Model Pembelajaran Group Investigation
Karakteristik Group Investigation
Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
konstruktivis adalah pembelajaran berbentuk kelompok kooperatif seperti
kelompok penyelidik (group investigation).
Model pembelajaran group investigasi
sering dipandang sebagai model yang paling kompleks dan paling sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Model kelompok penyelidik adalah satu
model pembelajaran dimana para pelajar secara kolaboratif dalam kelompoknya
memeriksa, mengalami dan memahami topik kajian mereka dan melibatkan siswa
sejak perencanaan.
Menurut Slavin dalam Muslich (2007: 229) bahwa: Pendekatan
konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kelompok kooperatif
secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
konsep-konsep tersebut dengan temannya.
Pembelajaran dengan model kelompok penyelidik turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran matematika. Di dalam
pembelajaran model kelompok penyelidik, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
beberapa kelompok yang terdiri atas 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang
heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan
akademik siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan pendapat dan bekerja melakukan penyelidikan untuk memecahkan
masalah dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Menurut Lie dalam Rahman
(2007: 21) bahwa “kelompok penyelidik biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan akademis sedang, dan satu
orang berkemampuan akademis rendah”.
Selama belajar melalui kelompok penyelidik siswa tetap berada dalam kelompoknya
untuk beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang aktif, memberi penjelasan kepada teman kelompok dengan
baik, berdiskusi, dan sebagainya. Salah satu penunjang agar pembelajaran
kelompok penyelidik dapat terlaksana dengan baik adalah siswa diberikan lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Selain itu, unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kelompok penyelidik perlu
ditanamkan kepada siswa. Menurut Ibrahim, dkk. dalam Rahman (2007: 22)
unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kelompok penyelidik adalah sebagai
berikut:
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah
beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
2. Setiap siswa memiliki tanggung
jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab
terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Siswa haruslah berpandangan bahwa
semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5. Setiap siswa akan diberikan
evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh
anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri atau
karakteristik dari pembelajaran kelompok penyelidik adalah sebagai berikut:
1. Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
2. Jika memungkinkan, setiap anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
3. Siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
4. Penghargaan lebih dominan
berorientasi kelompok daripada individual.
Berdasarkan ciri-ciri dari pembelajaran kelompok penyelidik di atas,
dapat dikemukakan bahwa dengan pembelajaran kelompok penyelidik memberikan
kesempatan siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan dan kondisi sosial
untuk bekerja sama, saling bergantung dan belajar saling menghargai satu dengan
lainnya. Dalam penelitian ini, heterogenitas kelompok lebih difokuskan pada
kemampuan akademis (prestasi matematika yang telah diperoleh siswa).
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan guru, dan setiap anggota kelompok harus saling membantu
untuk mencapai ketuntasan materi tersebut. Belajar belum selesai jika masih ada
anggota dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran. Apabila ada siswa
memiliki pertanyaan, teman satu kelompoknya diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan jawabannya
kepada guru. Dengan demikian, pembelajaran kelompok penyelidik dapat membuat
siswa secara aktif menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong munculnya
refleksi yang mengarah pada pembentukan konsep. Selain itu, siswa juga dapat
memiliki keterampilan-keterampilan untuk bekerjasama yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Inovasi Tindakan Guru
Menurut Slavin dalam Rahman (2007: 24) pembelajaran model kelompok
penyelidik mempunyai urutan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengajar: mempresentasikan
pelajaran.
2. Belajar dalam kelompok: siswa
bekerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk
menuntaskan materi pelajaran.
3. Tes: siswa mengerjakan kuis atau
tugas secara individual.
4. Penghargaan kelompok: skor tim
dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota kelompok, laporan berkala kelas,
atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang
berhasil mencetak skor tinggi.
Dalam penelitian ini, urutan kegiatan pembelajaran kelompok penyelidik
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Presentasi Materi Pelajaran
Materi pelajaran pada awalnya akan diperkenalkan oleh guru
melalui penyajian kelas dengan menggunakan RPP yang telah disiapkan.
2. Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok
bekerja dengan menggunakan kartu soal.
3. Tes/Evaluasi
Setelah selesai satu sub pokok bahasan, siswa akan
diberikan tes (kuis) secara individual dan tidak diperbolehkan saling membantu.
Dengan demikian, siswa sebagai individu bertanggung jawab untuk memahami materi
pelajaran.
4. Penghargaan Kelompok
Kelompok akan diberikan penghargaan jika memperoleh skor
rata-rata melebihi kriteria tertentu (skor kelompok dihitung dengan menambahkan
skor peningkatan tiap-tiap anggota kelompok dan membagi dengan jumlah anggota
kelompok).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran kelompok penyelidik yang bersifat
kooperatif, menurut Arends dalam Muslich (2007: 229) terdapat enam fase atau
langkah utama dalam pembelajaran kelompok sebagaimana dirangkum berikut ini.
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan model kelompok penyelidik adalah: (1) menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok, (2) meminta siswa mengerjakan tugas pada kartu soal dengan bekerjasama dalam kelompok, (3) memberi arahan agar siswa selalu berada dalam tugas kelompok, (4) mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok, (5) membimbing/memberi bantuan kepada siswa dalam aktivitas kelompok, (6) mengajukan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, (7) memberi umpan balik, dan (8) kegiatan di luar tugas.
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan model kelompok penyelidik adalah: (1) menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok, (2) meminta siswa mengerjakan tugas pada kartu soal dengan bekerjasama dalam kelompok, (3) memberi arahan agar siswa selalu berada dalam tugas kelompok, (4) mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok, (5) membimbing/memberi bantuan kepada siswa dalam aktivitas kelompok, (6) mengajukan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, (7) memberi umpan balik, dan (8) kegiatan di luar tugas.
Aktifitas Siswa dalam
Kelompok Penyelidik
Dalam pembelajaran kelompok penyelidik, siswa tidak hanya mempelajari
materi saja, tetapi siswa juga harus melakukan aktifitas yang ada hubungannya dengan
tugas memecahkan masalah matematika. Aktifitas siswa di dalam kelas dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: (1) aktivitas siswa di dalam tugas (on-task), dan (2) aktivitas siswa di
luar tugas (off-task). Dalam
kaitannya dengan aktivitas siswa di dalam tugas, dapat digolongkan menjadi dua
yakni, aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Kedua jenis aktivitas tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Aktivitas Aktif
Empat kategori aktivitas aktif di dalam tugas, seperti:
a.
Menyelesaikan masalah secara
mandiri.
b.
Membuat catatan tertulis.
c.
Memberi penjelasan.
d.
Mengajukan pertanyaan atau
menawarkan (meminta) bantuan.
2.
Aktivitas Pasif
Aktivitas siswa di dalam tugas yang dikategorikan pasif
adalah :
a.
Mendengar penjelasan.
b.
Membaca materi ajar.
c. Siswa nampak berpikir untuk
menyelesaikan suatu masalah atau memperhatikan apa yang dikerjakan temannya.
Selanjutnya, aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam aktivitas di luar
tugas apabila siswa melakukan kegiatan di luar tugas yang dihadapi. Aktivitas
yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah: (1) siswa
mengobrol/bercakap-cakap hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi ajar, (2)
siswa membaca sumber lain yang tidak berkaitan dengan tugas yang dihadapi, (3)
siswa bermain, tidur-tiduran dan melamun.
Secara teoritis, sebagaimana yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa dengan menerapkan pembelajaran kelompok penyelidik siswa lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika saling mendiskusikan
masalah tersebut dengan temannya. Komunikasi antar siswa dalam kelompok dan
heterogenitas akan lebih bermakna, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi dengan menggunakan keterampilan bekerjasama. Siswa yang mengalami
kesulitan harus aktif berpikir dan meminta bantuan kepada teman dalam
kelompoknya yang lebih mampu secara terarah. Demikian juga, siswa yang lebih
mampu harus berpikir untuk membantu teman kelompoknya yang kurang mampu.