Makalah Faktor Internal Yang Mempengaruhi Proses Belajar (BAB II)
PEMBAHASAN
A.
Intelegensi
1.
Pengertian Intelegensi
Intelegensi
adalah kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk kemampuan untuk
beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Selain itu
intelegensi juga dapat diartikan sebagai aktivitas atau perilaku sebagai
perwujudandari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
Banyak teori tentang intelegensi ini dan tiap
teori karena bertolak dari asumsi yang berbeda maka memberikan rumusan yang
berbeda pula. Beberapa teori memperlihatkan kecenderungan yang sama bahwa
intelegensi merujuk pada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang
cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang
cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam
memahami unsure-unsur yang ada dalam suatu situasi, dalam melihat hubungan
antar unsur dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan atau
tindakan.
Dari berbagai
defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan konsep yang sangat
kompleks, yang antara lain tercermin dari kemampuan seseorang untuk berfikir
abstrak, menghubungkan berbagai peristiwa atau konsep, memecahkan masalah,
beradaptasi dengan lingkungan, atau mencari kemungkinan-kemungkinan baru.
Selain itu, kecerdasan seorang anak akan terus berkembang selaras dengan
pertumbuhannya secara fisik dan perkembangan jiwanya.
2.
Kecerdasan Jamak
Akhir-akhir
ini banyak dibahas tentang konsep kecerdasan jamak atau multiple
intelligence. Konsep ini berawal dari karya Howard Garnerd yang didasarkan
pada hasil penelitiannya selama beberapa tahun tentang kapasittas kognitif
manusia (human cognitive capacities).
Garnerd
menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya
mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun sebagaian besar individu menunjukan
penguasaan seluruh spectrum kecerdasan tiap individu memiliki tingkat
penguasaan yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan dan
kecerdasan-kecerdasan itu bergabung menjadi satu kesatuam membentuk kemampuan
pribadi yang cukup tinggi. Garnerd sendiri memberikan definisi tentang
kecerdasan sebagai kecakapan untuk memecahkan masalah, kecakapan untuk
mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan, dan kecakapan untuk melakukan
sesuatu atau membuat sesuatu yang bermanfaat.
Defenisi-definisi
tersebut dilandasi oleh pandangan Gardner yang didasarkan atas teori
multicultural. Menurut Garner dada tujuh macam kecerdasan yaitu:
a.
Intelegensi linguistic verbal (verbal
linguistic intelligence)
b.
Kecerdasan matematis logis (logical
mathematic intelligence)
c.
Kecerdasan ruang visual (visual
spatial intelligence)
d.
Kecerdasan kinestetik atau
gerakan fisik (kinesthetic intelligence)
e.
Kecerdasan music (musical
intelligence)
f.
Kecerdasan hubungan social (interpersonal
Intelligence)
g.
Kecerdasan kerohanian (intarpersonal
intelligence)
B.
Bakat
1.
Pengertian Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan dating. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan
intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas
atau cerdas luar biasa disebut juga sebagai
talented child, yakni anak berbakat.
Bakat
merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu
bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa
sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi menunjukan bakatnya dalam sejarah dsb. Seperti halnya kecerdasan,
maka bakatpun beberapa ahli memberikan rumusan yang tidak selalu sama tentang
bakat ini.
W.B
Michael (1960) merumuskan bakat sebagai “pattern of behavior involved in the
performance of a task respect to which the individual has had little or no
previous training”. Rumusan bakat dari Michael tidak banyak berbeda dengan
apa yang telah penulis kemukakan bahwa bakat merupakan suatu kapasitas atau
potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar. Bakat berkenaan
dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan.
Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan
dan latihan. Seorang peserta didikyang berbakat dalam bidang elektro, misalnya,
akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang
berhubungan dengan bidang tersebut disbanding dengan peserta didiklainnya.
Inilah yang kemudian disebut bakat khusus yang konon tak dapat dipelajari
karena merupakan karunia inborn
(pembawaan sejak lahir).
