Manfaat Ilmu Antropologi Bagi Indonesia
Definisi
Ilmu Antropologi
Antropologi adalah suatu
studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku,
keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa
Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia
dan logos memiliki arti cerita atau kata. Objek dari antropologi adalah manusia di
dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan
antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku
bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Menurut William A
Haviland seorang antropolog amerika.antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari keanekaragaman manusia dan budayanya.dengan mempelajari kedua hal
tersebut antroplogi adalah study yang berusaha menjelaskan berbagai
bentukperbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
Koentjaraningrat bapak
antropologi Indonesia mendukung definisi yang diberikan oleh haviland
tersebut.ia menyatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusiapada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan (koentjaraningrat,1996:4) Macam-Macam Jenis
Cabang Disiplin Ilmu Anak Turunan Antropologi :
1.
Antropologi Fisik
Paleoantrologi
adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan
meneliti fosil-fosil
Somatologi
adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia
dengna mengamati ciri-ciri fisik.
2.
Antropologi Budaya
Prehistori
adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan.
Etnolinguistik
antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku
bangsa yang ada di dunia/bumi.
Etnologi
adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat
suku bangsa di seluruh dunia.
Etnopsikologi
adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada
bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang
pada konsep psikologi.
Di samping itu ada pula
cabang ilmu antropologi terapan dan antropologi spesialisasi. Antropology
spesialisasi contohnya seperti antropologi politik, antropologi kesehatan,
antropologi ekonomi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari penjelasan singkat
diatas,dapat dilihat bahwa secara umum antropologi erat kaitanya dengan segala
aspek budaya yang melekat dengan manusia.antropologi mempelajari semuanya
secara menyeluruh.disini terlihat peran penting antropologi di Indonesia,hal
ini karena mengingat indonesia merupakan suatu negara dengan ratusan
budaya.artinya ada peluang untuk antropologi dalam mengkaji budaya di indonesia
yang beranekaragam tersebut.
Fase
Perkembangan Antropologi
llmu Antropologi tidak muncul
begitu saja di dunia ini. Akan tetapi, ilmu antropologi berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
1.
Fase Pertama
Fase ini
terjadi sebelum tahun 1890, yang diawali dengan kedatangan bangsa Eropa Barat
untuk melihat suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika selama
4 abad. Akibatnya, beberapa daerah di Bumi ini terkena pengaruh negara-negara
Eropa Barat.
Ekspansi bangsa
Eropa Barat ke berbagai daerah di bumi ini ternyata menghasilkan suatu laporan
tentang dunia luar Eropa barat. Laporan tersebut diperoleh dari para musafir,
pelaut, pendeta agama Nasrani dan lain-lain. Didalam laporan tersebut terdapat
suatu ilmu pengetahuan tentang diskripsi adat-istiadat, bahasa dan ciri fisik
dari suku-bangsa Afrika, Asia, Oseania serta suku Indian yang terdapat di
Amerika. Laporan tadi disebut Etnografi, atau diskripsi tentang bangsa-bangsa.
Selain itu,
laporan yang diperoleh para musafir tersebut sangat menarik orang-orang Eropa
Barat karena didalamnya mengandung beberapa kebudayaan yang sangat berbeda
dengan kebudayaan yang dimiliki bangsa Eropa. Akan tetapi beberapa laporan yang
diperoleh sering kali bersifat kabur. Dengan adanya kekurangan pada laporan
yang dibuat oleh para pelaut itu, justru menarik perhatian kaum terpelajar di
Eropa Barat untuk mempelajari lebih dalam. Hal ini menimbulkan 3 macam pandangan
orang Eropa Barat terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan
orang-orang Indian di Amerika, antara lain
Beberapa Orang
eropa menganggap bahwa bangsa-bangsa asing itu bukan manusia sebenarnya
melainkan keturunan iblis. Kemudian munculah istilah primitives untuk
menyebut bangsa asing tersebut.· Beberapa orang eropa memandang bahwa bangsa-bangsa asing tadi adalah contoh
dari masyarakat yang masih murni(belum kemasukan kejahatan dan keburukan).·Beberapa orang eropa justru tertarik akan kebudayaan bangsa-bangsa asing
tadi.
