Makalah Psikologi Perkembangan Moral Manusia Full (BAB II)
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Moral menurut
Havighurst
Perkembangan
kanak-kanak amat dipengaruhi oleh lingkungannya. Institusi keluarga amat
mempengaruhi pribadi anak-anak. Havighurst membagi
perkembangan menjadi tiga fase yaitu : Fase Bayi dan Awal anak-anak
( 0-6 tahun), anak-anak mula bercakap, mula berintraksi dengan orang lain,
belajar bertolak ansur dan bertimbang rasa, sedia mendengar pandangan orang
lain dan boleh membedakan betul dan salah, Fase Pertengahan anak-anak (6-12 tahun) menguasai beberapa kemahiran dalam permainan, kemahiran 3M, mula
berkawan dengan orang lain dan mampu memahami konsep hidup serta moral,
Fase Awal Remaja dan Remaja (12-18 tahun), bentuk badan mulai berubah, minat
bergaul dengan lawan jenis, ingin kebebasan dan konsep baik dan buruk semankin
mantap. Robert J. Havighurst juga mengemukakan bahwa pada usia-usia tertentu
seseorang harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan. Kemampuan merupakan
keberhasilan yang memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas
berikutnya, dan terdiri dari tugas perkembangan;
- Masa kanak-kanak (usia bayi dan usia TK)
- Masa anak (usia SD)
- Masa remaja
- Masa dewasa awal
- Masa setengah baya
- Masa tua
Menurut Havighurst
setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan
aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, emosional, moral dan sosial.
B.
Karakteristik Anak Usia
SD
1.
Pertumbuhan
Fisik atau Jasmani
Perkembangan fisik atau
jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut
usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula.
Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang
menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan
orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Nutrisi dan kesehatan
amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya
anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan
orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan
fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita
kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan
anak. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering
kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata),
gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan
kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran
jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
2.
Perkembangan Intelektual dan
Emosional
Perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain
kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun
dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Perkembangan emosional berbeda satu
sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan
dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan
emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan
bangsa.
Perkembangan emosional
juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang
sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.
Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi
keseimbangan emosional anak. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain
yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosional anak.
Dalam mengatasi
berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya
orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri,
psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat
melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala
sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan
emosional anak. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan
ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan
yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres
pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah
bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar
kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta
berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai
aktivitas.
3.
Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang
sejak anak berusia 4 - 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya
untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki
keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa
berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan
kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara
lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain,
(c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi
diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f)
untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Potensi anak berbicara didukung oleh
beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c)
adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e)
motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua. Di
samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan
berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi
pembicaraan orang lain.
4.
Perkembangan Moral, Sosial, dan
Sikap
a. Kepada
orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus
mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut
menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam
bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila
berbuat atau berperilaku yang positif.
b. Terdapat
bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa
materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada
kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam
masyarakat luas.
c. Fungsi
hadiah bagi anak, antara lain:
1) memiliki nilai pendidikan
2) memberikan
motivasi kepada anak
3) memperkuat
perilaku dan
4) memberikan
dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
d. Fungsi
hukuman yang diberikan kepada anak adalah:
1) Fungsi
restruktif
2) Fungsi
pendidikan,
3) Sebagai
penguat motivasi.
Syarat
pemberian hukuman adalah:
1) Segera
diberikan,
2) Konsisten,
3) Konstruktif,
4) Impresional
artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya,
5) Harus
disertai alasan,
6) Sebagai
alat kontrol diri,
7) Diberikan
pada tempat dan waktu yang tepat.
C.
Hubungan
Perkembangan Moral Siswa Dengan Pendidikan Moral
Perkembangan emosi
remaja pada peringkat awal terutama pada zaman kanak-kanak banyak dipengaruhi
melalui pelaziman dan cara peniruan. Cara pelaziman berlaku dengan mudah dan
cepat pada masa beberapa tahun permulaan hidup mereka. Kanak-kanak menggunakan
daya imaginasi dalam membayangkan sesuatu mengikut yang telah dilazimkan. Cara
peniruan pula, kanak-kanak meniru tingkah laku emosi yang diperhatikannya pada
orang lain dan memberikan gerak balas terhadap perkara berkenaan dengan cara
yang tidak dapat dibuatnya dulu. Oleh kerana itu, emosi remaja pada zaman
kanak-kanak berkembang mengikut proses pelaziman dan peniruan.
Ibu bapak adalah orang
pertama yang menjadi contoh kepada anak-anak remaja. Jika ibu bapak berkelakuan
buruk, bertindak keras dan menganiaya anak-anak, emosi dan tingkah lakunya akan
turut menyeleweng karena sejak kecil jiwa mereka ditanam dengan bibit
kerusakan. Ketika usia remaja pula, emosi berkembang dengan pesat hasil
daripada kematangan dan pembelajaran. Itulah sebabnya bentuk pernyataan emosi
pada zaman remaja banyak bergantung kepada apa yang dipelajarinya daripada
masyarakat sekeliling.
