Pendekatan Active Learning Dalam Pembelajaran Matematika
Pendekatan Active Learning
Model pembelajaran konstruktivisme telah mendapat perhatian yang besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada akhir tahun ini.
Model konstruktivisme memiliki masa
depan yang menjanjikan dalam bidang pendidikan sains. Model ini merupakan
pengembangan dari teori perkembangan kognitif
Piaget.
Strategi pokok model pembelajaran konstruktivisme adalah meaningful
learning, yang mengajak peserta didik berpikir dan memahami materi
pelajaran, bukan sekedar mendengar, menerima, dan mengingat-ingat. Setiap unsur
materi pelajaran harus diolah dan interpretasikan sedemikian rupa sehingga
masuk akal. Pengatahuan baru akan terbentuk dari suatu yang masuk
akal. Sesuatu yang tidak masuk akal tidak akan bertahan lama dalam pikiran.
Dengan pendekatan pembelajaran yang seperti
ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena
pengetahuan masuk otak setelah melalui proses “masuk akal”. Yang tidak masuk
akal dikesampingkan. Karena tersimpan secara mendalam, meski pernah lupa,
pengetahuan tersebut akan mudah dipelajari kembali.
Pendekatan
active learning adalah suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa
belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi pembelajaran. Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari
materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru
mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan
belajar aktif, biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Pendekatan
active learning itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimal. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada
kecendrungan untuk cepat melupakan apa telah diberikan. Oleh sebab itu
diperlukan perangkat tertentu dapat mengikat informasi yang baru saja diterima
dari guru. Pendekatan active learning salah satu cara untuk mengikat
informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Karena salah satu cara
faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak
manusia itu sendiri. Belajar hanya mengandalkan indra pendengaran mempunyai
beberapa kelemahan, padahal hasil belajar harusnya disimpan sampai waktu lama.
Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu
kalau terjadi proses refleksi secara internal. Jika siswa diajak berdiskusi,
menjawab pertanyaan atau membuat pernyataan, maka otak mereka akan bekerja
lebih baik sehingga proses pembelajaranpun dapat terjadi dengan baik pula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa member pertanyaan kepada siswa atau menyuruh
mereka mendiskusikan materi yang baru saja diberikan mampu meningkatkan nilai
evaluasi dengan kenaikan yang signifikan.
Dalam pendekatan active learning, setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan
dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi
pelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada.
Karena itulah, dalam model konstruktivisme,
kegiatan belajar-mengajar harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal peserta
didik. Barulah kemudian guru menambahkan
unsur-unsur pelajaran yang baru yang disesuaikan dengan pengetahuan yang
tersebut secara aktif.
Agar peserta didik belajar secara aktif,
guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian rupa, sehingga
peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi seperti
ini akan dapat tercipta kalau guru dapat
meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan yang
nyata sang peserta didik. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi
sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan.
Di samping itu, agar belajar menjadi
aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka menggunakan otak
untuk mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan, serta bersemangat
dan bergairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak
leluasa dan berpikir keras (moving about
and thinking aloud).
Penerapan Active Learning
Adapun teknik-teknik dalam menerapkan
pendekatan active learnig dibagi
menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1. Cara dan strategi menjadikan siswa aktif
sejak awal
Bagian ini berisi pembuka percakapan dan aktifitas
pembuka lain untuk segala bentuk pelajaran. Teknik-tekniknya dirancang untuk
mengerjakan salah satu atau beberapa dari yang berkut ini:
a. Pembentukan tim: membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain atau menciptakan semangat kerja sama dan kesalingtergantungan.
b. Penilaian serentak: Mempelajari tentang sikap, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
c. Perlibatan belajar secara langsung: Menciptakan minat awal terhadap pelajaran.
d. Di samping itu, teknik-teknik ini mendorong siswa untuk mengambil peran aktif semenjak awal.
a. Pembentukan tim: membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain atau menciptakan semangat kerja sama dan kesalingtergantungan.
b. Penilaian serentak: Mempelajari tentang sikap, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
c. Perlibatan belajar secara langsung: Menciptakan minat awal terhadap pelajaran.
d. Di samping itu, teknik-teknik ini mendorong siswa untuk mengambil peran aktif semenjak awal.
