Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Menurut Philip Kotler dalam bukunya “Marketing Manajement” memberikan definisi tentang kepuasan
pelanggan, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal
dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapan-harapannya.
Dengan demikian tingkat kepuasan adalah : suatu fungsi
dari perbedaan antara penampilan yang di rasakan dan harapan. Ada tiga tingkat
kepuasan, bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak di puaskan. Bila
penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas. Apabila penampilan
melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Peranan Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien
dari persepsi pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan akan tercapai apabila di
peroleh hasil yang optimal, bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan
memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya. Ada perhatian terhadap keluhan,
kondisi lingkungan fisik, dan tanggap atau memprioritaskan kebutuhan pasien,
sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik baiknya, antara tingkat rasa puas
atau hasil serta jerih payah yang harus di alami guna memperoleh hasil tersebut
(Soejadi, 1996).
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepuasan Atau Ketidakpuasan Pasien
Menurut Wijono D. (1999) salah satu dari Out came penggunaan pengalaman pelanggan
adalah: kepuasan atau ketidak puasan terhadap produk atau jasa pelanggan, positif
atau negative berdasarkan pengalamannya. Satu langkah lebih maju dari
membandingkan penggunaan pengalaman(nilai riil) terhadap beberapa standar dan
nilai yang di harapkan atau di antisipasi. Puas atau tidak puas tergantung pada
: (a). sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atu tidak senang). (b).
tingkatan dari evaluasi baik atau tidak baik untuk dirinya melebihi atau di
bawah standart.
Kepuasan pasien di pengaruhi oleh banyak faktor antara
lain yang bersangkutan dengan (1). Pendekatan dan perilaku petugas, perasan pasien
terutama pada saat pertama kali datang. (2). Mutu informasi yang di terima
seperti, apa saja yang di kerjakan, apa saja yang dapat di harapkan. (3).
Prosedur perjanjian.(4). Waktu tunggu. (5). Fasilitas umum yang tersedia.(6).
Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, Privacy dan pengaturan kunjungan (7). Out Came terapi dan perawatan yang di terima.(Wijono D, 1999).
Alma Buchari (2000). Menyebutkan faktor-faktor yang
dapat menyebabkan rasa ketidakpuasan pelanggan: (a). tidak sesuai antara harapan
dan kenyataan yang di alami (b). layanan selama proses menikmati jasa tidak
memuaskan (c). perilaku personel tidak atau kurang memuaskan (d). suasana dan
kondisi fisik tidak menunjang (e). Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu
jauh, banyak waktu terbuang dan harga terlalu tinggi (f). promosi atau iklan terlalu muluk tidak
sesuai dengan kenyataan.
Menurut From (Cit. Marthen, 1996). Kepuasan adalah
terbebasnya ketegangan, kesenangan yang sangat atau berlebihan dan yang di
peroleh secara psikologis. Dalam konteks medis kepuasan pasien dapat di bedakan
menjadi dua 2 bagian besar : (1). kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan
kode etik serta standard pemberi pelayanan (2). kepuasan yang mencakup pada
semua persyaratan kesehatan yang meliputi persediaan pelayanan kesehatan, kewajaran pelayanan kesehatan,
kesinambungan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan,
keterjangkauan pelayanan kesehatan, efesiensi pelayanan kesehatan dan mutu
pelayanan kesehatan. (Azwar, 1994). Pasien akan lebih puas apabila tempat
pelayanan kesehatan mudah tercapai , kualitas hubungan antar pribadi baik dan
kualitas pelayanan baik. (Wiryanto, 1991).
Kepuasan konsumen atau
pelanggan ialah suatu bentuk perasaan seseorang yang mendapatkan pengalaman
kinerja atau hasil yang telah memenuhi harapannya. Kepuasan merupakan suatu
fungsi bertingkat secara relatif dari suatu harapan dan hasil yang di terima. Seseorang
akan memiliki pengalaman dalam satu atau tiga jenis kepuasan, jika yang di
peroleh melebihi dari hasil yang di harapkan, maka orang tersebut akan
memperoleh tingkat kepuasan yang tinggi, dan jika yang di terimanya sesuai dengan
apa yang di harapkan maka orang tersebut akan merasa puas dan jika hasil yang
di terimanya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan maka orang tersebut akan
merasa kecewa. Soejati ( Cit. Marthen ,
1996).
Mengukur Mutu Dan Kepuasan
Pelanggan
Menurut Gerson, Ricart F. (2002) menyatakan bahwa Terdapat berbagai
jenis alat untuk mengukur mutu dan kepuasan pelanggan, dan banyak di antaranya
bisa di fungsikan secara bergantian. Meskipun demikian, ada seperangkat yang
terdiri dari 7 alat “dasar” untuk mengukur mutu. Alat tersebut adalah :
1. Lembar periksa
Lembar periksa merupakan
sebuah cara mudah untuk memahami seberapa sering munculnya mutu yang buruk,
atau terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan. Dalam bentuk kolom-kolom
alat ini di rancang untuk mengidentifikasi berbagai peristiwa yang di teliti
bersama dengan periode waktunya. Kemudian, data di kumpulkan dalam
masing-masing bidang kejadian dan di beri tanda dalam kolom periode waktu.
