Pemahaman Konsep Geometri
Pada umumnya
para siswa belajar dengan cara menghafalkan defenisi tanpa memperhatikan
hubungan antara konsep dengan konsep lainnya sehingga konsep yang baru
dipelajarinya tidak tersimpan dan tergabung dalam jaringan pemahaman siswa,
tetapi konsep tersebut berdiri sendiri tanpa hubungan dengan konsep lainnya.
Maka konsep yang baru tersebut tidak tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa
sehingga tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai arti, sebab arti
konsep berasal dari hubungan dengan konsep-konsep lain. Misalnya, jika siswa
hanya menghafalkan luas suatu bentuk
geometri, siswa belum tau apa-apa dan belum mampu menggunakan kemampuannya.
Oleh karena itu, pemahaman konsep sangat penting.
Pemahaman
berasal dari kata “paham” yang berarti mengerti dan menguasai benar tentang
sesuatu. Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.
Pemahaman
berada ditingkatan kedua pada domain kognitif. Menurut Bruner aspek kognitif
pemahaman mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu
setelah mengetahui dan mengingatnya kemudian memaknai arti dari materi yang
dipelajari. Unsur pemahaman menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep
dengan kata-kata sendiri.
Anderson
menyatakan bahwa siswa dapat dikatakan memahami sesuatu apabila mereka mampu
mengkontruksi makna dari pesan-pesan pengajaran seperti komunikasi lisan,
tulisan dan grafik. Siswa mampu memahami suatu pengetahuan baru ketika mampu
membangun hubungan antara pengetahuan yang baru diintegrasikan dengan skema dan
kognitif yang sudah ada padanya.
Bruner dalam
buku Sagala membedakan tiga fase dalam proses belajar yaitu: (1) Proses
perolehan informasi. Perolehan informasi dilakukan melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru/orang lain, berdiskusi dan sebagainya. Informasi
yang diperoleh dapat menambah pengetahuan yang telah dimiliki, dapat
memperdalamnya, dan dapat pula bertentangan dengan informasi yang kita peroleh
sebelumnya; (2) proses mentransformasi informasi yang diterima. Pada tahap
transformasi, informasi yang diterima dianalisis, diperoleh atau diubah menjadi
konsep yang abstrak agar pengetahuan yang diterimah dapat dipergunakan sesuai
dengan kebutuhan; (3) Evaluasi. Proses evaluasi merupakan suatu proses menilai
seberapa besar pengetahuan yang diperoleh dan ditransformasikan tersebut dapat
dimamfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Ruseffendi
membedakan pemahaman menjadi tiga bagian, yaitu: (a) pemahaman translasi
(terjemahan) digunakan untuk menyampaikan informasi dengan bahasa dan bentuk
yang lain dan menyangkut pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi;
(b) Pemahaman interpretasi (penjelasan) digunakan untuk menafsirkan maksud dari
bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman
suatu informasi dari sebuah ide; (c) Ekstrapolasi (perluasan) mencakup etimasi
dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran dari suatu
informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai
dengan informasi jenjang kognitif yang ketiga yaitu penerapan suatu bahan yang
sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk
teknis.
Van Hiele
menyatakan bahwa siswa melalui beberapa tahapan dalam memahami geometri, yakni
: (0) tahap pengenalan; (1) tahap analisis; (2) tahap pengurutan; (3) tahap
deduksi; (4) keakuratan. Tahap pemahaman geometri tersebut yaitu :
1.
Tahap 0
(Pengenalan/Visualisasi)
Tahap pertama
dalam memahami geometri adalah tahap pengenalan/visualisasi. Pada tahap ini
siswa memperhatikan dan mengidentifikasi bentuk geometri sebagai keseluruhan
yang tampak sehingga siswa dapat mengenali dan menamai bentuk-bentuk geometri
secara fisik berdasarkan apa yang diamatinya dengan memandang objek secara
keseluruhan. Namun, pada tahap ini siswa belum mengetahui dan menentukan sifat
geometri atau karateristik bangun yang ditunjukkan.
2.
Tahap 1 (Analisis)
Tahap kedua
adalah tahap analisis. Pada tahap ini siswa mulai menganalisis bentuk bangun
geometri melalui pengamatan, pengukuran dan membuat model geometri sehingga
siswa dapat menyatakan sifat-sifat dari bangun geometri tersebut. Misalnya
ketika siswa diberikan sebuah kubus, siswa menganalisis bangun kubus tersebut
sehingga siswa tersebut dapat memahami bahwa kubus memiliki 6 sisi berbentuk
persegi yang kongruen, 6 diagonal ruang, 12 rusuk.
3.
Tahap 2
(Pengurutan/Deduksi Informal)
Tahap ketiga
adalah tahap deduksi informal. Pada tahap ini siswa membandingkan sifat-sifat
bangun geometri dengan bangun geometri lainnya, kemudian mengklasifikasikan
berdasarkan sifatnya kemudian menyusun defenisi abstrak mengenai bangun
geometri tersebut. Misalnya siswa membandingkan sifat-sifat kubus dan balok
sehingga siswa dapat memahami bahwa kubus adalah balok.
4.
Tahap 3 Deduksi
Tahap keempat
adalah tahap deduksi. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan deduktif melalui
pembuktian dalil/teorema dengan menggunakan prinsip-prinsip geometri. Misalnya
siswa membuktikan bahwa bidang diagonal pada kubus berbentuk persegi panjang
dengan menggunakan prinsip kesejajaran dan defenisi persegi.
5.
Tahap 4 rigor/ Keakuratan
Tahap terakhir
adalah tahap rigor. Pada tahap ini siswa memahami penggunaan prinsip-prinsip
dasar pembuktian dengan tepat dan mengetahui mengapa suatu pernyataan tertentu
dapat dijadikan sebagai aksioma atau teorema.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep geometri adalah kemampuan seseorang dalam menerima dan memaknai konsep-konsep geometri kemudian mengomunikasikannya secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan kalimat-kalimatnya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep geometri adalah kemampuan seseorang dalam menerima dan memaknai konsep-konsep geometri kemudian mengomunikasikannya secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan kalimat-kalimatnya sendiri.