2.
Fase Kedua
Fase yang kedua
ini muncul kira-kira pertengahan abad ke-19. Didalam fase ini, orang-orang
eropa mulai menyusun karangan-karangan etnografi berdasarkan cara berpikir
evolusi masyarakat. Menurut cara berpikir mereka, masyarakat beserta
kebudayaannya telah berevolusi dalam jangka panjang, dari tingkat kebudayaan
yang rendah ke tingkat kebudayaan yang lebih tinggi. Yang dimaksud dengan
kebudayaan tinggi misalnya kebudayaan bangsa Eropa, sedangkan bangsa-bangsa
diluar Eropa dianggap kebudayaannya masih rendah atau sering disebut primitif.
Oleh karena
itu, dengan munculnya karangan yang mengklasifikasikan data tentang
keanekaragaman kebudayaan di seluruh dunia, maka timbulah suatu ilmu
pengetahuaan yang disebut antropologi. Ilmu ini bertujuan untuk mempelajari
masyarakat beserta kebudayaannya untuk mengetahui sejarah perkembangan dan
penyebaran kebudayaan manusia.
3.
Fase Ketiga
Fase ini muncul
pada permulaan abad ke-20, bersamaan dengan berkembangnya penjajahan di daerah-daerah
luar Eropa. Pada fase ini, Ilmu Antropologi
banyak dibutuhkan oleh bangsa penjajah, untuk kepentingan pemerintah
jajahannya. Hal ini dikarenakan, pemerintah kolonial tadi mengalami
permasalahan dengan penduduk pribumi. Dengan demikian ilmu antropologi pada
fase ini memiliki tujuan mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa
di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4.
Fase Keempat
Fase ini
berlangsung sesudah tahun 1930. Pada waktu itu ilmu antropologi mulai mengalami perkembangan yang pesat pada jumlah
bahan pengetahuan yang jauh lebih valid, maupun pada ketajaman dari metode
ilmiahnya. Hal ini kemudian mengalami hambatan ketika timbulnya antipati
terhadap kolonialisme pasca Perang dunia ke II. Akan tetapi para antropolog
tidak putus asa dalam menghadapi kendala tersebut. Mereka mulai mengembangkan
lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang baru, yaitu sasaran
dari penelitian tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitif yang berada di luar
benua eropa, melainkan sudah beralih ke daerah pedesaan di eropa. Didalam fase
ini, tujuan ilmu antropologi yang baru dibagi menjadi 2, yaitu tujuan
akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademikal adalah mengetahui
pengertian tentang manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai macam
bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Sedangakan tujuan praktisnya yaitu
mempelajari berbagai macam bentuk masyarakat, guna membangun masyarakat
tersebut.
Antropologi Masa Kini
Meskipun ilmu
antropologi telah berkembang pesat di kalangan bangsa-bangsa besar di dunia
ini, masih ada saja perbedaan tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi. Hal
ini terjadi terutama pada negara Amerika, Inggris, Eropa Utara, Uni soviet dan
beberapa negara berkembang.
1.
Amerika Serikat
Di negara ini,
ilmu antropologi telah menyatukan seluruh warisan bahan dan metode ilmu
antropologi dari fase pertama sampai ketiga. Selain itu, timbulnya berbagai
spesialisasi yang telah dikembangkan secara khusus guna mencapai pengertian
tentang keanekaragaman kebudayaan suatu masyarakat. Kemudian fase keempat ilmu
antropologi berkembang luas di universitas-universitas Amerika serikat.
2.
Inggris
Di negara ini,
ilmu antropologi pada fase ketiga masih dilakukan, akan tetapi dengan lepasnya
beberapa jajahan negara Inggris,maka ilmu antropologi pun mengalami perubahan
sifat. Dulunya negara inggris menggunakan ilmu antropologi untuk keperluan
pemerintah-pemerintah jajahannya. Namun, sekarang ilmu antropologi digunakan
untuk memperhatikan berbagai masalah mengenai dasar-dasar masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya.