Kolom total di gunakan untuk menyimpulkan keseluruhan proses pengukuran.
2. Diagram pareto
Bagan pareto adalah grafik balok-balok vertikal yang membantu anda
mengidentifikasi mutu dan kepuasan pelanggan, menurut frekuensi kejadianya. grafik
tersebut juga bisa membantu anda menentukan masalah-masalah apa yang harus di
pecahkan dan dalam urutan yang bagaimana. Dengan bagan pareto, anda dengan
mudah bisa melihat bagaimana masalah yang tampaknya kecil bisa menyebabkan
masalah besar, dan bagaiman kesalahan tersebut menyita banyak perhatian anda.
Bagan pareto berdasarkan pada metode pengumpulan data seperti pada lembar
periksa, distribusi berulang, atau observasi partisipasi. Untuk menyusun bagan
pareto, pertama- tama anda harus mengidentifikasi masalah yang akan di kaji,
kemudian memutuskan unit pengukuranya. Kumpulkan data dalam periode waktu
tertentu, dan kemudian gambarkan hasilnya dalam bentuk sebuah grafik menurut
urutan prioritasnya dengan pertama-tama menggambar masalah yang paling sering
terjadi (tampak dari balok yang paling tinggi) dan masalah-masalah yang muncul
berikutnya. Bagan tersebut memberikan bagaimana sebuah presentasi kecil
aktifitas (biasanya 20%) menyebabkan presentasi besar (biasanya 80%) masalah
mutu. Oleh karena itu, prinsip pareto juga di kenal sebagai hokum 80/20, dan
bagan tersebut akan menjelaskan secara visual.
3.
Histogram
Histogram juga bagan balok vertikal, seperti bagan pareto tetapi
dengan satu perbedaan mendasar. Histogram menunjukan informasi numerik mengenai
frekuensi distribusi data, sementara bagan pareto menjelaskan karakteristik
prodak, proses, atau jasa. Sebagai contoh, jika anda mencoba menggambarkan
secara grafis banyaknya jumlah hari-hari sakit karyawan dalam periode satu
tahun,anda perlu mengumpulkan data mengenai waktu sakit dalam format lembar
periksa.Kemudian, anda menyusun peringkat untuk data tersebut, cukup dengan
memilah jumlah hari sakit paling sedikit dengan jumlah hari sakit paling
banyak. Lalu tentukan berapa besarnya interval (kolom pada grafik balok) yang
anda inginkan untuk menunjukan data. Bagilah jumlah interval kedalam peringkat
untuk menentukan besarnya masing-masing interval. Jumlah interval menentukan
ukuran interval dan berapa jumlah data yang akan masuk dalam interval tersebut.
Berikutnya, tetapkan sekala yang akan anda gunakan untuk poros vertikal (poros Y) dan kemudian setelah menggambarkannya dalam
histogram, hitunglah ukuran tendensi sentralnya.
4.
Diagram tebar (Diagram korelasi)
Diagram tebar di gunakan untuk memepelajari hubungan potensial antara dua
variabel. Diagram ini di gunakan untuk menguji kemungkinan hubungan korelasi. Jika
terdapat hubungan, maka perubahan pada satu variabel akan segera di ikuti oleh
perubahan variabel lainnya. Untuk membuat diagram tebar, identifikasi dua
variabel yang ingin di kaji. Beri judul sumbu X dengan nama salah satu variabel
dan sumbu Y dengan nama variabel lainnya.Variabel yang di selidiki sebagai
variabel yang kemungkinan menjadi penyebab dalam hubungan tersebut biasanya di
letakkan pada sumbu X (horizontal). Kumpulkan data dan buat masing- masing
titik data. Lihat diagram dan perhatikan bagaimana “ sebaran “ masing–masing
titik pada grafik tersebut.Semakin berdekatan titik- titik tersebut untuk
membentuk garis lurus, maka semakin kuat hubungan dua variabel tersebut. Lihatlah
gambar hubungan positif, hubungan negative, dan tidak ada hubungan. Hubungan
positif terjadi bila Y meningkat dan X meningkat pula: Grafik berawal dari kiri
bawah menuju kanan atas. Hubungan negative terjadi jika X menurun sedang Y
meningkat : grafik berawal dari kiri atas menuju kanan bawah. Tidak ada hubungan
terjadi jika titik tersebar ke seluruh bagianh grafik.
