Teori Belajar Sibernetik


Seorang calon guru atau yang sudah jadi guru perlu tahu bahkan bisa dijadikan rujukan tentang teori-teori belajar dalam pembelajaran, karena siswa-siswa baik di tingkat dasar maupun di tingkat menengah tentunya membutuhkan suatu bimbingan.
Oleh karena itu salah satu jenis teori belajar dalam pembelajaran adalah Teori belajar sibernetik. Teori belajar sibernetik merupakan teori yang berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses  akan dipelajari oleh siswa.
Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. Komponen pemprosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah:
1.      Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR, informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.      Working Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik working Memory adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam working memory, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas di samping melakukan pengulangan. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar di kelas seorang guru harus mengalokasikan waktu belajar untuk siswa berlatih atau mengulang informasi yang telah diterima. Dalam proses belajar, memberikan perhatian merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan antara lain:
a.     Menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan sesuatu yang penting seperti seorang guru yang merendahkan atau meninggikan volume suara untuk menunjukkan sebuah informasi yang penting. Guru yang lain mungkin menggunakan gerakan tubuh, pengulangan, gambar-gambar, buku-buku teks berwarna dan lain sebagainya.
b.     Menggunakan kata-kata yang mengandung unsur emosional.
c.     Perhatian juga dapat diperoleh dengan menghadirkan sesuatu yang tak biasa, kejutan dan lain sebagainya. Seperti seorang guru, ilmu pengetahuan menunjukkan trik-trik magis untuk menjelaskan suatu materi sehingga siswa menjadi tertarik untuk mempelajari materi yang akan diajarkan.
d.    Perhatian juga dapat diperoleh dengan menginformasikan  kepada siswa, bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu yang sangat penting. Misalnya guru mengatakan apa yang akan kita pelajari hari ini akan keluar pada waktu tes minggu depan.
3.      Long Term Memory (LTM)
Long term memory diasumsikan:
a.       Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu.
b.      Mempunyai kapasitas tidak terbatas.
c.       Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Reigeluth dan Stein mengatakan bahwa pengetahuan ditata dalam struktur kognitif secara hierarkis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Landa. Ia membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu proses berpikir algoritmik dan proses berpikir heuristik. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Contoh-contoh proses algoritmik misalnya kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil dan lain-lain, sedangkan cara berpikir heuristic, yaitu cara berpikir devergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik misalnya operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lain-lain. Selain Landa, Pask dan Scott juga termasuk penganut teori belajar sibernetik. Menurut mereka ada dua macam cara berpikir, yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berpikir heuristik. Bedanya, cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan siswa tipe serialist  dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berpikir secara algoritmik.
Description: Teori Belajar Sibernetik
Rating: 4.5
Reviewed by: Rumah Makalah
On: 20.28.00
TOP