Makalah Penilaian Diri Full (BAB II)
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan bagian
terpenting dari proses pembelajaran. Karena dari proses pembelajaran
tersebut guru perlu mengetahui seberapa jauh proses pembelajaran tersebut telah
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Menurut (BSNP 2007: 9),
penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi untuk dijadikan sebagai
pengambil keputusan tentang hasil belajar peserta didik.
Nana Sudjana (1995: 3)
menyatakan bahwa penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian
nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment.
Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan
adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi
tertentu.
B.
Fungsi
dan Tujuan Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut
Nana Sudjana, (1995: 4)adalah sebagai berikut :
1. Alat
untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
Dengan demikian penilaian harus
mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional.
2. Umpan balik bagi perbaikan proses
belajar mengajar.
Perbaikan mungkin dilakukan dalam
hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan
lain-lain.
3.
Dasar
dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua. Dalam
laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya
Penilaian di sini berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang
terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. sehinga laporan sebagai kemauan
belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui
hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir
semester.
Fungsi penilaian yang lainnya
di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa, tetapi sangat
luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
1. Penilaian membantu siswa
merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya.
2. Penilaian membantu siswa mendapat
kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
3. Penilaian membantu guru untuk
menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai.
4.
Penilaian
membantu guru membuat pertimbangan administrasi.
(Cronbach, 1954 dalam
Hamalik, 2002: 204).
Fungsi
penilaian
sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan mengubah perilakunya
sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas
apa yang dikerjakannya yang berupa nilai. Apabila mereka sungguh-sungguh dalam
mengerjakan sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan
puas dengan hasil yang didapatkannya. Penilaian juga membantu guru dalam
menetapkan metode yang digunakan telah tepat diterapkan.
Sedangkan tujuan dari
penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar
siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai
bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam
mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil
penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya
4. Memberikan
pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,
masyarakat, dan para orang tua siswa.
Dari pendapat di atas,
penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran
di sekolah, di sini dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan sehingga dapat memberikan
pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.
C. Definisi
Penilaian Diri (definition self assessment)
Self-assment refers to the involvement of learners in making judgments
about their own learning, particularly about their achievements and the
outcomes of their laerning (Bound & Falchikov, 1989).
Penilaian diri mengacu pada keterlibatan pelajaran dalam
membuat pertimbangan tentang pembelajaran mereka sendiri, terutama mengenai
prestasi mereka dan hasil pembelajaran mereka (Bound
& Falchikov, 1989).
Penilaian
diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri. Mereka diberi
kesempatan untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan
pengalaman yang mereka rasakan.
Reys,
Suydam, linguist, & Smith (1998) mengatakan bahwa siswa merupakan penilai
yang baik (the best assessor) terhadap perasaan dan pekerjaan mereka
sendiri. Oleh karena itu, guru dapat memulai proses penilaian diri dengan
kesempatan siswa untuk melakukan validasi pemikiran mereka sendiri atau jawaban-jawaban
hasil pekerjaan mereka.
Siswa
perlu memeriksa pekerjaan mereka dan memikirkan tentang apa yang terbaik untuk
dilakukan dan area mana mereka perlu dibantu. Untuk memnuntun siswa
dalam memahami proses penilaian diri, guru perlu melengkapi mereka dengan
lembaran self-assessment.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi
yang menjadi tujuan pembelajaran.
Menurut Mimin Haryati (2008: 67), menilai diri dapat memberikan
manfaat/dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seorang peserta didik
diantaranya:
1. menumbuhkan
rasa percaya diri, karena peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri,
2. peserta didik
dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan diri sendiri, metode ini merupakan
ajang instropeksi diri,
3.
memberikan motivasi untuk membiasakan
dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur dalam menyikapi suatu hal.