Antara ciri emosi
remaja ialah romantik, mudah keliru dan mudah marah atau memberontak. Remaja
yang mempunyai ciri-ciri romantik adalah remaja yang mengalami tarikan
heteroseksual (tarikan antara remaja yang berlainan kelamin) melalui
pendampingan mereka dengan remaja lain. Pada zaman remaja adalah puncak
wujudnya perasaan cinta romantis. Menurut Dr Rohaty Majzub, perasaan romantis
membawa pengertian bahwa mereka menganggap dan menggambarkan individu yang
dicintai itulah yang paling ideal, mempunyai watak, sahsiah atau ciri-ciri yang
memikat hati remaja.
Perasaan romantis
remaja mempunyai pengaruh mendalam kepada hidup mereka. Perasaan romantis ini
mendorong remaja menulis dalam diary peribadi. Penulisan diary peribadi adalah
ciri yang menunjukkan pengasingan diri dan keupayaannya untuk menguraikan
mengenai dirinya di samping keinginannya untuk lari daripada gelisah melanda
dirinya. Remaja akan mencatatkan peristiwa harian terutama bagi menggambarkan
perasaannya sama ada perasaan cinta, kecewa dan gembira. Ketika zaman remaja,
perubahan fisikal, emosi dan personality berlaku dengan pesat dan mereka harus
memahaminya dengan teliti. Ketika ini juga berlaku perubahan dalam hubungan
mereka dengan keluarga, rekan sebaya dan masyarakat sekeliling. Harapan yang
baik dan tanggungjawab mula dikenakan kepada mereka. Dalam keadaan begini
kadang-kadang mereka mudah keliru dengan peranan dan tanggungjawab mereka.
Itulah sebabnya golongan remaja mudah bertukar pendirian, pendapat, ideologi
dan kawan-kawan. Selain itu, remaja juga mempunyai emosi yang mudah marah.
Zaman remaja yang
dikatakan sebagai ‘storm and stress’ mudah menyebabkan remaja
memberontak dan marah terhadap seseorang atau sesuatu perkara. Seseorang remaja
mempunyai kehendak yang harus diterima keluarga, rekannya dan masyarakat
sekeliling. Remaja mudah menunjukkan emosi memberontak dan marahnya dengan
tindakan agresif seperti mendurhaka kepada keluarga, lari dari rumah dan ingkar
dengan peraturan sekolah. Mereka mendurhaka kepada keluarga sebagai percobaan
untuk bebas daripada sifat kekanak-kanakan dan untuk mencapai kemerdekaan jiwa.
Jiwa ingin lari dari rumah pula, apabila mereka rasa tidak selera dengan
undang-undang dan mencoba untuk hidup bebas. Tindakan
tingkah dari peraturan sekolah pula, karena remaja menganggap pembelajaran di
sekolah mengganggu jiwa remajanya karena di sekolah terdapat banyak peraturan
dan ruang kritikan seperti guru, kerja sekolah dan disiplin. Pendidik perlu
memahami bahwa remaja yang dalam proses perkembangan dan perubahan boleh
menimbulkan pelbagai masalah emosi karena mereka sedang berhadapan dengan
proses penyesuaian diri antara zaman kanak-kanak dengan alam dewasa.
Bagi remaja yang
bersedia dengan kehadiran masalah dan sanggup menerimanya dengan hati terbuka,
mereka berjaya menerima perubahan itu sekali pun kadang kala pahit baginya.
Tetapi bagi sesetengah remaja pula, tidak berupaya menyesuai atau menerima
dengan mudah perubahan itu, lalu menunjukkan gangguan psikologi pada dirinya.
Dr Zakiah Daradjat, seorang pengkaji masalah remaja berkata, perkara yang
menyebabkan masalah emosi remaja adalah disebabkan oleh perubahan jasmani,
terutama perubahan hormon seks, keadaan masyarakat dan keadaan ekonomi yang
melingkungi remaja serta perlakuan orang tua yang kaku dan bertentangan dengan
remaja. Masalah yang berkaitan dengan emosi remaja disebut juga sebagai masalah
personal psikologi (Hassan Langgulung,1977).