3.
Eropa Utara
Para sarjana di
Beberapa negara Skandinavia, menggunakan metode antropologi yang telah
dikembangkan di Amerika. Ilmu antropologi di negara ini bersifat akademikal.
Selain itu, mereka juga mempelajari daerah-daerah di luar Eropa dan mempunyai
keistimewaan akan hasil penelitian mereka terhadap suku Eskimo.
4.
Uni Soviet
Perkembangan
ilmu antropologi di Uni Soviet tidak terlalu menonjol dikalangan dunia luar.
Hal ini disebabkan karena, Uni Soviet seakan-akan menutup diri dari pengaruh
dunia luar, terutama terhadap negara barat. Akan tetapi, beberapa tulisan
menyebutkan kegiatan penelitian di Uni soviet sangatlah besar. Para antropolog
di negara ini menganut konsep K. Marx dan F. Engels yang membicarakan tentang
tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
5.
Indonesia
Saat ini ilmu
antropologi di indonesia baru dikembangkan secara khusus. Di dalam menentukan
dasar-dasar dari antropologi, antropolog indonesia belum terikat oleh suatu
tradisi, sehingga kita dapat memilih dan mengombinasiakan beberapa unsur dari
berbagai aliran antropologi yang sudah ada. Dengan demikian kita dapat
menentukan dasar ilmu antropologi yang sesuai dengan kondisi kebudayaan yang
beraneka ragam di Indonesia.
Manfaat
Disiplin Ilmu Antropologi Bagi Indonesia
Sebenarnya ketika kita
melihat kebudayaan Indonesia yang begitu beranekaragam,jumlah
suku,ras,agama,etnis dll berbagai kompenen kebudayaan lainya yang begitu bervariasi ada di
indonesia.Multikulturalisme merupakan objek kajian yang tersedia sebagai
laboratorium alami bagi para antropolog untuk meneliti.namun apakah peran ilmu
antropologi hanya sebatas penelitian suku suku terasing atau kebudayaan
purbakala saja?tentunya tidak,objek kajian antropologi seperti yang telah
sebutkan adalah manusia dan kebudayaanya yang mengandung konsekuensi,manusia
jaman sekaranpun dengan segala bentuk kompleksitasnya dipelajari oleh para
antropolog.
Disinilah dilema mulai
terjadi,ilmu antropologi yang seharusnya berperan dalam menjelaskan tentang manusia
dan kebudayaannya nampaknya sedang mengalami krisis. tanpa bermaksud
menyinggung rekan mahasiswa antropologi, statement saya menyitir kata kata guru
besar Antropologi UI yaitu Prof Dr Amri Marzali,beliau berkata begini “Masalah yang nyata menghadang di depan mata
para mahasiswa terutama adalah masalah perut, masalah karir, masalah masa depan
diri, dst. Dan masalah ini adalah juga masalah negara bangsa. Bukankah negara
dibangun untuk memberikan masa depan yang baik bagi setiap rakyatnya? Bukankah
satu Fakultas, Jurusan atau Program Studi selayaknya memikirkan dengan serius
lapangan kerja yang dapat dimasuki dan jaminan karir masa depan lulusannya?
Sehubungan dengan hal itu, kembali saya pertanyakan, apa yang bisa diperbuat
dengan keahlian dalam bidang antropologi untuk mengisi perut, untuk
meningkatkan karir, dan menjamin masa depan yang cerah bagi diri lulusannya?
Baik ketika saya masuk menjadi mahasiswa pada tahun 1962 sampai ke masa saya
sudah menjadi profesor tahun 2002 sekarang ini, jawabannya masih sama,yaitu
‘tidak meyakinkan’”.
