak akan menuai sebuah sebagai makhluk sosial
(homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi
temannya). Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif adalah cara belajar
mengajar berbasis peace education yang pasti mendapat perhatian.
Pembelajaran koperatif bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan
kompetetif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila
diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif
pilihan dalam mengisi kelemahan kompetensi, yakni hanya sebagai siswa saja yang
akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam
ketidaktahuannya.
Secara umum sintaks model pembelajaran
kooperatif dapat dilihat sebagai berikut:
1. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(indicator hasil belajar) guru memotivasi siswa mengaitkan pembelajaran
sekarang dengan yang terdahulu.
2. Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan materi
yang dibawakan kepada siswa.
3. Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara
membentuk kelompok belajar, guru mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok beranggotakan 3-5 orang dan harus heterogen terutama
jenis kelamin dan kemampuan siswa).
4.
Fase 4 Membimbing
kelompok kerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada
saat siswa mengerjakan tugas.
5.
Fase 5 Evaluasi
Guru menyebutkan satu nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang bernomor
sama yang disebutkan oleh guru mengemukakan jawabannya.
6.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara
individu maupun kelompok.
Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Lundren (Isjoni, 2007: 13), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara
lain sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa
mereka “tenggelam atau berenang bersama”
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab
siswa atau peserta didik lain kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua
memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan tanggung
jawab diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evakuasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan memperoleh
keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif
mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama.
2. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa
yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.
3. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa
yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan agar dalam tiap kelompoknya terdiri dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula.
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja
keolompok daripada perorangan.
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif
sama dengan kerja kelompok, walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam
bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok pembelajaran kooperatif. Bennet
(Isjoni, 2007: 41) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan
pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
1. Positive intercepence, yaitu hubungan
timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara
anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain
pula atau sebaliknya.
2. Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung
terjadi antar siswa tanpa ada perantara.
3.
Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran
dalam anggota kelompok.
4. Membutuhkan keluwesan
5. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok).
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Arends
(1997: 111) meyatakan bahwa “the cooperative learning model was developed to
achieve at least there important instructional goals: academic achievement,
acceptance of diversity and social skill development”. yang maksudnya
adalah bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar
akademik, Penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan
sosial.
Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
1. Tugas-tugas
perencanaan seperti memilih pendekatan, pemilihan materi yang sesuai,
pembentukan kelompok siswa, pengembangan materi dan tujuan mengenalkan siswa
pada tugas dan peran, merencanakan waktu dan tempat.
2. Tugas-tugas
intertaktif, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan motivasi,
menyajikan informasi, mengorganisasikan dan membentuk kelompok belajar,
mengevaluasi dan memberikan penghargaan.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Adapun
langkah-langkah pembelajaran langsung setting kooperatif adalah sebagai
berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, dimana
guru berperan dan menjelaskan indikator hasil belajar, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapakan siswa untuk belajar.
2. Mendemostrasikan
pengetahuan atau keterampilan, dimana guru memegang peranan dalam
mendemostrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap.
3. Membimbing kelompok kerja dan belajar, guru membimbing
kemompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
4. Evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau meminta siswa mempresentasikan hasil
karyanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
5. Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
5. Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.