Masalah personal
psikologi ialah perkara yang berkaitan peribadi dan masalah psikologi remaja
itu sendiri seperti personaliti, perubahan emosi, kebimbangan, kerisauan,
keyakinan dan tekanan. Masalah personaliti seperti mudah hilang sabar, takut membuat
kesilapan, sukar membuat keputusan, sukar melupakan kesilapan lalu dan gagal
dalam beberapa perkara dilakukan. Zaman remaja yang penuh dengan tekanan dan
kecemasan emosi, amat memerlukan pendekatan pendidikan teladan dalam proses
memberi bimbingan kepada golongan ini. Pendidik perlu menggunakan pendekatan
psikologi pendidikan. Untuk melaksanakan pendekatan psikologi pendidikan,
terlebih dulu penpendidikan perlu memahami psikologi remaja. Dengan pemahaman
ini, penpendidikan dapat menyelami emosi dan jiwa remaja serta dapat
menggunakan pendekatan sesuai dengan minat dan kecenderungan mereka.
Remaja amat memerlukan
sokongan dan pemahaman daripada orang dewasa ketika mereka mengharungi zaman
yang penuh dengan cabaran ini. Ketika ini, perubahan dari aspek emosi agak
pesat. Sekiranya mereka tidak mendapat sokongan daripada orang dewasa, mereka
mudah mengalami gangguan emosi dan menimbulkan masalah emosi yang boleh memberi
kesan tidak baik kepada perkembangan psikologi remaja.
D. Pendidikan
Agama Remaja
Pendidikan merupakan usaha sadar yang
terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan
kemampuannya secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek
psikomotorik. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat
yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek,
yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan,
perlu diupayakan suatu sistem pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan
ketrampilan peserta didik yang unggul, yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, manusia yang kreatif, cakap, terampil, jujur, dapat dipercaya,
disiplin, bertanggung jawab dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi. Untuk
mewujudkan manusia yang unggul perlu diberikan landasan pendidikan yang kokoh.
Oleh karena itulah kebutuhan dasar siswa harus terpenuhi lebih dahulu, yaitu:
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang,
dan kebutuhan akan harga diri. Bangsa kita sebenarnya telah memiliki pilar
pendidikan yang sangat fundamental, yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantoro, Ing
Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani, namun implementasinya
dalam pendidikan kita masih rendah. Empat pilar pendidikan yang
dijadikan fondasi pendidikan pada era informasi dan jaringan global ini dalam
meraih dan merebut pasar internasional. Keempat pilar tersebut adalah :
1. Learning to
Know (belajar untuk tahu)
Pada
proses pembelajaran melalui penerapan paradigma ini, peserta didik akan dapat
memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari
fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Untuk mengkondisikan masyarakat
belajar yang efektif dewasa ini, diperlukan pemahaman yang jelas tentang “apa”
yang perlu diketahui, “bagaimana” mendapatkan Ilmu pengetahuan,
“mengapa’ ilmu pengetahuan perlu diketahui, “untuk apa” dan “siapa” yang akan
menggunaka ilmu pengetahuan itu. Belajar untuk tahu diarahkan pada peserta
didik agar mereka memiliki pengetahuan fleksibel, adaptable, value added dan
siap memakai bukan siap pakai. Sebab, salah satu ukuran luar yang dapat
dipakai untuk melihat sejauh mana tingkat kemjuan diskursus suatu disiplin ilmu
adalah dengan melihat upaya-uapay dan hasil diskursus mengenai disiplin
tersebut.
2. Learning to Do (Belajar
untuk melakukan)
Proses
pembelajaran dengan penekanan agar peserta didik menghayati proses belajar
dengan melakukan sesuatu yang bermakna ‘’Active Learning‘’. Peserta
didik memperoleh kesempatan belajar dan berlatih untuk dapat menguasai dan
memiliki standar kompetensi dasar yang dipersyaratkan dalam dirinya. Proses
pembelajaran yang dilakukan menggali dan menemukan informasi (information
searching and exploring), mengolah dan informasi dan mengambil keputusan (information
processing and decision making skill), serta memecahkan masalah secara
kreatif (creative problem solving skill). Menurut John Dewey bahwa
pembelajaran yang dapat dilakukan dengan: 1). Belajar peserta didik dengan
berpikir kreatif, 2). Keterampilan proses, 3). Problem solving approach,
4). Pendekatan inkuiri, 5). Program sekolah yang harus terpadu dengan kehidupan
masyarakat, dan 6). Bimbingan sebagai bagian dari mengajar. Beberapa bentuk
Active Learning ; Kegiatan Active learning dilakukan dengan kegiatan
mandiri, peserta didik membaca sendiri bahan yang akan dibahas di kelas.
3. Learning to be (Belajar
untuk menjadi diri sendiri)
Proses
pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik dengan sikap mandiri.