2. Membantu siswa mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap secara aktif
Bagian ini terampil berisi teknik-teknik
pengajaran yang bisa digunakan ketika Anda sedang mengajarkan inti dari
pelajaran Anda. Teknik-tekniknya dirancang untuk menghindari atau justru
menguatkan cara pengajaran yang didominasi guru. Beraneka macam alternatif
disediakan, dan semuanya secara halus menekan siswa untuk memikirkan, merasakan,
dan menerapkannya. Alternatif-alternatif itu antara lain:
a. Proses belajar satu kelas penuh: Pengajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.
b. Diskusi kelas: Dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.
c. Pengajuan pertanyaan: Siswa meminta penjelasan.
d. Kegiatan Belajar kolaboratif: Tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil.
e. Pengajaran oleh teman sekelas: Pengajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri.
f. Kegiatan belajar mandiri: Aktifitas belajar yang dilakukan secara perseorangan.
g. Kegiatan belajar aktif: Kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.
h. Pengembangan keterampilan: Mempelajari dan mempraktikkan keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.
a. Proses belajar satu kelas penuh: Pengajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.
b. Diskusi kelas: Dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.
c. Pengajuan pertanyaan: Siswa meminta penjelasan.
d. Kegiatan Belajar kolaboratif: Tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil.
e. Pengajaran oleh teman sekelas: Pengajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri.
f. Kegiatan belajar mandiri: Aktifitas belajar yang dilakukan secara perseorangan.
g. Kegiatan belajar aktif: Kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.
h. Pengembangan keterampilan: Mempelajari dan mempraktikkan keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.
3. Menjadikan belajar tak terlupakan
Bagian ini berisi cara-cara untuk mengakhiri
sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami
cara menerapkannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita
jelaskan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya. Teknik-teknik
dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa dari yang berikut ini:
a. Peninjauan: Mengingat dan mengikhtisarkan apa yang telah dipelajari.
b. Penilaian diri: Mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan, keterampilan atau sikap.
c. Perencanaan masa mendatang: Menentukan bagaimana siswa akan melanjutkan belajarnya setelah pelajaran berakhir.
d. Ungkapan perasaan terakhir: Menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa pada akhhir pelajaran.
Pada pendekatan active learning mempunyai kekuatan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan).
a. Peninjauan: Mengingat dan mengikhtisarkan apa yang telah dipelajari.
b. Penilaian diri: Mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan, keterampilan atau sikap.
c. Perencanaan masa mendatang: Menentukan bagaimana siswa akan melanjutkan belajarnya setelah pelajaran berakhir.
d. Ungkapan perasaan terakhir: Menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa pada akhhir pelajaran.
Pada pendekatan active learning mempunyai kekuatan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan).
Kekuatannya
antara lain adalah:
1. Proses pembelajaran tidak membosankan
siswa
2. Siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran
3. Guru dan siswa diminta bekerja sama secara
partisivasif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun proses bimbingan
terhadap siswa lainnya.
4. Menguatkan informasi atau pelajaran yang
telah sipelajari sebelumnya
5. Sumber belajar tidak saja dari guru atau
buku, tetapi bisa dari sesama siswa
6. Pendekatan ini berusaha mengatasi
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode pembelajaran lainnya, yang
mendasarkan pada pendekatan kelas saja, atau kelompok, dan individu saja.
Adapun
kelemahannya ialah:
1. Menyita waktu lebih banyak
2. Pendekatan ini tidak mudah dalam
pelaksanaannya karena lebih melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut
macam-macam kemampuan yang memadai
3. Pada pendekatan ini tentu meminta berbagai
fasilitas, perlengkapan, alat, waktu, dan dana yang cukup besar.
4. Guru harus mampu menerapkan cara belajar
aktif secara efektif dan efisien.
Hasil Belajar Matematika melalui pendekatan Active Learning
Dari beberapa defenisi yang di kemukakan
sebelumnya penulis berkesimpilan bahwa Hasil belajar matematika adalah cermin
dari tingkah laku penguasaan dan keterampilan siswa hasil kegiatan belajar
matematika yang berwujud atau pujian sesuai hasil pengukuran tes yang
dilakukan. Tinggi rendahnya hasil belajar matematika menunjukkan sejauh mana
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Jadi dapat dipahami bahwa hasil belajar matematika melalui pendekatan active learning adalah hasil optimal atau kemampuan maksimum yang diperoleh dari suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang dapat diukur melalui instrumen berupa tes hasil belajar. Instrumen tersebut harus sesuai dengan tujuan pencapaian kognitif yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Jadi dapat dipahami bahwa hasil belajar matematika melalui pendekatan active learning adalah hasil optimal atau kemampuan maksimum yang diperoleh dari suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang dapat diukur melalui instrumen berupa tes hasil belajar. Instrumen tersebut harus sesuai dengan tujuan pencapaian kognitif yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.