Artikel Mendidik Remaja Dari Sudut Pandang Psikologi Islam (Kesimpulan)
Sebagaimana telah dijelaskan, berbagai
problem serta gejolak masa remaja yang terjadi pada hari ini muncul karena
adanya kesenjangan yang serius antara kedewasaan biologis dan kedewasaan
psikologis serta sosial pada diri anak. Kesenjangan ini tidak terjadi pada
masyarakat primitif serta pada masyarakat masa lalu. Ia terjadi pada
remaja-remaja modern karena masyarakat telah memundurkan jadwal kedewasaan
psikologis dan sosial dari jadwal kedewasaan biologis anak. Semua ini bertentangan
dengan proses alamiah dari pertumbuhan tiap manusia.
Tugas pendidikan dan Psikologi Islam
adalah memastikan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai dengan fitrahnya
serta memastikan terbentuknya manusia yang utuh dan paripurna (al-insan al-kamil).
Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika kesenjangan yang telah disebutkan
tadi bisa dihapuskan. Oleh karena itu, proses kedewasaan psikologis dan sosial
anak perlu dibentuk sejak dini, sehingga ketika anak memasuki tahap kedewasaan
biologis, ia sudah siap untuk memiliki dua aspek kedewasaan lainnya.
Kedewasaan sosial bisa diraih anak dengan
adanya penerimaan sosial dari lingkungannya terhadap anak sebagai orang dewasa
yang setara dengan orang dewasa lainnya. Jika anak disikapi dan diperlakukan secara
dewasa, maka ia akan lebih cepat menjadi dewasa. Adapun kedewasaan psikologis
bisa diraih anak lewat proses pendidikan dan pelatihan yang memperhatikan empat
aspek, yaitu identitas diri, tujuan hidup, pertimbangan dalam memilih, serta
tanggung jawab.
Pembentukan kedewasaan psikologis dan
sosial perlu menjadi perhatian serius dalam proses pendidikan anak menuju fase
usia belasan tahun. Baik orang tua maupun guru di sekolah perlu memperhatikan
ketimpangan yang selama ini terjadi pada remaja dan merealisasikan solusinya
dengan memperhatikan hal-hal yang telah diterangkan di atas. Dengan demikian,
pada saat memasuki masa baligh, anak sudah siap untuk memasuki fase dewasa awal
dalam tahap pertumbuhannya, dan bukannya menjadi remaja yang penuh gejolak (turbulence)
seperti yang kita saksikan pada hari ini.
Akhirnya, semua hal di atas bisa
diimplementasikan dengan baik tanpa perlu membuat kebudayaan surut kembali ke
belakang ke masa-masa primitif. Dengan begitu kesehatan pertumbuhan manusia
serta kemajuan masyarakat bisa berjalan beriringan, tanpa perlu salah satunya
mengorbankan pihak yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas,
Alwi. 2004. Remaja Gaul Nggak Mesti Ngawur.
Jakarta:
Hikmah.
Alatas,
Alwi. 2005. (Untuk) 13+, Remaja Juga Bisa Bahagia, Sukses, Mandiri. Jakarta: Pena.
Ashraf,
Dr. Ali. 1993. Horison Baru Pendidikan Islam. Pustaka Firdaus.
Daud, Wan Mohd Noor Wan. 2003. Filsafat
dan Praktik Pendidikan Islam. Bandung: Mizan.
Hilgard, Ernest R., Rita L. Atkinson, & Richard C.
Atkinson. 1979. Introduction to Psychology. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Kroger,
Jane. 1989. Identity in Adolescence: The Balance between Self and Other.
London & New York, Routledge.
Mandela, Nelson.
1995. Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan: Otobiografi Nelson Mandela.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Al-Qur’an al-Karim.
El-Quussy,
Prof. Dr. Abdul ‘Aziz. 1975. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/ Mental, jilid.
II. Jakarta: Bulan Bintang.
Sarwono, Dr. Sarlito Wirawan. 1981. Pergeseran Norma Perilaku Seksual Kaum Remaja: Sebuah
Penelitian Terhadap Remaja Jakarta. Jakarta:
CV Rajawali.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2001. Psikologi
Remaja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Sulaiman, Prof. Fathiyah Hasan. Konsep
Pendidikan Al-Ghazali. P3M.
Tanner, James M. dan Gordon Rettray Taylor. 1975. Pustaka
Ilmu LIFE: Pertumbuhan,.Jakarta: Tira Pustaka.
Thalib,
Drs. M. 1995. Memahami 20 Sifat Fitrah Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
White, Kathleen M. dan Joseph C. Speisman. 1989. Remaja.
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia.