Artikel Lengkap Asesmen Pembelajaran Fisika (BAB II)


PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Penilaian Pembelajaran
Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja, individu peserta didik atu kelompok. Penilaian adalah  penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau proses belajar peserta didik.
Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik.
Metode dan tehnik penilaian sebagai bagian dari penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi oleh peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan sering kali digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Namun diantara keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering dicampuradukan, padahal keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan. Peserta didik dengan menggunakan suatu standar.
Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bias berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan atau pernyataan sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Inventori merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri dari keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan lain sebagainya.

B.     Penilaian Dalam Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika merupakan aktivitas untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran mata pelajaran fisika yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui kegiatn belajar mengajar fisika, siswa diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Dengan mencermati berbagai kemampuan, keterampilan dan kompetensi dasar yang diharapkan dalam mata pelajaran seperti yang dicirikan di atas, maka nampaknya system penilaian yang digunakan pun harus menggunakan system penilaian yang dapat mengungkap kemampuan, keterampilan dan kompetensi siswa secara menyeluruh seperti yang diharapkan dalam kurikulum.
Bidang fisika berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya dan alam sekitarnya. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Untuk itu siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitarnya. Keterampilan ini meliputi keterampilan dalam proses pengamatan dengan seluruh indera, pengajuan hipotesis, penggunaan alat dan bahan secara benar, analisis data dengan benar, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan (menyusun laporan).
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi yang sering kali dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat Jendral diperoleh informasi bahwa masih banyak laboratorium físika yang belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya bahkan pengelolaan dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar belum optimal atau ada yang belum digunakan sama sekali. Masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut. (1) Kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktik laboratorium físika masih belum memadai. (2) Kurang memadainya baik kualitas maupun kuantitas tenaga laboratorium menyebabkan pemanfaatan laboratorium fisika belum optimal. (3) Proses evaluasi aktivitas di laboratorium belum memadai. Untuk mengevaluasi unjuk kerja siswa dalam melakukan praktikum di laboratorium diperlukan format penilaian unjuk kerja yang mencakup aspek-aspek sesuai dengan tuntutan kurikulum misalnya: mempersiapkan alat ukur, Memasang/merangkai alat, membaca hasil pengukuran, menuliskan data, menganalisis data, menyusun laporan dan sebagainya.
Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa.
Cronbach (1984) menjelaskan bahwa semua tes pada dasarnya adalah untuk mengukur unjuk kerja dalam suatu segi. Namun tes unjuk kerja biasanya digunakan terhadap suatu tugas yang membutuhkan respons nonverbal. Misalkan tes praktek, melukis, menyanyi dan sebagainya.
Sedangkan menurut Majid (2006:88)  performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.
Berdasarkan pendapat di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa performance assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Assesmen kinerja mensyaratkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kinerjanya menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, tindakan atau unjuk kerja. Tes Unjuk Kerja meminta siswa mewujudkan tugas sebenarnya yang mewakili keseluruhan kinerja yang akan dinilai, seperti mempersiapkan alat, menggunakan alat/merangkai alat, menuliskan data, menganalisis data, menyimpulkan, menyusun laporan dan sebagainya. Secara khusus penilaian kinerja menjelaskan kemampuan-kemampuan siswa, pemahaman konseptual, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan melaksanakan kinerja dan kemampuan melakukan suatu proses.
Menurut Stiggins (1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa adalah dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses tersebut berakhir.
Menurut Maertel, terdapat 2 karakteristik yang mendasari penilaian kinerja, yaitu:
         1.   Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dalam mengkreatifitaskan suatu produk atau terlibat dalam aktivitas.
            2.      Produk dari evaluasi performance lebih penting dibandingkan dengan perbuatannya.
Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja tersebut sudah dianggap berkualitas baik, maka paling tidak harus memperhatikan tujuh kriteria di bawah ini ( Popham, 1995:147):
           1.      Generability
Apakah keterampilan peserta tes dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut dapat digeneralisasikan atau dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya dalam kehidupan sehari-hari? Semakin dapat digeneralisasikan tugas penilaian performance tersebut atau semakin dapat dibandingkan dengan tugas yang lainnya, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila para peserta tes diberi tugas-tugas dalam penilaian performance yang berlainan.
           2.      Authentic
Apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan hal yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
           3.      Multiple fact
Apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diinginkan.
           4.      Teachability
Apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan harus relevan dengan materi atau keterampilan yang diajarkan guru di kelas.
           5.      Fairness
Apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas yang diberikan harus dipikirkan agar tidak bisa untuk semua jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status social ekonomi.
           6.      Feasibility
Apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian ini memang relevan untuk dapat dilaksanakan, mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatan-peralatannya.
           7.      Scorability
Apakah tugas yang diberikan nantinya dapat diskor dengan akurat dan reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian penskorannya.

C.    Target yang ingin di capai melalui penilaian kinerja
Stiggins (1994: 162) bahwa target yang dapat dicapai melalui penilaian kinerja meliputi:
           1.      Knowledge atau pengetahuan.
         2.    Reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan untuk dapat memecahkan suatu masalah.
           3.      Skill  yaitu  keterampilan  atau  kecakapan  siswa
           4.      Product  yaitu berbagai macam karya cipta.
           5.      Affect yaitu sikap
Ada  dua  komponen  penting  dalam  penilaian  kinerja,  yaitu tugas   kinerja (assessment task) dan kriteria penskoran/rubrik (rubric). Tugas  kinerja berupa prosedur kegiatan yang harus dilakukan dan daftar kinerja yang harus dipertunjukkan siswa, dalam bentuk kegiatan atau proses dan pernyataan atau deskripsi atau produk tertulis mengacu pada kegiatan praktikum yang dilakukan. Sedangkan rubrik adalah alat-alat seperti daftar cek, skala pengukuran, atau deskripsi yang mengidentifikasi criteria yang digunakan untuk mengukur karya siswa dalam rangka mengevaluasi performansi (unjuk kerja siswa). Dengan adanya rubrik, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai siswa, dan siswa pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya karena pedoman penilaiannya jelas. Biasanya kriteria ini terdiri dari dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) dan hal lainnya adalah criteria yang harus di penuhi untuk mencapai skor itu.  
  
D.    Metode Dan Contoh Menilai Penilaian kinerja
Hal yang paling sulit dilakukan sebuah penilaian adalah bagaimana menilai seobjektif mungkin yang terjadi pada penilaian kinerja. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pendekatan dan metode yang akurat untuk menyimpulkan tingkat pencapaian kinerja, yaitu: metode holistic dan metode analistic.
           1.      Metode Holistic
Metode holistic digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor nilai berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta tes.
           2.      Metode Analytic
Para penskor memberikan penilaian (skor) pada bagian aspek yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai dengan menggunakan checklist dan rating scale. 

DAFTAR PUSTAKA

Djaali, H. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Grasindo : Jakarta.
Foster, Bob. 2014. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Penerbit Duta : Bandung
Iryanti, puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Depdiknas : Yogyakarta
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Nuha Medika : Yogyakarta
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrument Tes dan Non Tes. Mitra Cendikia : Yogyakarta
Kunandar. 2012. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Raja Grafindo Persada : Jakarta
Kusaeri, Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Popham, W. 1995. Classroom Assesment. Allyn and Bacon : Boston
Stiggin, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assesment. Mac Milan College Publishing Company : Newyork.
Description: Artikel Lengkap Asesmen Pembelajaran Fisika (BAB II)
Rating: 4.5
Reviewed by: Rumah Makalah
On: 23.04.00
TOP