Dari kata kata beliau
apa yang saya tangkap adalah kurang marketablenya disiplin Ilmu Antropologi di
Indonesia,hal ini terbukti dengan sedikitnya Universitas Negeri di Indonesia
yang membuka jurusan ini di fakultasnya. Hanya beberapa universitas saja yang
sudi mengajarkan ilmu ini secara khusus yaitu Universitas Indonesia (UI),
Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas
Udayana (UNUD), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Sam Ratulangi
(UNSRAT) dan Universitas Cendrawasih.
Hal
ini membuktikan bahwa perkembangan ilmu antropologi tidaklah sepesat disiplin
ilmu lainya seperti halnya Manajemen,Akuntansi,Komunikasi atau bahkan
Administrasi Negara.
Sebelum kita membahas
mengenai peranan ilmu Antropologi bagi Indonesia ada baiknya kita melihat dulu
bagaimana paradigma ilmu Antropologi di Indonesia.saya melihat bahwa
antropologi mengalami masalah yang sama dengan Ilmu politik ketika masih
menggunakan pendekatan kelembagaan,ketika itu ilmu politik hanyalah suatu studi
normatif tentang struktur kekuasaan,pembicaraan yang dibahas adalah bagaimana
struktur itu dll yang pada dasarnya semua normatif dan kurang bisa menjawab
tantangan jaman.hal inilah yang saya lihat juga terjadi pada bidang studi
antropologi terutama di Indonesia.
Kebanyakan
para antropolog hanya berusaha meneliti atau memahami kebudayaan suku suku
pedalaman dan terlalu asik dengan penelitian terhadap budayanya.para sarjana
antropologi kurang bisa membawa ilmu antropologi keranah yang lebih
faktual,dalam hal ini adalah budaya modern.
Memang diakui bahwa
salah satu cabang antropologi terapan adalah antropologi perkotaan, antropologi ini
mempelajari budaya perkotaan dan manusia perkotaan. Namun seperti yang
telah saya jelaskan tadi semua study mengenai kebudayaan baru ini selalu
bersifat normatif. Memang
disadari bahwa Studi Antropologi menggunakan pendekatan positivisme yang salah
satu prinsipnya adalah value free (bebas nilai), namun bukan berarti
bidang studi antropologi menjadi bidang studi yang tidak aplikatif. kesalahan terbesar para
antropolog adalah terlalu terlena dalam dunia penelitian budaya eksotik suku
pedalaman dan melupakan kajian mengenai masyarakat modern yang ada disekitar
kita.
Jika kita ingin melihat
manusia seutuhnya,sebenarnya ada 3 ilmu seperanakan yang bisa kita pakai untuk
membedah manusia yaitu “Antropologi.
Sosiologi
dan Psikologi” ketiganya memiliki peran yang sama pentingnya dalam hal meneliti
manusia dari semua aspeknya.
Namun
kenapa kita lebih sering mendengar seorang ibu yang datang ke seorang psikolog
karena ada masalah dengan kelakuan anaknya yang menyimpang,kenapa si ibu tidak
melihat kemungkinan ada budaya yang salah disekitarnya dan berkonsultasi dengan
seorang antropolog?”
Pertanyaan tersebut
sebenarnya agak menyindir bagaimana
antropologi tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan jaman yang kian pesat.pada dasarnya ilmu
antropologi,sosiologi dan psikologi adalah 3 bayi kembar ajaib yang bertugas
menyelidiki manusia.namun,ketika revolusi industri terjadi,psikologi dengan
cepat mengalihkan pusat perhatianya pada psikologi pekerja dan bergandengan
dengan industri untuk masalah rekruitmen karyawan.
Kembali menyitiri kata
kata Prof Amri, tentang
masalaha yang dihadapi oleh antropologi.menurut beliau krisis relevansi itu
mencakup tiga hal. Pertama, berkaitan dengan konsep utilitas dalam ilmu ekonomi
atau kurang lebih asas manfaat seperti dalam ilmu ekonomi. Hal ini berhubungan
dengan keadaan bahwa saat ini antropologi berkembang dalam masyarakat yang
berorientasi pasar. Kedua, berkaitan dengan kekuatan explanatory, sampai
seberapa jauh antropologi dapat menjelaskan masalah-masalah sosial di
lingkungannya secara ilmiah. Ketiga, berhubungan dengan moral significance yang
menyangkut cara dan tujuan penggunaan antropologi. Tentu saja ini berhubungan
dengan etika keilmuan, yang menyangkut untuk apa dan siapa kegiatan keilmuan
dilakukan, untuk kejahatan kemanusiaan atau kemaslahatan.