Ada dua
kelompok bakat yang dimiliki individu yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan. Bakat
sekolah atau scholastic aptitude merupakan bakat yang dimiliki seseorang
yang mendukung penyelesaian tugas-tugas atau perkembangan sekolah atau pendidikan.
Bakat ini terutama berkenaan dengan kapasitas dasar untuk menguasai pelajaran
atau perkuliahan. Bakat pekerjaan atau vocational aptitude merupakan
bakat yang dimiliki seseorang berkenaan dengan pekerjaan atau jabatan tertentu,
seperti bakat dibidang pertanian, ekonomi, hukum dsb. Garis pemisah antara
kedua jenis bakat ini sesungguhnya kurang jelas, sebab sesungguhnya sekolah
merupakan persiapan kearah bekerja. Dengan demikian bakat sekolah juga secara
tidak langsung merupakan bagian dari bakat pekerjaan.
Sehubungan
dengan hal di atas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak
bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anakanya
pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang
dimiliki anakanya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang peserta didik, dan
juga ketidak sadaran peserta didikterhadap bakatnya sendirisehingga ia memilih
jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakattnya, akan berpengaruh
buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
2.
Cara mengenali Bakat
Menurut
sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja,
tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang
pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Bakat akan sangat tergantung
pada konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup.
Sebenarnya
setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor
bakat saja. Bermacam-macam faktor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atai lapangan
kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di fakultas teknik
akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berpikir
abstrak, bahasa, mekanik dan mungkin masih banyak lagi. Karena itu ada
kecenderungan diantara para ahli sekarang untuk medasarkan pengukuran bakat itu
pada pendapat, bahwa pada setiap individu sebenarnya terdapat semua
faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan
kombinasi, kontelasi dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya
dalam mendiagnosis tentang bakat adalah membuat urutan mengenai berbagai bakat pada
setiap individu. Prosedur yang biasanya ditempuh adalah:
a. Melakukan analisis jabatan atau
analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan
supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
b. Dari hasil analisis itu dibuat
pencandraan jabatan atau lapangan studi.
c. Dari pencandraan jabatan atau
lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya
individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.
d. Dari persyaratan itu sebagai
landasan disusun alat pengungkapnya (alat pengungkap bakat), yang biasanya
berwujud tes.
Dengan
jelas dalam pikiran seperti yang digambarkan diatas itulah tes bakat disusun.
Sampai saat ini boleh dikata belum ada tes bakat yang cuckup luas daerah
pemakaiannya. Berbagai tes bakat yang telah ada seperti misalnya FACT (Flanagan
Aptitude Clasifikasion Test) yang disusun oleh Flanagan, DAT (Differential
Aptitude test) yang disusun oleh Bannet yang masih sangat terbatas daerah
berlakunya. Hal ini disebabkan karena tes bakat sangat terikat pada konteks
kebudayaan dimana tes itu disusun, sedangkan macam-macamnya bakat itu juga
terikat kepada konteks kebudayaan dimana klasifikasi bakat itu dibuat.
Bagi kita bangsa Indonesia
kiranya sangat mendesak untuk diciptakannya tes bakat itu, baik untuk keperluan
pemilihan jabatan atau lapangan kerja, maupun untuk pemilihan arah studi.
C. Minat
Menurut
Tidjan minat adalah gejala psikologi yang membutuhkan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut
jelaslah bahwa minat itu sebagaai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap
suatu objek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh
perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasrnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan dengan sesuatau di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat menurut Muhibbin Syah adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sejalan dengan yang diungkapkan Slameto minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Menurut
Slameto minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan
bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lainnya, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik
memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Minat tidak
dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan
menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang akan mempelajarinya
Untuk
mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya
minat segala kegiatan yang dilakukan kurang efektif dan efisien. Timbulnya
minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat
untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup
senang dan bahagia. Peserta didikterkadang mempunyai minat yang tinggi pada
suatu pelajaran namun tidak pada pelajaran lain Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang menghasilkan prestasi
yang rendah.
