Artikel Manajemen Laba
Manajemen
laba dapat terjadi karena penyusunan statemen keuangan menggunakan dasar
akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui
pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar
akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu perioda dapat mengandung
unsur kas dan akrual (non kas).
Unsur
akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen (discretionary accruals) atau
non-kebijakan manajemen (nondiscretionary accruals). Peningkatan penjualan
secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan)
dapat merupakan contoh nondiscretionary accruals, sedangkan perubahan biaya
kerugian piutang yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang
dilakukan oleh manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan
contoh discretionary accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba
akuntansi antara lain ditentukanoleh besaran akrual baik yang discretionary
maupun nondiscretionary.
Manajemen
laba dilakukan dengan tujuan tertentu. Misalnya, manajemen laba yang dilakukan
dengan menggunakan akrual yang menaikan laba untuk tujuan mendapatkan harga
saham yang relatif tinggi pada waktu penerbitan saham. Hasil penelitian bahwa
terdapat manajemen laba dalam statemen keuangan perusahaan sebagai go public
dengan menggunakan akrual yang menaikan laba.
Manajemen
laba dapat juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan terkait dengan
kepemilikan saham manajemen. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dalam rangka
program opsi saham karyawan. Dalam program ini, harga pengambilan opsi biasanya
ditentukan pada saat penawaran program. Hal ini mendorong menajemen untuk
melakukan manajemen laba sebelum tanggal hibah opsi yaitu penurunkan laba agar
supaya mempengaruhi harga saham dan dengan demikian manajemen dapat menerima
opsi pada waktu harga saham relatif rendah.
Manajemen
laba juga dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu yang lain,
- Dalam rangka mendapatkan bonus berbasis laba.
2.
Untuk menghindari pelanggaran kontrak
utang
3.
Menghindari biaya politis (political
cost).
4.
Mengkomunikasikan informasi privat
secara efesien.
Manajemen
laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan
keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi agresif (positive
discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary
accruals).
Manajemen
laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan
keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai
alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat
tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam pengambilan keputusan, dan solusi
tersebut tidak menimbulkan masalah baru.
Salah
satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih ketat tetapi
masih memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan pemilihan kebijakan
akuntansi dalam batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya
untuk mengkomunikasikan informasi privat yang dapat meningkatkan keinformasian
laba, atau untuk tujuan efficient contracting berbasis laba. Standar akuntansi
yang lebih ketat dapat meningkatkan kualitas laba, tetapi perlu diperhatikan
bahwa standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat meningkatkan
manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen laba real)
serta meningkatkan biaya manajemen laba.
Di samping itu, untuk mencegah
manajemen laba yang berlebihan, penerapan good corporate governance (GCG)
diperlukan. Struktur corporate governance yang baik dapat mengurangi manajemen
laba. Lee et al. (2007) menemukan bahwa manajemen laba berhubungan positif
dengan keter¬kaitan organisasional (manajemen laba cenderung terjadi pada
perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi). Manajemen laba tersebut
berkurang pada perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi yang
disertai proporsi direksi eksternal yang besar dan kepemilikan ekuitas
institusional yang tinggi (struktur corporate governance relatif baik).
Penerapan GCG memungkinkan keputusan-keputusan operasional yang relatif baik,
misalnya pemilihan auditor sesuai dengan spesialisasi auditor dalam industri
yang diaudit. Balsam et al. (2003) menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh
auditor spesialis industri mempunyai discretionary accruals lebih rendah dan
koefisien respon laba lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit
oleh auditor non-spesialis. Temuan ini menunjukkan bahwa kompetensi auditor
yang tinggi dalam industri yang diaudit dapat mengurangi manajemen laba
(meningkatkan kualitas laba) dan menambah manfaat informasi laba.
Perluasan pengungkapan merupakan alternatif untuk mencegah atau mengurangi manajemen laba berlebihan. Sebagai contoh, kewajiban pengungkapan tentang dampak pemilihan kebijakan akuntansi yang menaikkan atau menurunkan laba, misalnya dampak untung penghentian aset, biaya kerugian piutang, atau rugi penghentian asset.
Perluasan pengungkapan merupakan alternatif untuk mencegah atau mengurangi manajemen laba berlebihan. Sebagai contoh, kewajiban pengungkapan tentang dampak pemilihan kebijakan akuntansi yang menaikkan atau menurunkan laba, misalnya dampak untung penghentian aset, biaya kerugian piutang, atau rugi penghentian asset.