Artikel Kebenaran Fisika Menurut Teori Filsafat (BAB I)
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang selalu berusaha menemukan
kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, diantaranya
adalah menggunakan rasio (rasionalis) dan juga menggunakan pengalaman
(empiris).
Dalam usaha mencari kebenaran tersebut, terkadang manusia
melupakan hakikat kebenaran yang sebenarnya. Kata “kebenaran” sendiri memiliki
pemaknaan yang berbeda-beda bagi tiap individu tergantung dari sudut
pandangnya. “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos
sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi.
Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada
2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di
satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran)
(Syafi’i, 1995).
Kebenaran menurut fisika klasik sejak lama sudah diakui
sebagai suatu kebenaran berdasarkan teori, hukum, postulat, dan ….. yang secara
pembuktian dan populer, namun fisika Modern tidak sepopuler karena kajian dan
pembuktiannya sabgat terbatas.
Ilmuwan yang mendalami fisika klasik cenderung berpikir
sesuatu secara ilmiah, logis, dan realistis. Berbeda dengan orang-orang yang
mendalami fisika modern yang cenderung mempercayai teori dan postulat yang
tidak perlu pembuktian secara nyata dan empiris.
Namun demikian, antara kedua sudut pandang tersebut terdapat
keterkaitan yang signifikan. Jika pengetahuan fisika klasik dan pengetahuan fisika
modern terkonvergensi dan bergabung akan menimbulkan interaksi menakjubkan.
Interaksi ini pula yang melahirkan pengetahuan-pengetahuan populer dan
digunakan untuk kemajuan peradaban manusia hingga saat ini.
Topik yang diangkat pada artikel ini masih bersifat umum dan
luas, dalam pembahasannya dibatasi pada konteks kebenaran teori, postulat,
hukum dan hipotesa
Artikel Kebenaran Fisika Menurut Teori FilsafatBAB SELANJUTNYA KLIK DI SINI