Kemandirian belajar merupakan kunci terbentuknya rasa tanggung jawab dan
kepercayaan diri untuk berkembang secara mandiri. Sikap percaya diri akan lahir
dari pemahaman dan pengenalan diri secara tepat. Belajar mandiri harus didorong
melalui penumbuhan motivasi diri. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam melatih kemandirian peserta didik, misalnya; pendekatan
sinektik, problem soving, keterampilan proses, discovery, inquiry, kooperatif, dan
sebagainya Pendekatan pembelajaran tersebut mengutamakan keterlibatan peserta
didik secara efektif. Pendekatan-pendektan pembelajaran ini pada dasarnya suatu
proses sosial, peserta didik dibantu dalam melakukan peran sebagai pengamat
yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Meskipun guru dapat
memberikan situasi masalah, namun dalam penerapannya, peserta didik mencari,
menanyakan, memeriksa dan berusaha menemukan sendiri hal-hal yang dipelajari.
Para peserta didik mulai berpikir berdasarkan kemampuan dan pengalamannya
masing-masing secara logis. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
4.
Learning To
Live Together (Belajar untuk Hidup Bersama)
Proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati hubungan antar manusia
secara intensif dan terus menerus untuk menghindarkan pertentangan ras/etnis,
agama, suku, keyakinan politik, dan kepentingan ekonomi. Peningkatan pendidikan
nilai kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasi hubungan antar manusia.
Untuk mewujudkan makna pendidikan dan
fondasi pembelajaran yang terintegrasikannya nilai-nilai kemanusiaan dalam
kepribadian dan perilaku selama proses pembelajaran diperlukan proses
pembelajaran yang efektif. Keefektifan proses pembelajaran merupakan
pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran tepat yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Keefektifan proses pembelajaran berkenaan
dengan jalan, upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, tepat dan cepat (Nana Sudjana, 1996 : 52). Sekolah
tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai masyarakat, namun juga
harus memberikan keaktifan kepada peserta didik dan secara kritis dalam
menghadapi masalah-masalah sosial, dan harus mengadakan usaha pemecahan
masalah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan pembelajaran antara lain kemampuan guru dalam menggunakan strategi.
Penerapan strategi pembelajaran dipengaruhi oleh faktor tujuan, peserta didik,
situasi, fasilitas dan pembelajaran itu sendiri. Dengan menerapkan metode yang
tepat, proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif sehingga hasil pembelajaran
akan lebih baik dan mantap. Salah satu startegi pembelajaran yang memberikan
perhatian pengembangan potensi peserta didik adalah strategi keterampilan
proses (proses pemecahan masalah).
1. Pengembangan
Potensi remaja
Pengembangan
potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan sistematis dalam
membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki kecakapan dan
keterampilan hidup. Untuk dapat mengembangkan, sebelum ataupun bersamaan dengan
usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan pemahaman para
pendidik terhadap remaja.5
Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik kecakapan personal
(personal skill) yang mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri (self
awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill),
kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill),
maupun kecakapan vokasional (vocational skill). Kegiatan pendidikan pada
tahap melatih lebih mengarah pada konsep pengembangan kemampuan motorik peserta
didik. Terkait dengan proses melatih ini, perlu dilakukan pembiasaan dan
pengkondisian anak dalam berpikir secara kritis, strategis dan taktis dalam
proses pembelajaran. Peserta didik dilatih memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan
dan memahami proses pemecahan “masalah”. Berangkat dari kondisi
tersebut, maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama ini
dibudayakan harus ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalam
sistem pembelajaran. Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan
di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul,
diperlukan strategi pengembangan pendidikan, antara lain:
2. Mengedepankan model perencanaan pendidikan
(partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan karakteristik
masyarakat.
3.
Pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator,
fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
4.
Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders,
kebutuhan pasar dan tuntutan teman saing.
5. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing),
memanfaatkan berbagai potensi sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga
pendidikan yang ada, pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan
lembaga lain yang sangat peduli pada pendidikan.
6. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan
berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik
dari lembaga di dalam negeri maupun dari luar negeri.
7. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai
masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
E.
Kritik
terhadap pendapat Havighurst
Berdasarkan pendapat Havighurst mengenai perkembangan moral
pada anak-anak yang mana menurut Havighurst sangat dipengaruhi lingkungan. Yang mana dalam hal ini saya memberi kritikan
bahwa, memang benar perkembangan anak memang dipengaruhi oleh lingkungan.
tetapi, menurut saya perkembangan anak bukan hanya di pengaruhi oleh lingkungan
saja melainkan pertumbuhan anak juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang lain
misalnya perkembangan anak tersebut muncul karena adanya hasil pemikiran dan
hasil berfikir anak itu tersebut. Dalam perkembangannya anak melibatkan
pemikiran untuk memperluas kemampuannya dalam menghadapi sebuah tantangan dalam
kehidupannya kelak. Oleh karena itu seorang anak harus di beri bimbingan,
arahan dan petunjuk agar anak tersebut tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak
benar yang nantinya akan dilakukan pada kehidupannya yang akan datang baik pada
saat mereka dewasa maupun masa tua kelak.