Penilaian diri
merupakan jenis penilaian yang melibatkan peserta didik untuk menilai
pekerjaannya, baik dalam proses maupun produk. Menurut Burhanuddin Tola (2006),
penilaian diri adalah sutu model yang berhubungan antara hakekat penilaian diri
dengan hasil belajar siswa. Kerangka penilaian diri mendefinisikan suatu
kesuksesan bagi guru dan siswa karena telah melakukan masteri suatu skill atau
kemampuan dan tugas-tugas belajar dan mengajar. Penilaian diri mampu memainkan
aturan dalam mengarahkan siklus belajar, ketika penilaian diri siswa adalah
positif. Sebaliknya penilaian diri adalah negative apabila siswa menemukan
konflik belajar, menyeleksi tujuan personal yang tidak realistik, menyesal
terhadap hasil kinerja.
Data hasil
penilaian diri adalah data yang diperoleh dari hasil penilaian yang dilakukan
oleh peserta didik sendiri tentang kemampuan, kecakapan, atau penguasaan
kompetensi tertentu, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Guru perlu
melakukan pendampingan pada awal penilaian, karena peserta didik belum terbiasa
melakukan penilaian diri sendiri dan dimungkinkan peserta didik masih banyak
melakukan kesalahan. Disamping itu faktor subyektifitas masih mungkin terjadi,
karena peserta didik terdorong untuk mendapatkan nilai yang baik. Oleh karena
itu perlu ada uji coba terlebih dahulu sampai benar-benar peserta didik tidak
melakukan kesalahan, berbuat jujur, dan obyektif. Apabila peserta didik telah
terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik, objektif, dan jujur, hal
ini akan sangat membantu dalam meringankan beban tugas guru. Hasil penilaian
diri yang dilakukan peserta didik juga dapat dipercaya serta dapat dipahami,
diinterpresikan, dan digunakan seperti hasil penilaian yang dilakukan oleh
guru.
D.
Keunggulan dan Kendalanya
1.
Keunggulan
Tujuan
utama dari penilaian diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan
hasil belajar. Miskipun demikian hasil penilaian diri dapat digunakan guru.
sebagai bahan pertimbangan untuk memberi nilai. Teknik penilaian diri memiliki
keunggulan, yaitu dapat juga digunakan untuk mengukur seluruh kompetensi baik
kognitif, afektif dan juga psikomotor.
a. Penilaian
kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari
suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian diri peserta didik didasarkan atas
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
b. Penilaian
kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan
yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya,
peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
c. Berkaitan
dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. (Online) http://blogsport.com.dpf)
2. Kendala
Ada
beberapa kendala dalam pelaksanaan penilaian diri, antara lain:
a. Karena
peserta didik belum terbiasa dan terlatih, sangat terbuka kemungkinan bahwa
peserta didik banyak melakukan kesalahan dalam penilaian.
b. Ada
kemungkinan peserta didik sangat subjektif dalam melakukan penilaian, karena
terdorong oleh keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik.
Oleh
karena itu, pada taraf awal, guru perlu melakukan langkah-langkah telaah
terhadap hasil penilaian diri peserta didik. Guru perlu mengambil sampel antara
10% s.d. 20% untuk ditelaah, dikoreksi, dan dilakukan penilaian ulang. Apabila
hasil koreksi ulang yang dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa peserta didik
banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan koreksi, guru dapat
mengembalikan seluruh hasil pekerjaan kepada peserta didik untuk dikoreksi
kembali, dengan menunjukkan catatan tentang kelemahan-kelemahan yang telahmereka
lakukan dalam koreksian pertama. Dua atau tiga kali guru melakukan
langkah-langkah koreksi dan telaahan seperti ini, para peserta didik menjadi
terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik, objektif, dan jujur. Apabila
peserta didik telah terlatih dalam melakukan penilaian diri secara guru. Hasil
penilaian diri yang dilakukan peserta didik juga dapat dipercaya serta dapat
dipahami, diinterpresikan, dan digunakan seperti hasil penilaian yang dilakukan
oleh guru.
