Makalah Teori Belajar Humanistik Full (BAB II)
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Humanisme
Teori
belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor
internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan. Menurut
teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan
individu. Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh
dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya.
Menurut
teori belajar humanisme,
tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta
didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Bagi
penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses
belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuiknya yang paling ideal. Dengan kata lain teoti
ini lebih tertarik pad aide belajar dalam bentukny yang paling ideal daripada
belajar apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai.
Perhatian
psikologi humanistikyang terutama tertuju pada masalah bagaimanatiap-tiap
inividu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribasi nereka yang mereka
hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik
aliran mumanustik, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai
dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pada pendidikan adalah
membantu anak untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu unytuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantunya dalam merealisasikan / mewujudkan potensi-potensi yang ada pada
diri mereka. Dalam menyoroti masalah perilaku, para ahli psikologi behaviorist
dan humanistik mempunyai pandangan yang berbeda. Para
behaviorist memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya
terhadap lingkungan; pengalaman mas lampau dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka. Sebliknya, para humanist mempunyai pendapat bahwa tiap orang
itu menentukan perilaku mereka sendiri, mereka bebas memilih kualitas hidup
mereka dan tak terikat pada lingkungannya.
Pendekatan
humanisme diikhtisarkan sbb;
1.
Siswa akan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu
perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan
pula dan para siswa bebas menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan
mereka.
2. Pendidik aliran humanistik mempunyai perhatian yang
murni dalam pengmbangan anak-anak, perbedaan-perbedaan individual
B. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers
Metode yang diterapkan Rogers
dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi yang berpusat pada
klien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan
terapi yang berpusat pada klien dari Rogers
sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan
emosional. Rogers
berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya
menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh (berfungsi secara utuh).
Lima sifat khas orang yang
berfungsi sepenuhnya (fully human being).
1.
Keterbukaan pada pengalaman
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatif.
2.
Kehidupan ekstansial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3.
Kepercayan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
4.
Perasaan bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat
banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang
ingin dilakukannya.
5.
Kreatifitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah
laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai
respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya
Carl Rogers adalah
seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai
dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers
menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang
benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pandangan ini
dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang
sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat
berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh
adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai
kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman
yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya / unconditional
positive regards.
Menurut Rogers yang terpenting dalam
proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa
3.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
Rogers
menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting
diantaranya ialah :
1.
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
9.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar
guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck
pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Carl Rogers
menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan yang
nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan klien
untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran
tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima
siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman,
hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
diri. Pengajaran yang baik adalah
“proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu,
bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka
untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut” (Purkey & Novak,
dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Kelemahan atau
kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata-mata melihat
kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang
berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang
partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
C. Aplikasi Teori Belajar Humanisme Dalam
Pendidikan
1. Pendidikan Humanistik
Menurut
Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang
positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan
yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri.
Salah satu
cara untuk mendeskripsikan pendidikan humanistik adalah dengan melihat apa yang
terjadi di kelas. Kirchenbaum dalam (Roberts, 1975) melihat ada 5 dimensi yang
dapat dijadikan jalan untuk menjadi kelas yang humanis.
a. Pilihan dan kendali diri
Dalam hidupnya siswa dihadapkan dengan proses menetapkan tujuan dan membuat
keputusan. Pendidikan humanistik memfasilitasi
kemampuan tersebut dengan memberikan latihan mengambil keputusan terkait
dengan tujuan sekolah maupun aktivitas harian. Siswa dapat dilatih melalui
aktivitas kegiatan siswa dan belajar yang memungkinkannya memiliki pilihan dan
kendali dalam merancang, menetapkan tujuan, memutuskan, dan mempertanggung
jawabkan keputusan yang telah dibuatnya.
b. Memperhatikan minat dan perasaan siswa
Kelas menjadi humanis ketika kurikulum dan pembelajaran menunjukan
perhatian pada minat dan perasaan siswa. Mengkaitkan materi pelajaran dengan
minat, pengetahuan, dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa dan meminta
tanggapan siswa merupakan contoh aktivitas yang dinilai siswa memperhatikan
minat mereka.
c. Manusia
seutuhnya
Perlu perubahan orientasi pembelajaran dan penilaian dari orientasi aspek
kognitif menuju ke arah perhatian, penghormatan, dan penghargaan terhadap siswa
sebagai manusia seutuhnya. Integrasi ketrampilan berpikir dengan kecakapan
hidup yang lain sangat penting agar lebih efektif menjadi individu.
d. Evaluasi diri
Pendidikan humanistik bergerak dari evaluasi yang dikontrol guru menuju
evaluasi yang dilakukan oleh siswa. Siswa perlu difalitasi untuk memantau
kemajuan belajarnya sendiri baik melalui tes atau umpan balik dari orang lain.
e. Guru sebagai fasilitator
Guru perlu mengubah peran, yaitu berubah
dari sebagai direktur belajar menjadi fasilitator atau penolong. Guru hendaknya
lebih suportif daripada mengkritisi, lebih memahami daripada menilai, lebih
real dan asli daripada berpura-pura. Jika keadaan tersebut dapat dilakukan maka
akan berkembang hubungan menjadi resiprokal, yaitu guru sering menjadi
pembelajar, dan siswa sering menolong dan mengajar juga.