Kalo kita mengkaji kata
kata prof Amri Marzali satu persatu,maka dapat disimpulkan bahwa memang terjadi
perubahan orientasi dikalangan mahasiswa dimana orientasi pemilihan jurusan
lebih pada nilai ekonomisnya atau dengan kata lain prospek kerja yang ditawarkan
oleh program studi tersebut.Orientasi
terhadap lapangan pekerjaan merupakan suatu hal yang realistis karena
memang di era sekarang lapangan pekerjaan yang semakin sulit didapat mendorong
mahasiswa untuk memilih jurusan yang cepat kerja,suatu alasan yang sama kenapa
fenomena SMK menjamur diseluruh Indonesia,disinilah antropologi nampaknya
kurang dapat beradaptasi pada perubahan yang telah terjadi karena asosiasi
untuk seorang antropolog adalah para pakar,pengajar dan peneliti bukan profesi.
Kedua, adalah masalah yang
sama dengan yang dialami oleh para ahli politik jaman behavioralisme, yaitu terlalu terpaku
pada penelitian ilmiah dilapangan tanpa menghiraukan fenomena yang menggejala
dimasyarakat.hal ini dapat terlihat jelas, dimana sebagian besar
karya karya antropologi tidak ubahnya sebuah penggalian masa lalu, penelitian suku
terasing dan kebudayaan purbakala namun jarang karya karya antropologi yang
menjelaskan fenomena sehari hari misalkan fenomena gisi buruk dilihat dari
sudut pandang antropologi.disini walaupun pokok pembahasan adalah kasus gizi
buruk misalnya, pendekatan
yang dipakai untuk melihatnya tidak harus selalu pendekatan medis saja namun
juga multidisplin dari kesejahteraan sosial,sosiologi dan antropologi dan saya
sangat jarang melihat antropologi memainkan peran strategis ini untuk
beradaptasi dengan perkembangan jaman.
Ketiga, adalah masalah
bagaimana antropologi digunakan,hal yang menarik adalah ketika saya membaca
tentang pengalaman profesor Amri Marzi ketika ditanya dosenya tentang hendak
jadi apa jika kuliah antropologi,
dan
prof Amri Marzi hanya bisa menjawab “ingin meneliti kebudayaan primitif” saja. hal ini saya lihat
bahwa ilmu antropologi belum bisa masuk dalam kajian multidisipliner dengan
ilmu lainya semisal sosiologi dan psikologi dalam memecahakan berbagai macam
fenomena kemasyarakatan misalnya tentang lunturnya semangat nasionalisme lebih
cenderung dibahas oleh para ahli sejarah,fenomena hilangnya kebudayaan daerah
cenderung dibahas justru oleh sosiologi dan lain lain.penggabungan
multidisipliner inilah yang saya rasa tidak atau belum terjadi pada bidang
antropologi,namun alih alih demikian justru ketiga disiplin ilmu baik
antropologi,sosiologi dan psikologi lebih berjalan sendiri sendiri dibandingkan
beriringan.
