Model Pembelajaran De Cecco
Perencanaan adalah hubungan antara
apa yang ada sekarang (What is)
dengan bagaimana seharusnya (What should
be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program,
dan alokasi sumber. Perencanaan
mendahului pelaksanaan
mengingat perencanaan merupakan suatu proses menentukan ke mana harus pergi dan
mengidentifikasikan persyaratan
yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam
hal ini pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Perencanaan pembelajaran adalah
suatu proses pembuatan rencana, model, pola, bentuk, kunstruksi yang
melibatkan, guru, peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan yang
tersusun secara sitematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Secara umum model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman tau acuan dalam melakukan sebagai kekuatan. Sedangkan menurut
Briggs model adalah prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti
penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.
Model pembelajaran De Cecco adalah model yang disajikan De
Cecco pada tahun 1971 yang didasarkan atas model yang dikembangkan oleh Galser
dengan sedikit modifikasi. Kelebihan dari model pembelajaran ini ialah sangat
sederhana dan mudah untuk dipahami sehingga dapat merupakan batu loncatan untuk
mempelajari model-model yang lebih khusus dan canggih.
Perencanaan pembelajaran model De Cecco merupakan model pokok tentang
proses mengajar. Model lainnya pada dasarnya adalah perluasan dari perencanaan
pembelajaran model ini. Dan model
perencanaan ini pada hakikatnya sama dengan proses pemecahan masalah secara
umum.
Perencanaan
pembelajaran model De Cecco mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan apa
yang harus dicapai oleh siswa pada akhir suatu pelajaran. Glaser menyarankan agar tujuan kegiatan hendaknya
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku sehingga menunjukkan keterampilan-keterampilan
yang harus diperoleh oleh siswa. Selanjutnya terhadap keterampilan-keterampilan
tersebut harus disebutkan juga ukuran keberhasilan secara eksplisit dan
spesifik sesuai dengan yang diperakukan oleh kurikulum.
2. Merumuskan bagaimana
situasi permulaan siswa dan situasi sekolah. Menurut Glaser bagi guru penting sekali mengetahui secara rinci mengenai
kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kemampuan awal (entry-behavior) ini berbeda
dengan kemampuan dasar (aptitude). Kemampuan awal menunjuk pada kemampuan
prasyarat (prerequisite blackround) yang diperlukan sebagai dasar bagi
pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari. Sifatnya lebih menjurus
pada aspek tertentu, sedangkan kemampuan dasar bersifat lebih umum. Situasi
permulaan hendaknya selalu dihubungkan dengan tujuan instruksional yang akan
dicapai, karena setiap proses belajar mengajar mempunyai titik berangkat untuk
mencapai tujuan.
3. Menentukan strategi
yang bagaimana yang akan digunakan agar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
4. Menentukan cara
dan alat yang tepat untuk menentukan tercapainya tujuan instruksional yang
telah ditetapkan. Yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar
adalah alat bantu. Alat bantu itu diperlukan untuk memberikan motivasi kepada
siswa dan sekaligus membantu menjelaskan materi secara efektif.
5.
Penilaian penampilan siswa
Adapun keunggulan perencanaan pembelajaran model De
Cecco ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terpadu serta diharapkan memiliki
nilai praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari
2. Pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif
karena dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara mantap, tegas dan
fleksibel
3.
Para guru akan membekali diri menjadi seorang
guru yang baik.
Yang di maksud adalah guru membuat
persiapan yang baik dan adanya pertumbuhan berkat dari pengalaman sebagai
akibat dari hasil belajar yang terus menerus.
Bagi guru-guru yang belum berpengalaman atau calon guru/perancang dan pengembang instruksional, model ini mudah dimengerti dan merupakan landasan yang baik untuk dapat memahami beberapa konsep dasar pengembangan instruksional. Namun demikian model ini tidak memberikan penjelasan tentang alasan mengapa suatu program instruksional diberikan, atau alternatif apa sajakah yang dapat dipakai untuk mengajarkan tujuan belajar yang telah ditentukan. Di samping itu cara penilaian yang diajukan untuk mengukur keberhasilan siswa masih terlalu sederhana.
Bagi guru-guru yang belum berpengalaman atau calon guru/perancang dan pengembang instruksional, model ini mudah dimengerti dan merupakan landasan yang baik untuk dapat memahami beberapa konsep dasar pengembangan instruksional. Namun demikian model ini tidak memberikan penjelasan tentang alasan mengapa suatu program instruksional diberikan, atau alternatif apa sajakah yang dapat dipakai untuk mengajarkan tujuan belajar yang telah ditentukan. Di samping itu cara penilaian yang diajukan untuk mengukur keberhasilan siswa masih terlalu sederhana.