Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif muncul ketika ada anggapan bahwa untuk dapat belajar, seorang harus
memiliki teman atau pasangan. Pada tahun 1916, John Dewey yang mengajar di
Universitas Chicago menetapkan konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas
seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Guru menciptakan di dalam
lingkungan belajarnya suatu system sosial, memotivasi siswa untuk bekerja secara
kooperatif, sehingga siswa dapat belajar prinsip demokrasi melalui interaksi
antar siswa setiap hari. Kemudian Herbert Thelan (1954, 1969), yang juga dari
Universitas Chicago lebih tertarik pada dinamika kelompok. Beliau berpendapat
bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Selanjutnya muncul
David Johnson dan Roger Johnson tahun 1994, merupakan pencetus teori unggul
tentang pembelajaran kooperatif, memberikan pembelajaran berdasarkan
pengalaman. Belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga sumsi bahwa
belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar,
pengetahuan harus ditemukan sendiri sehingga lebih bermakna, dan komitmen
terhadap belajar paling tinggi jika tujuan pembelajaran ditentukan sendiri dan
secara aktif mempelajari tujuan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut
sehingga pembelajaran kooperatif atau dengan nama lain belajar bersama atau learning together merupakan salah satu model pembelajaran yang
efektif untuk diterapkan di sekolah. Model ini melibatkan siswa yang bekerja
dalam kelompok-kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang secara heterogen menangani
materi tertentu. Kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja
untuk menyelesaikan sebuah masalah atau tugas. Kelompok-kelompok itu
menyerahkan suatu hasil kelompok dan menerima pujian dan ganjaran berdasarkan
pada hasil kelompok tersebut.
Kooperatif
lebih menekankan pada kehadiran teman sebaya berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah kelompok dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau
tugas.
Ada
beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam kooperatif menurut Erman Suherman
(2003:260) agar menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, meliputi:
1. Siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bahagian dari suatu kelompok dan mempunyai tujuan bersama
yang harus dicapai,
2. Para siswa bergabung dalam sebuah kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa
berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh
seluruh anggota kelompok itu,
3. Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang
tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan
masalah yang dihadapi.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Kooperatif
Setiap
model atau metode pembelajaran dalam pelaksanaannya mengikuti langkah-langkah,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Berikut
langkah-langkah atau fase-fase model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (Muslimin
Ibrahim 2000:10).
1. Fase 1, Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar,
2. Fase 2, Menyajikan informasi atau materi pelajaran.
Guru menyajikan informasi atau materi
pelajaran kepada siswa dengan jalan demonstrasi, lewat bahan bacaan, atau
ceramah.
3. Fase 3, Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar.
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok dan menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya bekerjasama dalam kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien,
4. Fase 4, Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar yang memerlukan atau kelompok yang mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan
tugas mereka,
5. Fase 5, Evalusi.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempersentasikan
hasil kerjanya,
6. Fase 6, Memberikan Penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Tipe dalam Pembelajaran Kooperatif
1. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Salah satu model pembelajaran kooperatif dengan tipe yang paling sederhana. Tipe
ini mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru
kepada siswa tiap minggunya menggunkan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam
satu kelas dipecah menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat sampai
lima orang siswa, setiap kelompok harus heterogen dalam artian dalam satu
kelompok terdapat jenis kelamin, dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.
Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang
lain untuk menuntaskan materi pelajaran. Setiap anggota kelompok saling
membantu untuk memahami materi
pelajaran. Sementara proses penilaian siswa diberikan kuis tiap minggu berlaku
untuk nilai individu dan berpengaruh kepada nilai kelompok. Ganjaran atau
penghargaan diberikan kepada kelompok yang berprestasi atau memiliki perolehan
skor nilai kelompok lebih tinggi.
2. Jigsaw
Jigsaw dikembangakan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas. Dalam
penerapan Jigsaw siswa dalam satu kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang
terdiri atas 4-5 orang siswa yang juga heterogen. Materi pelajaran diberikan
dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari
bagian tertentu bahan yang diberikan. Anggota kelompok lain yang memperoleh
topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut sehingga
terbentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota
kelompok ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah
dipelajarinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri. Menyusul
pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa tersebut dikenai kuis secara
individual tentang materi belajar. Sementara bentuk penskoran adalah kelompok
dan individu dengan skor yang tinggi mendapat pengakuan dalam lembar pengakuan
mingguan atau dengan cara lain.
3. Tipe Struktural
Tipe ini memberikan penekanan pada penggunaan
struktural tertentu untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, sehingga guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat
tangan dan ditunjuk. Tipe struktur dikembangkan oleh Spencer Kagen dan
teman-temannya pada tahun 1993. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif ini menghendaki
siswa bekerja saling membantu dalam kelompok dari pada penghargaan individu.
4.
Investigasi Kelompok (IK)
Invesitigasi Kelompok dikembangkan oleh Thelan
kemudian tipe ini diperluas dan dipertajam oleh Sharon dan teman-temannya di
Universitas Tel Aviv tahun 1984. Dalam tipe invesitigasi kelompok, siswa
dikelompokkan menjadi kelompok yang beranggotakan lima atau enam orang yang
mempunyai kemampuan heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki
secara mendalam dan mempersentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Dalam pengelompokan
tersebut siswa menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan
guru mengevaluasi tiap konstribusi kelompok terhadap kerja keras sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau
kelompok.