Akibat dari kesemuanya
itu jelas,ilmu antropologi yang secara idealnya dapat membantu pemecahan
masalah di indonesia menjadi mangkrak.Sumbangsih ilmu antropologi hanya sebatas
penelitian penelitian mengenai budaya budaya eksotik yang ada di Indonesia.kata
kata yang sering dipakai dalam tiap pengajaran antropologi tidak jauh dari kata
kata “kearifan lokal, multikulturalisme, kelompok budaya” dan
lain sebagainya namun signifikasinya kurang begitu dirasakan. Misalkan seperti
ini,jika saya sudah tau tentang semua budaya tersebut,lalu apa manfaat yang
akan saya dapat? ini
adalah pertanyaan yang saya ajukan kepada dosen saya suatu hari ketika mata
kuliah pengantar antropologi berlangsung.jawaban dosen saya sangat
teoritis,ketika selesai belajar antropologi, diharapkan saudara tau
tentang posisi saudara sebagai individu (I/saya),tau posisi saudara sebagai
individu dalam kelompok (me/saya tapi kolektif) dan posisi kelompok saudara
yang sama dengan kelompok lain yang berbeda (they/mereka). jawaban dosen saya ini
mengingatkan saya akan teori seft concept milik hebert mead. sebenarnya jika saya
ingin lanjut ngotot bertanya,saya ingin kembali bertanya “setelah tau itu
semua,apa signifikasinya dalam dunia kerja?”. hal inilah yang para
antropolog kurang antisipasi,
bahwa
suatu saat semua disiplin ilmu harus memiliki sumbangan dan korelativitas
dengan perkembangan masyarakat modern.
Sebenarnya masalah
antropologi yang tidak berkembang dan memberi sumbangsih besar dalam pembangunan
Indonesia tidaklah sepenuhnya salah para antropolog.Jika ingin melihat fenomena
ini secara adil,maka harus dilihat juga masalah lapangan kerja yang tersedia
bagi lulusan antropologi.pemerintah pada dasarnya tidak cukup memberikan
lapangan pekerjaan yang sesuai dengan status keilmuan seseorang.jika ingin
jujur,lapangan pekerjaan untuk antropologi itu banyak, namun lulusan
antropologi kurang dipercaya untuk masuk didalamnya. sebagai contoh, untuk masalah budaya
budaya asia eropa misal,
itu
sebenarnya merupakan lahan antropologi namun Hubungan internasional lebih
dipercaya untuk menanganinya.Untuk masalah CSR (Corporate Sosial
Resposibilities) yang pada dasarnya menggunakan pendekatan antropologi
didalamnya namun lebih dikuasai oleh anak anak ekonomi dan manajemen dan lain
sebagainya. hal
inilah yang berakibat pada kurangnya peran para antropolog karena pekerjaan
yang mereka miliki mungkin tidak sesuai atau telah diambil lahanya oleh jurusan
lain. Namun, kalau ingin jujur
antropologi sebenarnya memiliki peran besar dalam hal mengatasi masalah
degradasi moral dan kebudayaan akibat globalisasi yang sekarang berimbas pada
lunturnya budaya asli dan secara tidak langsung terganti dengan budaya
asing,disini harusnya peran para antropolog sangat diharapkan bagi kemajuan
Indonesia, namun
ketiadaan antropologi sebagai suatu profesi khusus membuat fenomena ini hanya
dikaji sebatas penelitian lapangan oleh para ahli antropologi.
Demikianlah terjadi dualisme antara idealnya antropologi sebagai ilmu yang seharusnya memiliki kontribusi penting dalam pembangunan di Indonesia dan kenyataan dilapangan yang ternyata kontribusi ilmu antropologi dalam masalah kontemporer di Indonesia masih sangat minim.disini saya selaku penulis tidak ingin menjelek jelekan,menuduh atau memandang rendah jurusan lain.saya berharap tulisan saya ini dapat menjadi semacam cambuk pelecut bagi kawan kawan saya di Jurusan Antropologi untuk dapat memberikan kontribusinya bagi pembangunan di Indonesia.
Demikianlah terjadi dualisme antara idealnya antropologi sebagai ilmu yang seharusnya memiliki kontribusi penting dalam pembangunan di Indonesia dan kenyataan dilapangan yang ternyata kontribusi ilmu antropologi dalam masalah kontemporer di Indonesia masih sangat minim.disini saya selaku penulis tidak ingin menjelek jelekan,menuduh atau memandang rendah jurusan lain.saya berharap tulisan saya ini dapat menjadi semacam cambuk pelecut bagi kawan kawan saya di Jurusan Antropologi untuk dapat memberikan kontribusinya bagi pembangunan di Indonesia.