Untuk mengembangkan pendidikan yang
humanis maka diperlukan:
a. Pendidikan yang menghargai dan
mengembangkan segenap potensi manusia; tidak saja dimensi kognitif, namun juga
kemampuan afektif, psikomotorik dan potensi unik lainnya. Siswa dihargai bukan
karena ia seorang juara kelas melainkan karena ia mengandung potensi yang
positif.
b. Interaksi antara siswa dan guru yang
resiprokal dan tulus
Tanpa hubungan yang saling
percaya dan saling memahami maka pendidikan yang mengeksporasi segenap perasaan
dan pengalaman siswa sulit untuk dilaksanakan.
c. Proses pembelajaran yang mendorong
terjadinya proses interaksi dalam kelompok dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengeksplorasi pengalaman,
kebutuhan, perasaannya sendiri sekaligus belajar memahami orang
d. Pengembangan metode pembelajaran yang
mampu menggerakkan setiap siswa untuk menyadari diri, mengubah perilaku, dan
belajar dalam aktivitas kelompok melalui permainan, bermain peran dan metode
belajar aktif lainnya.
e. Guru yang peduli, penuh perhatian, dan
menerima siswa sesuai dengan tertinggi setiap insan.
f. Mengembangkan sistem penilaian yang
memungkinkan keterlibatan siswa misalnya dengan penilaian teman sebaya, dan
siswa menilai kemajuan yang telah dicapai sendiri melalui evaluasi diri.
2. Pendidik yang Humanistik
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator:
a.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada
pencintaan suasana awal,situasi kelompok, atau pangalaman kelas.
b.
Fasilitator membantu untuk memproleh dan memperjelas
tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang
bersifat lebih umum.
c.
Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa
untuk melaksanakan tutjuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendurong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d.
Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untukmembntu
mencapai tujuan mereka.
e. Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok
kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan
dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bgi individual
ataupun bagi kelompok.
g. Bilamana cuacu penerimaan kelas telah mantap,
fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya
sebagai seorang anividu, seperti siswa yanglain.
h. Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksaan,
tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau
ditolak oleh siswa.
i. Harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
j. Di dalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep
mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi
yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah:
a.
Merespon perasaan siswa
b.
Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi
yang sudah dirancang
c. Berdialog
dan berdiskusi dengan siswa
d. Menghargai
siswa
e. Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan
f. Menyesuaikan
isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
siswa.
g. Tersenyum pada siswa.
Borton (dalam
Roberts, 1975) lebih lanjut menjelaskan beberapa karakteristik peran pendidik
humanistik disamping perhatian terhadap perasaan siswa “disini dan kini”, yaitu
:
a. Guru memfasilitasi siswa mempelajari
dirinya sendiri, memahami perasaan dan tindakan yang dilakukannya
b. Guru mengenali harapan dan imajinasi siswa
sebagai bagian penting dari kehidupan
siswa dan memfasilitas proses saling bertukar perasaan
c. Guru memperhatikan bahasa ekspresi non
verbal, seperti gesture dan suara. Melalui ekspresi non verbal ini beberapa
keadaan perasaan dan sikap dikomunikasikan oleh siswa.
d. Guru menggunakan permainan, improvisasi,
dan bermain peran sebagai cara untuk menstimulasi perilaku yang dapat
dipelajari dan diubah.
e. Guru memfasilitas belajar dengan
menunjukkan secara eksplisit tentang bagaimana prinsip-prinsip dasar dinamika
kelompok sehingga siswa dapat lebih bertanggung jawab untuk mendukung belajar
mereka.
Menurut Hamacheek,1996; Guru yang efektif tampaknya
adalah guru yang “manusiawi”. Mereka
mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis dripada autaktorik, dan
mereka mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para siswa, baik secara
perorangan maupun secara kelompok. Guru yang tidak efektif jelas kurang
memiliki rasa humor, mudah menjadi tidak sabar, mengunakan komentar-komentar
yang melukai dan mengurangi rasa ego,kurang integrasi, cenderung agak otoriter,
dan biasanya kurang peka terhadap kebutuhan-kebutuhan siswa mereka. Menurut
Combs dan kawan-kawan, ciri-ciri guru yang baik adalah;
a. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu
mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
b. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat
ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang.
c.
Guruyng cenerung melihat orng lain sebagai orang yang
septutny dihargai.
d.
Guru yng melihat orang-orang dan perilku mereka pada
dasarnya berkembang dari dalam; jdi, bukan merupakan produk dari
peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan digerakkan. Dia melihat
orang-orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika; jadi bukan orang yang pasif
atau lamban.
e.
Guru yang menganggap orang lain itu pada dasarnya dapat
dipercayai dan dpat diandalkan dalam pengertian dia akan berperilaku menurut
aturan-aturan yang ada.
f.
Guru yang melihat orng lain itu dapat memenuhi dan
memingkatkan dirinya, bukan menghalangi, aplagi mengancam.
3. Aplikasi dalam Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau
spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok
untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.