c. Guru
harus membaca dan mengevaluasi satu persatu, sehingga hal tersebut membutuhkan
waktu dan kesabaran. (Mimin Hariyati, 2007:67)
E. Pentingnya
penilaian diri
Saat ini penilaian diri
siswa banyak dikondisikan dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Guru memiliki
kesempatan untuk melakukan penilaian kemampuan, keterampilan, dan nilai-nilai individu
dan atau kelompok siswa. Berikut adalah hal-hal penting:
a. Membandingkan hasil pekerjaannya dari waktu ke waktu
b. Mengkreasi criteria penilaian pada suatu tugas yang diberikan
c. Mendiskusikan strateginya untuk melakukan tugasnya
d. Bekerja dengan teman sejawat untuk menilai dan merevisi tugasnya
e. Menimbang kecenderungan tugasnya, dan menelaahnya
f. Merefleksikan tugas berikutnya
Model penilaian diri mempunyai keuntungan jika sistem
penilaian diformalkan dengan cara memberikan podoman penilaian kepada peserta
didik mengenai proses penilaian dan memberikan kesempatan kepada mereka
untuk menilai pekerjaannya. Disamping itu model ini akan dapat memberikan
informasi yang bermanfaat untuk keperluan diagnostik atas kemampuannya.
Informasi ini akan dimanfaatkan oleh peserta didik untuk memperbaiki atau
meningkatkan kompetensinya sebelum dinilai oleh gurunya.
F. Membangun Iklim
Kelas untuk Penilaian Diri
Beberapa
alat penilaian yang digunakan untuk membantu memulai dan membangun kepercayaan
guru dan siswa dalam penilaian diri dalam kaitan dengan iklim sekolah, yaitu:
1. Pencatatan/
Rekaman
Hasil dari
penilaian dicatat untuk berbagai tujuan. Guru membutuhkannya sebagai laporan
kemajuan siswa kepada orang tua atau pihak lain, atau bisa digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas pembelajaran. Pada intinya semua informasi dapat
disatukan dan dicatat dari evaluasi diri dan dari penilaian yang lain.
2.
Masalah Waktu
Pendahuluan dan
penggunaan penilaian diri adalah salah satu cara yang harus diketahui siswa
tentang apa yang harus diketahui siswa tentang apa yang diharapkan dari mereka
dan seperangkat aturan dalam kelas yang harus mereka pahami. Poster yang
dituliskan dengan kalimat-kalimat tanya yang mengandung penilaian diri akan
menjadi hal pertama yang terbaik, dengan berbagai pertanyaan yang diajukan pada
diri mereka, misalnya : Apa yang sudah aku pelajari ?, Apa yang
menyenangkan dari pekerjaanku ?,
Kesulitan apa
yang aku temui?, Bagaimana aku bisa mengembangkan ini?
3. Pelaksanaan
Masalah
Satu kesulitan
yang sering dihadapi guru ketika membuat penilaian diri adalah membantu siswa
mengembangkan pemahaman mereka tentang proses belajar dan peduli terhadap
kemajuan pemahaman mereka. Tanggapan pertama siswa dalam mengevaluasi pekerjaan
mereka biasanya simpel dan umum: “saya menyukai ini”, atau “saya rasa saya
mengerjakan ini dengan baik”.
G.
Strategi Penilaian Diri
Sehubungan dengan penilaian diri siswa
dalam kelas agar dapat memberi manfaat bagi guru maupun siswa, dapat
diidentifikasi 4 strategi yang dapat digunakan yaitu:
1. Modeling using
exemplars
Strategi ini
merupakan suatu teknik yang sangat bermanfaat untuk membangun ketrampilan
penilaian diri siswa. Teknik tersebut meliputi penggunaan suatu contoh bagian
pekerjaan untuk membantu siswa menilai diri mereka sendiri, dan dapat dilakukan
dengan beberapa tahap yang berbeda sepanjang proses pembelajaran, yakni:
Menunjukan pada
siswa contoh bagian pekerjaan dan membandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Menggunakan
model sebagai petunjuk untuk mengembangkan, memperbaiki, dan memodifikasi
pekerjaan siswa.
