Pemerkosaan Dan Seks Bebas Di Kalangan Remaja (BAB I)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aneka warna kepribadian individu, aneka
warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak,
keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur
kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam
struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup di muka bumi, dan
menyebabkan bahwa kepribadian tiap individu itu unik berbeda dengan kepribadian
individu yang lain.
Dalam era globalisasi yang diwarnai
dengan berbagai teknologi tinggi, membuat manusia yang mempunyai aneka warna
kepribadian berbuat seenaknya tanpa dilandasi tanggung jawab terhadap apa yang
dilakukanya. Seperti hal nya dalam kehidupan bermasyarakat, banyak para remaja
yang menganggap bahwa mereka adalah segalanya, sehingga dengan kepribadian
mereka yang seperti itu membuat mereka bergaul secara bebas.
Bangsa Indonesia telah dilanda krisis
multidimensi kini semakin di perparah dengan semakin maraknya porno aksi dan
porno grafi yang dipertontonkan secara vulgar di tengah-tengah masyarakat, ini
mengakibatkan kebobrokan moral generasi-generasi bangsa Indonesia dan ini pula
salah satu sebab mengapa maraknya kasus-kasus kriminal berupa pemerkosaan atau
pun pelecehan seksual di Indonesia.
Akhir-akhir ini sangat marak sekali
kasus pemerkosaan baik pada wanita dewasa maupun anak-anak yang di bawah umur.
Dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh mereka yang awam atau tidak
berpendidikan, tapi hal ini pula banyak dilakukan oleh orang-orang yang
berpendidikan, hal ini mencerminkan betapa parahnya kebobrokan moral di negeri
ini. Perlu adanya penanganan dan penelitian secara khusus tentang faktor-faktor
yang menyebabkan banyaknya kasus-kasus kriminal berupa pemerkosaan yang terjadi
di negeri ini.
B. Kerangka
Teori
Tindak kejahatan pemerkosaan yang dilakukan oleh anak remaja sebenarnya
berkaitan langsung dengan kematangan seksual yang ditandai oleh tanda-tanda
kelamin primer dan kelamin sekunder, sehingga akan meningkatkan dorongan
seksual pada anak remaja, selain hal tersebut juga adanya pengaruh dari
lingkungan pergaulan dan media massa.
Dalam hal ini alasan penyebab utama
penyebab terjadinya pemerkosaan adalah wanita, yaitu wanita yang menggunakan
baju-baju yang seronok yang mengundang nafsu birahi bagi siapapun yang
melihatnya, namun jika ditinjau lebih jauh faktor-faktor penyebab terjadinya
pemerkosaan bukan hanya sebatas itu saja. Dan adanya undang-undang hukum pidana
pasal 285 tentang pemerkosaan sangat penting sekali agar mampu meminimalisir
setidaknya mengenai kasus-kasus pemerkosaan yang begitu marak.
Terbukanya pergaulan bebas antara pria
dan wanita, baik bagi kalangan remaja maupun kalangan yang sudah berumah
tangga. Hal ini dimungkinkan karena sosialisasi norma dalam keluarga tidak
efektif, sementara cabang hubungan pergaulan dengan berbagai pola perilaku seks
di luar rumah meningkat yang kemudian mendominasi pembentukan kepribadian baru.
Kalangan remaja pada umumnya lebih
sensitif menyerap struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Bagi orang
tua yang bekerja di luar rumah, tidak mustahil semakin banyak meninggalkan
norma-norma dan tradisi keluarga sebelumnya, kemudian dituntut untuk
menyesuaikan diri dalam sistem pergaulan baru. Kondisi pergaulan semacam ini
seseorang tidak hanya mungkin menjauh dari perhitungan nilai harmonisasi
keluarga, akan tetapi selanjutnya semakin terdorong untuk mengejar karier dalam
perhitungan ekonomis material.
Sementara di pihak lain, penegak hukum, para pemimpin formal, tokoh masyarakat dan agama, ternyata tidak mampu berperan dengan contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan statusnya. Sebagai konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari kebebasan di luar rumah bagi para remaja. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada lingkungan bebas dengan rendahnya kontrol sosial, cenderung mengundang hasrat dan kebutuhan seks seraya menerapkannya secara bebas.
Sementara di pihak lain, penegak hukum, para pemimpin formal, tokoh masyarakat dan agama, ternyata tidak mampu berperan dengan contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan statusnya. Sebagai konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari kebebasan di luar rumah bagi para remaja. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada lingkungan bebas dengan rendahnya kontrol sosial, cenderung mengundang hasrat dan kebutuhan seks seraya menerapkannya secara bebas.