Matematika Dan Tujuan Pengajarannya
Hakikat Belajar Matematika
Defenisi
tentang matematika yang dikemukakan oleh para ahli sampai saat ini, belum ada
yang dapat diterima secara mutlak dan bersifat baku. Adapun pendapat para ahli
tentang pengertian matematika tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman
masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa
symbol, matematika metode berfikir logis, matematika adalah sarana berfikir,
matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika adalah ilmu yang
abstrak dan deduktif dan masih banyak lagi definisi yang lainnya.
Belajar
matematika adalah suatu usaha atau aktivitas mental untuk memahami arti
hubungan dari konsep-konsep dan struktur matematika. Pada hakekatnya belajar
matematika adalah suatu kegiatan psikologis yaitu mempelajari atau mengkaji
berbagai hubungan antara objek-objek dan struktur matematika serta berbagai
hubungan antara struktur matematika melalui manipulasi symbol-simbol sehingga
diperoleh pengetahuan baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner memberikan batasan
bahwa “Belajar metematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta
mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika itu”.
Dalam
pembelajaran matematika harus dipelajari secara bertahap, berurutan serta
berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar dalam konteks matematika suatu proses aktif yang dilakukan untuk
memperoleh pengetahuan baru dengan memanipulasi simbol-simbol dan struktur
matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Jika dikaitkan dengan belajar matematika
maka hasil belajar terjadi karena evaluasi yang dilakukan guru dalam
mempelajari matematika. Agar dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan
pendidikan dan pengajaran maka perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan
untuk menilai hasil belajar.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk
melihat kemajuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari. Dalam
pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak
yang paling bertanggung jawab atas hasilnya.
Matematika dan Tujuan Pengajarannya
Nesher
mengonsepsikan karakteristik matematika terletak pada kekhususannya dalam
mengkomunikasikan ide matematika melalui
bahasa numerik. Dengan bahasa numerik, memungkinkan seseorang dapat
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan sifat kekuantitatifan dari
matematika tesebut, dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu masalah.
Itulah sebabnya matematika selalu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak
dalam memecahkan masalah.
Sesorang
akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika, karena ilmu
matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan
sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah
karena proses kerja matematika dilalui secara berurut yang meliputi tahap
observasi, menebak, menguji hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan
teorema-teorema. Selain itu, matematika memiliki konsep struktur dan
hubungan-hubungan yang banyak menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol ini
sangat penting dalam membantu memanipulasi aturan-aturan yang beropersi dalam
struktur-struktur. Simbolisasi juga memberikan fasilitas komunitas sehingga
dapat memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi, dan dari informasi
inilah dapat dibentuk konsep-konsep baru. Dengan demikian, simbol-simbol
matematika sangat bermanfaat untuk mempermudah cara kerja berpikir, karena
simbol-simbol ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide, dengan jalan
memahami karakteristik matematika seperti yang telah dikemukakan.
Hakikat
belajar matematika menurut Hamzah adalah suatu aktivitas mental untuk memahami
arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada
situasi nyata. Schoenfeld mendefenisikan bahwa belajar matematika berkaitan
dengan apa dan bagaimana menggunakannya
dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan
pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan mental.
Berkaitan dengan hal ini, maka belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang
berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang
sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya membentuk
himpunan-himpunan baru yang lebih rumit. Demikian seterusnya, sehingga dalam
belajar matematika harus dilakukan secara hirarkis. Dengan kata lain, belajar
matematika pada tahap yang labih tinggi harus didasarkan pada tahap belajar
yang lebih rendah.
Menurut
Peaget bahwa untuk memahami konsep matematika dari konsep yang sederhana menuju
pada konsep yang lebih tinggi, berjalan seiring dengan perkembangan intelektual
anak yang dipilihnya menjadi empat periode berpikir. Keempat periode berpikir
tersebut, yaitu periode sensori motorik, pra operasional, operasi konkret, dan
periode operasi formal. Lebih jauh dikatakan perkembangan intelektual terjadi
secara pasti dan spontan. Sedangkan anak yang belajar matematika sifatnya
fleksibel, tidak tergantung pada umurnya.
Struktur
kognitif anak menurut Ausubel dalam Romiszowski berhubungan dengan struktur
ingatan yang secara tetap terbentuk dari apa yang sudah dibentuk sebelumnya.
Untuk itu, bahan pelajaran matematika yang dipelajari harus bermakna, artinya
bahan pelajaran harus sesuai dengan kemampuan dan struktur kognitif yang
dimiliki siswa. Dengan kata lain, Pelajaran matematika yang baru perlu
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sehingga konsep-konsep baru
tersebut benar-benar terserap dengan
baik. Hakikat belajar matematika seperti ini oleh Ausubel disebut
sebagai belajar bermakna.
Dikarenakan matematika sebagai suatu ilmu yang tersusun menurut struktur, maka sajian matematika hendaknya dilakukan dengan cara yang sistematis, teratur, dan logis sesuai perkembangan intelektual anak. Dengan cara penyajian seperti ini, siswa yang belajar akan siap menerima pelajaran dilihat dari segi perkembangan intelektualnya.
Dikarenakan matematika sebagai suatu ilmu yang tersusun menurut struktur, maka sajian matematika hendaknya dilakukan dengan cara yang sistematis, teratur, dan logis sesuai perkembangan intelektual anak. Dengan cara penyajian seperti ini, siswa yang belajar akan siap menerima pelajaran dilihat dari segi perkembangan intelektualnya.