5.
Diagram sebab-akibat
Diagram sebab-akibat juga di kenal sebagai diagram tulang ikan
karena bentuk tampilannya mirip kerangka tulang ikan. Bentuk paling sederhana
dari diagram ini adalah menemukan dampak final dan berusaha menentukan sebab-sebabnya
dengan cara memecah sebab-sebab tersebut kadalam berbagai katagori. Kategori standar
(penyebab utamanya ) adalah tenaga kerja atau orang, mesin atau peralatan,
bahan atau pasokan, dan metode atau proses. Masing-masing katagori tersebut di
letakkan pada tulang atau tulang punggung sehingga keseluruhan diagram tampak
seperti kerangka tulang ikan.
6.
Grafik, Run Chart dan Bagan Kembali
Semua grafik menggambarkan data pengukuran anda secara visual.
Mungkin anda sudah amat kenal dengan beberapa jenis grafik: Grafik balok ( baik
vertikal maupun horizontal ), bagan pie,Grafik
garis, dan grafik balok bertumpuk. Bagan pareto dan histogram juga merupakan
jenis grafik. Fungsi grafik menyajikan kepada pembaca sekumpulan data dalam
bentuk gambar. Run Chart adalah
grafik garis. Run Chart merupakan
koleksi poin-poin data (pengukuran) dalam periode waktu tertentu yang di
gambarkan dalam grafik, anda juga bisa memasukkan
sebuah garis lurus dalam bagan tersebut untuk menggambarkan rata-rata
keseluruhan data pengukuran. Bagan kendali membantu anda menetapkan mutu tetapi
tidak menemukan penyebab yang mendasari proses tersebut. (Untuk mengetahui anda
harus menggunakan tehnik alin). Bagan kontrol juga membantu anda menentukan
besarnya variabilitas yang terjadi dalam proses. Variabilitas bisa juga
bersifat acak ( sewaktu-waktu) atau assignable.
Variabilitas acak diharapkan muncul ketika proses berjalan dalam batas kendali
statistik. Penyebab acak selalu muncul, melekat dalam sifat proses, tidak bisa
di identifikasi atau di hilangkan, dan tidak mungkin untuk mengendalikannya
karena sifatnya tidak di ketahui.
7.
Stratifikasi
Stratifikasi adalah metode untuk membuat pengumpulan dan pelaporan
data pengumpulan lebih menjadi akurat. Adakalanya data itu sendiri menutupi
sumber data individual dari suatu data. Sebagai contoh, run chart menggambarkan jumlah keseluruhan barang yang di
kembalikan oleh pembeli. Meskipun demikian, mungkin anda ingin mengetahui
barang apa yang paling banyak di kembalikan. Di sinilah metode stratifikasi di
perlukan. Pecahlah data kedalam beberapa katagori, seperti jenis, lokasi,
ukuran, departemen, jarak dan sebagainya. Dengan Pembagian ini memungkinkan
anda untuk menentukan secara lebih jelas dan tepat bidang-bidang yang perlu di
perbaiki mutunya.
8. Dari model yang coba di kembangkan oleh Parasuraman, maka kualitas pelayanan dapat di ukur dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang di harapkan dengan pelayanan yang di terima dan di rasakan oleh konsumen. Apabila mutu pelayanan yang di terima atau di rasakan sesuai yang di harapkan, maka kualitas pelayanan yang di persepsikan baik dan memuaskan. Jika kualitas pelayanan yang di terima melampui harapan pelannggan, maka kualitas pelayanan di persepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika kualitas pelayanan yang terima lebih rendah dari pada yang di harapkan, maka kualitas pelayanan yang di peresepsikan buruk (Parasuraman, 1988) Dengan demikian untuk mengukur baik buruknya suatu kualitas pelayana tergantung pada kemampuan penyedia pelayanan kesehatan dalam memenuhi harapan pelanggan secara efesien dan konsisten (Soejadi , 1996).
8. Dari model yang coba di kembangkan oleh Parasuraman, maka kualitas pelayanan dapat di ukur dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang di harapkan dengan pelayanan yang di terima dan di rasakan oleh konsumen. Apabila mutu pelayanan yang di terima atau di rasakan sesuai yang di harapkan, maka kualitas pelayanan yang di persepsikan baik dan memuaskan. Jika kualitas pelayanan yang di terima melampui harapan pelannggan, maka kualitas pelayanan di persepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika kualitas pelayanan yang terima lebih rendah dari pada yang di harapkan, maka kualitas pelayanan yang di peresepsikan buruk (Parasuraman, 1988) Dengan demikian untuk mengukur baik buruknya suatu kualitas pelayana tergantung pada kemampuan penyedia pelayanan kesehatan dalam memenuhi harapan pelanggan secara efesien dan konsisten (Soejadi , 1996).