Makalah Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (BAB II)
A. Psikologi Pendidikan
Psikologi (dari bahasa
Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak
mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut
yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental.
Psikologi adalah ilmu yang
tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, orang di sepanjang sejarah telah
memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan
Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam
psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya
tentang fenomena psikologi. Descrates (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan
adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga
memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam
abad tujuh belas dan delapan belas-Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan
Hume memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi
masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan. Wilayah Aplikasi
psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun
demikian, belum terbiasanya orang-orang indonesia dengan spesialisasi membuat
wilayah aplikasi ini rancu. misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin
saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.
1. Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga
hampir sebagian besar teori-teori dalam 3 psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi
pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam
setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan
pengelolaan organisasi sekolah.
2. Psikologi sekolah
Psikologi sekolah
berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan
kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
3. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi industri
memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu
pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi
mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan
anggota-anggotanya.
4. Psikologi Kerekayasaan
Penerapan Psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia
dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan
mesin (human error).
5. Psikologi Klinis
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam
memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.
Dalam Undang-Undang NKRI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
proses pembangunan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Berkaitan dengan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional tersebut maka pendidik mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan. 4 Standar nasional pendidikan No.
19 Tahun 2005 menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam hal ini,
psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mempelajari bagaimana manusia
belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar,
dan pengelolaan organisasi sekolah guna mencapai tujuan pendidikan nasional
yang sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga terselenggara proses
pendidikan yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
B. Pendidikan Anak Usia Dini
Sekarang ini memang sedang
ada kecenderungan anak "masuk" sekolah sedini mungkin, terutama
dikota-kota besar. Bahkan sebelum berusia 2 tahun pun sudah bisa diterima di
suatu sekolah. Hal ini terjadi karena banyak ibu yang bekerja diluar rumah, sehingga
anak tidak mendapat pengasuhan atau stimulasi yang optimal. Kalau anda/keluarga
mempunyai kesempatan mengasuh anak sendiri di rumah, anda juga bisa melakukan
bimbingan agar anak kelak tidak pemalu tetapi cerdas, percaya diri, dan mudah
menyesuaikan diri. Jadi biasakan anak bertemu dan bermain dengan anak lain yang
sebaya,serta beri kesempatan ia pergi dengan orang dewasa lain yang dapat
dipercaya selain orang tuanya sendiri. Umumnya usia yang baik untuk anak
memulai sekolah TK pada usia 4-5 tahun. Sambil menanti usia ini ada baiknya
anda dan anggota keluarga lainnya bisa mengoptimalkan perkembangan anak
dirumah.
Menjamurnya lembaga-lembaga
pendidikan untuk anak-anak usia dini memunculkan berbagai akibat, baik positif
maupun negatif. Menilik pada pernyataan di atas, memang kurang tepat apabila
anak-anak usia dini ‘dipaksa’ untuk mengikuti proses pendidikan di luar
lingkungan keluarganya. Apalagi dengan banyaknya kekurang pahaman
lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan anak usia dini terhadap psikologi
perkembangan anak yang berpengaruh terhadap metode pembelajaran yang
diterapkan. Kurangnya pemahaman terhadap metode pembelajaran mungkin disebabkan
kebingungan para tenaga pendidik. Dalam mengajar mereka hanya berorientasi pada
faktor pemikiran. Padahal dalam mendidik anak usia dini, faktor emosi juga
menjadi hal yang tak kalah penting. Keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh faktor itu. Dalam suasana emosi yang gembira, mereka menjadi
mudah menangkap maksud yang disampaikan. Oleh karena itu pembelajaran yang
diterapkan menggunakan metode belajar sambil bermain.
Dalam PAUD, anak-anak tidak
diwajibkan bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Tapi seringkali
dalam seleksi masuk SD, siswa diharuskan menguasai calistung. Kemampuan anak
dalam calistung menjadi kewajiban para guru SD. Menurut staf pengajar Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia (UI) Dr Soemiarti Patmonodewo, tidak menjadi
masalah jika calistung diajarkan di lembaga PAUD. Asalkan, penyampaiannya
dilakukan dengan cara yang tepat. "Kesalahan dalam penyampaian justru akan
membuat anak stres,'' ujarnya. Pemberian perintah secara langsung, kata dia,
sebaiknya dihindari. Sebab bisa membuat anak tertekan. "Kondisi itu
membuat tujuan dari pembelajaran akan susah tercapai.'' Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini ialah proses pendidikan yang
diselenggarakan bagi anak-anak balita guna membentuk mental, akhlak, dan
kepribadian, serta perilaku. Alangkah baiknya PAUD dapat diselenggarakan di
lingkungan rumah bersama keluarga, sehingga tetap memperhatikan perkembangan
peserta didik secara komprehensif, walau sangat penting juga bagi anak untuk
bersosial dengan teman sebayanya.
C. Peranan Psikologi Pendidikan Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Kajian psikologi pendidikan
telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita
mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical
conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,
teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas
dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut,
pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang
signifikan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi
pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi
kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas
prinsip dalam belajar, yakni :
1.
Agar
seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2. Tujuan itu
harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena
dipaksakan oleh orang lain.
3. Orang itu
harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun
untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.
Belajar itu
harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.
Selain
tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.
Belajar
lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.
Seseorang
belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula
aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8.
Seseorang
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9. Untuk
belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang
sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
Fase perkembangan psikologi,
menurut Hurlock (1980) yang memberi istilah “strages in the life span”
(tingkatan-tingkatan dalam rentang waktu kehidupan) bagi seluruh proses
perkembangan individu, diantaranya ialah fase anak-anak yang ciri-cirinya sebagai
berikut:
1. Belajar
keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain seperti lompat jauh, lompat
tinggi dan sebagainya.
2.
Membina
sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu
yang sedang berkembang.
3. Belajar
bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di
masyarakat.
4.
Belajar
memainkan peran.
5.
Mengembangkan
dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
6.
Mengembangkan
konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
7.
Belajar
mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri.
Psikologi
pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan PAUD,
baik itu di lingkungan rumah maupun di lembaga-lembaga penyelenggara PAUD.
Dengan psikologi pendidikan, kita dapat merencanakan dan mengambil
langkah-langkah yang tepat dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak
usia dini. Kita juga dapat menentukan materi, metode, pendekatan, kurikulum,
serta sistem penilaian yang tepat untuk peserta didik.
2 komentar
terima kasih telah menulis artikel ini, bisa menjadi referensi bagi kami untuk membuat/belajar membuat makalah
Sama-sama mba.. Semoga bisa bermanfaat..