Model Pembelajaran Kontekstual Full
Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual
Ada kecendrungan dewasa ini untuk
kembali pada peimikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Belajar akan bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran berorientasi target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu pembelajaran dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan itu
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa berkerja dan mengalami, bukan
trasfer pengetahuan dan guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan
dan pada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak
untuk memecakan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta
menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa
harus mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mereka mencapainya. Pembelajaran kontekstual adalah salah satu pembelajaran yang menekankan
pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas
lebih hidup dan lebih bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual
merupakan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan
kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu siswa dilatih
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu situasi, misalnya
dalam bentuk simulasi, dan misalnya yang memang ada di dunia nyata. (Nurhadi,
2003:4).
Peranan Kontekstual dalam
pembelajaran
Peranan Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran kontekstual
adalah membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara
menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka dan
membekali siswa dengan pengetahuan secara fleksibel.
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual ini melibatkan para siswa
dan membantu mereka rnengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan
nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna
di dalam tugas sekolah. Ketika menemukan permasalahari yang menarik, mereka
membuat pilihari dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik
kesimpulan, dan secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh,
merencanakan,menyelidiki, mempertanyakan, membuat keputusan, dan dengan cara ini
mereka menemukan makna.
Tujuh
komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan
ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dan teori
kontruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu
informasi kompleks ke situasi lain, dan apa bila dikehendaki informasi itu
menjadi miliki mereka. Menurut Jean Piaget (Nurhadi, 2003 : 37) ada empat
konsep dasar belajar konstruktivisme yaitu:
a. Skemata
Skemata adalah struktur kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan asimilasi dan akomodasi.
b. Asimilasi
Suatu proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru dimana seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang ada.
c. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru.
d. Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan adalah proses asimilasi dengan akomodasi.
a. Skemata
Skemata adalah struktur kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan asimilasi dan akomodasi.
b. Asimilasi
Suatu proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru dimana seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang ada.
c. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru.
d. Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan adalah proses asimilasi dengan akomodasi.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya
adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual awal dan pengetahuan, jantung dan pengetahuan, dan aspek
penting dan pembelajaran. Orang
bertanya karena ingin tahu, menguji, mengkonfirmasi, dan menghindari kesalah pahaman. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk:
a. Menggali informasi baik administrasi maupun akademis;
b. Mengecek pemahaman siswa;
c. Memecahkan persoalan yang dihadapi;
d. Membangkitkan respon kepada siswa;
e. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
f. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertnyaan dan siswa dan;
h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
a. Menggali informasi baik administrasi maupun akademis;
b. Mengecek pemahaman siswa;
c. Memecahkan persoalan yang dihadapi;
d. Membangkitkan respon kepada siswa;
e. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
f. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertnyaan dan siswa dan;
h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3.
Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti
dan kegiatan pembelajaran pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat tetapi hasil dan penemuan. Kata kunci dan strategi
inquiry adalah siswa menemukan sendiri. Kegiatan
inquiry sebenarnya sebuah siklus. Siklus
itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun);
b. Mengumpulkan data melalui observasi;
c. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya Iainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas atau audiens yang lain.
a. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun);
b. Mengumpulkan data melalui observasi;
c. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya Iainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas atau audiens yang lain.
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran
dapat diperoleh dan kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dan sering
antara teman, antar kelompok, dan antar mereka yang tahu ke belum tahu.
Kegiatan saling belajar ini biasa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan
dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada
pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak saling mendengarkan. Pada
dasarnya, masyarakat belajar itu mengandung arti sebagai berikut:
a. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman;
b. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah;
c. Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik dan secara individual;
d. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama;
e. Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat diadakan;
f. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya:
g. Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antar anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima;
h. Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok;
i. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah;
j. Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik;
k. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain;
l. Tidak ada kebenaran yang harinya satu saja;
m. Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu di perhatikan agar yang lambat, lemah biasa pula berperan;
n. Siswa bertanya kepada teman-temannya itu mengandung arti belajar.
a. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman;
b. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah;
c. Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik dan secara individual;
d. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama;
e. Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat diadakan;
f. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya:
g. Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antar anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima;
h. Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok;
i. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah;
j. Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik;
k. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain;
l. Tidak ada kebenaran yang harinya satu saja;
m. Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu di perhatikan agar yang lambat, lemah biasa pula berperan;
n. Siswa bertanya kepada teman-temannya itu mengandung arti belajar.
5.
Pemodelan (Modeling)
Maksud dan pemodelan adalah dalam
sebuah pembelajaran atau pengetahuan tertentu ada model yang biasa ditiru.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar. Pemodelan dapat
berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
Dengan kata lain model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru
memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu guru memberi
model tentang “Bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-.satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorag siswa dapat ditunjuk
untuk memberi contoh kepada temannya.
6.
Refleksi
(reflektion)
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang harus dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah
kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru
saja diterima. Pengetahuan yang diperoleh dan proses. Pengetahuan yang dimiliki
siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi
sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa dengan menbuat hubungan-hubungan
antar pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan
begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang telah baru dipelajarinya. Untuk itu guru perlu melaksanakan refleksi pada
akhir program pengajaran. Pada akhir pengajaran penyisakan waktu sejenak agar
siswa melakukan refleksi.
7. Penilaian
Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian yang benar adalah
menilai apa yang seharusnya dinilai, itulah hakikat penilaian autentik.
Ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut:
a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk;
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung:
c. Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber;
d. Tes harian salah satu alat pengumpul data penilaian;
e. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat mencerminkan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari
f. Penilaian harus menekankan kepedalaman pengetahuan dan keahlian siswa.
a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk;
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung:
c. Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber;
d. Tes harian salah satu alat pengumpul data penilaian;
e. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat mencerminkan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari
f. Penilaian harus menekankan kepedalaman pengetahuan dan keahlian siswa.