Menggunakan
model sebagai pembanding pekerjaan siswa.
2.
Questioning skills
Strategi ini
merupakan bagian dari proses untuk mendorong siswa terpikir pada semua
tingkatan berpikir, mulai dari pengetahuan dasar sampai evaluasi dan penilaian
secara analisis
3.
Grafhic organizer
Strategi ini
merupakan salah satu teknik untuk membantu siswa menjadi mahir dan cakap dalam
merefleksikan pekerjaan mereka.
4.
Reflection as a process for closing the
learning gap
Strategi ini
merupakan suatu proses untuk mengatasi kesenjangan belajar. Sedangkan
keterampilan untuk mengatasi kesenjangan belajar memerlukan pemahaman yang
jelas tentang tujuan pembelajaran dan kriteria sukses.
H. Trik-trik
Proses dalam penilaian diri
Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri
terlalu tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan
kriteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian
diri oleh peserta didik di kelas. langkah-langkah sebagai aspek penilaian berikut:
1. Menjelaskan kepada peserta didik tujuan
penilaian diri.
2. Menentukan kompetensi yang akan dinilai.
3. Menentukan kriteria penilaian yang
akan digunakan.
4. Merumuskan format penilaian, dapat
berupa daftar tanda cek,
atau skala penilaian.
5. Dilakukan uji validitas dan
reliabiltitas untuk melihat tingkat penyebaran item.
6. Analisis
Uji Validitas Dan Reliablititas pada penilaian diri
a.
Validitas
Suatu alat penilaian disebut valid (absah atau
sahih) apabila alat tersebut mampu menilai apa yang seharusnya dinilai. Dengan
demikian suatu alat penilaian disebut valid jika ia dapat menilai dengan tepat
sesuatu yang dinilai itu.
Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu
belum tentu valid untuk tujuan (karakteritik) lain. Dengan kata lain validitas
(keabsahan, ketepatan) dari suatu alat evaluasi harus ditinjau dari
karakteristik tertentu. Oleh karena itu untuk menentukan validitas suatu alat
evaluasi hendaklah dilihat dari berbagai aspek, diantaranya validitas isi,
validitas muka (luar), validitas konstuksi (psikologis), validitas ramal, dan
validitas banding.
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas kriterium
ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat penilaian yang akan
diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan
diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi (baik), sehingga hasil
penilaian yang digunakan sebagai kriterium itu telah mencerminkan kemampuan
siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi pula
validitas alat ukur tadi.
b.
Reliabilitas
Berdasarkan pendapat Djemari Mardapi (1996) pada
reliabilitas suatu alat ukur, bukti yang perlu ditunjukkan adalah besarnya
konsistensi antar penilai (inter-rater). Misalnya suatu tugas yang
dikerjakan seseorang diamati atau dinilai oleh tiga orang, hasil tiga perangkat
skor tersebut dikorelasikan, bila harganya tinggi berarti penilai tersebut bisa
dipercaya dalam arti berhak melakukan penilaian. Bila koefisiennya rendah, maka
hasil pengukuran mengandung kesalahan yang besar
Dari uraian di atas
mengenai reliabilitas, tampak bahwa reliabilitas ini berhubungan dengan masalah
kepercayaan atau keterandalan. Suatu tes yang memiliki reliabilitas yang tinggi
jika ia dapat memberikan hasil yang relatif tetap. Kualitas alat penilaian yang
berkenaan dengan validitas dan reliabilitas tersebut penting. Akan tetapi
validitas lebih penting karena validitas mempengaruhi derajat reliabilitas,
sebaliknya belum tentu. Dengan demikian reliabilitas alat penilaian itu
sifatnya perlu sebagai akibat dari validitas.