. Minat
anak terhadap benda-benda tertentu dapat timbul dari berbagai sumber antara lain
perkembangan instink dan hasrat, fungsi-fungsi intelektual, pengaruh
lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dsb.
Berdasarkan
defenisi minat tersebut di atas bahwa minat mengandung unsure-unsur sebagai
berikut:
1.
Minat adalah suatu gejala
psikologis
2.
Adanya pemusatan perhatian,
perasaan dan pikiran dari subjek karena tertarik.
3.
Adanya perasaan senang terhadap
objek yang menjadi sasaran
4. Adanya kemampuan atau
kecenderungan pada diri subjek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.
Menurut
Guilford minat dibedakan menjadi beberapa jenis minat, yaitu pertama minat
vokasional, yaitu minat yang merujuk pada bidang-bidang pekerjaan. Misalnya
professional, komersial, kegiatan fisik. Kedua minat avokasional yaitu minat
untuk memperoleh kepuasan atau hobi misalnya petualangan, hiburan, hobi,
apresiasi, ketelitian dll.
D.
Emosi
1. Pengertian Emosi
Emosi merupakan perpaduan dari
beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relative tinggi dan
menimbulkan suatu gejolah suasana batin , suatu stirred up or aroused state
of the human organization.
Emosi merupakan suasana bati yang dihayati oleh
seseorang pada suatu saat, emosi menunjukkan suasana bati yang lebih dinamis,
bergejolak, Nampak dan terbuka karena lebih termanifestasikan dalam perilaku
fisik. Emosi seperti halnya perasaan juga membentuk suatu kontinum, bergerak
dari emosi positif sampai dengan bersifat negative.
Emosi sangat memegang peranan
penting dalam kehidupan individu, akan member warna pada kepribadian, aktivitas
serta penampilannya. Juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan
mentalnya.agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap tercipta maka
individu perlu mengadakan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang
konstruktif.
James C. Coleman mengemukakan beberapa
cara untuk memelihara emosi yang konstruktif yaitu:
a. Bangkitkan rasa humor. Yang
dimaksud dengan humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimism.
Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan tertawa
meskipun sedang menghadapi kesulitan.
b. Peliharalah selalu emosi-emosi
yang pofitif jauhkanlah emosi negative. Dengan selalu mengusahakan munculnya
emosi positif maka sedikit sekali kemunggkinan individu akan mengalami emosi
yang negative.
c. Berorientasi pada kenyataan. Kehidupan
individu memilikititik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak banyak
terjerumus dalam penghayatan akan emosi-emosi yang bersifat negative, sebaiknya
individu selalu bertolak dari kenyataan apa yang dimilikidan bisa dikerjakan
dan ditujukan kepada suatu pencapaian yang nyata pula.
d. Kurangi dan hilangkan emosi yang
negative. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi emosi negative
adalahpemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan
pola-pola tindakan atau respon emosional, mengadakan pencurahan perasaan.
2. Ciri-ciri Emosi
Minimal terdapat empat cirri-ciri dari emosi yaitu:
a. Pengalaman emosional bersifat
pribadi. Kehidupan emosional seorang individu tumbuh dari pengalaman
emosionalnya sendiri, pengalaman emosional ini sangat subjektif dan bersifat
pribadi dan berbeda antara individu satu dengan individu lainnya.
b. Adanya perubahan aspek jasmaniah.
Pada waktu individu menghayati suatu individu, maka terjadilah beberapa
perbahan pada aspek jasmaniah. Perubahan- perubahan tersebut tidak selalu
terjadi secara serempak.
c. Emosi diekspresikan dalam
perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam perilakunya,
terutama dalam ekspresi roman muka dan suara.
d. Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga halnya dengan emosi dapat mendorongg suatu kegiatan, apakah menjauhinatau mendekati suatu objek yang memberikan rangsangan emosional.
d. Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga halnya dengan emosi dapat mendorongg suatu kegiatan, apakah menjauhinatau mendekati suatu objek yang memberikan rangsangan emosional.