Model Pembelajaran Tuntas Full
Pengertian dan Kriteria Belajar
Tuntas
Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah
agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002:
96) Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan
maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh. Maksud utama dari
belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar
yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud
lain dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat
belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian
75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai
60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes
sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk
mata pelajaran tersebut.
Masalah yang sangat penting yang kita hadapi adalah
bagaimana usaha kita agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan
efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang
dianggap esensial bagi perkembangannya. Bila kita ingin agar seseorang mau
belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan
pengalaman yang menyenangkan baginya. Bermacam-macam usaha yang dapat
dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual
menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Dalam usaha itu harus turut diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh yaitu bakat untuk
mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran,
ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar.
Cara yang rasanya paling efektif adalah adanya tutor
untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara ini tentunya
mahal sekali dan sukar dilaksanakan di sekolah. Walaupun tidak dapat
dilaksanakan atas pertimbangan biaya, namun dapat dijadikan sebagai modal bagi
usaha-usaha lainnya. Untuk mencapai penguasaan penuh seperti dilakukan pada apa
yang disebut “non-grade school”, yaitu sekolah tanpa tingkat kelas.
Sistem ini memungkinkan anak untuk maju terus menurut kecepatan masing-masing.
Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki
prasyarat bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara
khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam suatu
alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan
siswa.
Variabel Strategi Belajar Tuntas
Berdasarkan penemuan, John Carrol (dalam
Suryosubroto, 2002: 102) merumuskan bahwa belajar tuntas ditentukan oleh
variabel-variabel sebagai berikut :
1. Bakat
(Attitude)
Bakat
adalah sejumlah waktu yang diminta oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu
tugas pelajaran.
2. Ketekunan
(Perseverance)
Ketekunan
sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar.
3. Kualitas
pengajaran (Quality of Instruction)
Kualitas
pengajaran ditentukan oleh unsur-unsur tugas belajar. Yang perlu diperhatikan
adalah mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
kreativitas siswa secara individual sehingga dapat menghasilkan tingkat
penguasaan bahan yang hamper sama pada semua siswa yang berbeda-beda bakatnya.
4. Kemampuan untuk menerima pelajaran (Ability
to Understand Intsuction)
Kesanggupan
atau kemampuan untuk memiliki dan memahami pelajaran berkaitan erat dengan
kemampuan untuk mengerti bahan lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti
bahan lisan erat dengan hasil guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahan
tulisan (kemampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku. Untuk
itu guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa sehingga hasil yang ia capai
berada pada jangkauan kemampuan pengertian siswa.
5. Kesempatan yang Tersedia untuk Belajar (Time
Allowed for Learning)
Alokasi
waktu tiap bidang situasi telah ditentukan dalam kurikulum yang tentunya telah
disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan perkembangan jiwanya.
Ciri-ciri Belajar Mengajar Dengan
Prinsip Belajar Tuntas
1. Pengajaran
didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Ini berarti bahwa tujuan dari strategi belajar mengajar adalah agar hampir
semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan.
2. Memperhatikan
perbedaan individu. Yang dimaksud dengan perbedaan disini adalah perbedaan
siswa dalam diri serta laju belajarnya.
3. Evaluasi
dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas criteria
Evaluasi
dilakukan secara kontinyu (continuous evaluation) ini diperlukan agar
guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis.
Evaluasi mengenal 2 macam bentuk yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
4. Menggunakan
program perbaikan dan program pengayaan.
Program
perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi
yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan
kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah.
5. Menggunakan
prinsip siswa belajar aktif
Cara
belajar demikian mendorong siswa untuk dapat mengembangkan ketrampilan
kognitif. Ketrampilan “manual” kreativitas dan logika berpikir.
6. Menggunakan
satuan pelajaran yang kecil
Pembagian
unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat
memperoleh umpan balik secepat mungkin.
Pembelajaran Matematika Dengan
Belajar Tuntas
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah
anak didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (yakni
dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa (dalam memilih strategi belajar).
Dengan demikian makin baik metode yang digunakan, akan makin efektif pula
pencapaian tujuan belajar. Metode pembelajaran merupakan penjabaran daru
pendekatan dan implementasi oleh teknik pembelajaran.
Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan
peran utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya hasil belajar siswa.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dimaksudkan adalah pendekatan
dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh
standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.
Dalam model yang paling sederhana Carrol
mengembangkan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang
diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan
waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan
kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup atau dia tidak dapat
menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan
kompetensi siswa tersebut oleh Block (dalam Suryobroto, 2002 : 100).
Dalam pembelajran konvensional, dimana bakat (aptitude)
siswa tersebar secara normal dan kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama
dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil
belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dikatakan
bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.
Sebaliknya apabila siswa-siswa sehubungan dengan
bakanya tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar
yang sama untuk setiap siswa, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam
kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang dapat mencapai
penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan
keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas
bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas tidak
lain adalah untuk mempertinggi rata-rata hasil siswa dalam belajar matematika
dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan serta
perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi
atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, maka dapat dikemukakan prinsip-prinsip
utama pembelajaran tuntas adalah :
1. Kompetensi
harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkhis.
2. Evaluasi
yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus
diberikan feedback.
3. Pemberian
pembelajaran remedial serta bimbingan dimana diperlukan.
4. Pemberian program-program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan lebih awal.
4. Pemberian program-program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan lebih awal.
1 komentar:
Terimakasih, artikelnya sangat menarik dan bermanfaat. Jika anda ingin membaca artikel jurnal dari mahasiswa/i Universitas Gunadarma, silahkan kunjungi website ini http://wartawarga.gunadarma.ac.id/