Bahasa Dalam Berpolitik (BAB I)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Membayangkan, pemimpin politik berdiri di depan orang banyak,
berpidato tentang hal yang sangat penting, pidato yang bisa merubah pikiran
massanya. Suaranya penuh dengan emosi, katanya dapat merangsang masyarakat dan segera
mereka bersorak untuk dia. Atau berfikir mengenai banyak efimisme yang
digunakan pemerintah supaya melukiskan tindakannya yang kurang baik, misalnya
ada berita bahwa ‘Pemerintah sering menjadi “tawanan” pebisnis korup’, di sini
kata-kata ringan digunakan supaya memberi kesan yang kurang berat.
Ini menunjukkan bagaimana pentingnya bahasa berkaitan dengan
politik. Seperti George Orwell sudah menulis, ‘Bahasa politik dirancang untuk
membuat kebohongan kelihatan jujur dan pembunuhan sopan’ (Orwell, 2004). Tetapi
bahasa dalam politik tidak selalu jadi jahat karena bahasa sebagai alat yang
sama digunakan baik oleh politikus maupun aktivis.
Alat ini bisa digunakan untuk menbujuk, memberitahu dan mencela. Hal
ini berkaitan dengan bagaimana pemerintah menyakinkan masyarakat tentang
kebijaksanaannya, dan juga bagaimana masyarakat menanggapi keputusan itu.
Bahasa adalah sangat penting dalam politik, sebagai aspek yang kuat
sekali, juga terbuka, bisa digunakan baik oleh orang yang berkuasa maupun orang
biasa yang melawannya. Alasan kekuatan adalah bahasa karena bahasa bisa merubah
pendapat orang. Bahasa bisa digunakan untuk mendalangi masyarakat, terutama
dalam bidang politik sebab pidato atau argumen yang bagus bisa menyakinkan
penduduk khalayak tentang isu-isu penting.
Rumusan
Masalah
Bahasa politik adalah bahasa yang khusus, dan saya ingin mengtahui
tentang bagaimana bahasa mempengaruhi politik, dan politik mempengaruhi bahasa.
Satu aspek dalam penelitian saya meneliti tentang jargon politik dan
wacana politik. Mengapa Bahasa Indonesia membuat banyak singkatan dan dari mana
dibuatnya? Apakah bahasa yang dipakai politikus dipercaya oleh masyarakat?
Bagaimana sikap rakyat kepada pemerintah, apalagi pada saat dan sesudah pemilu?
Aspek lain yang menarik saya adalah orang-orang yang terlibat dengan politik,
tetapi berada diluar struktur politik yang utama. Untuk alasan-alasan apa
pemerintah dilawannya? Bagaimana pendapatnya kepada pemerintah daripada
masyarakat biasa? Penomena ‘plesetan’
menarik saya karena hal ini tidak banyak di jumpai Australia. Ada banyak kata
baru yang dibuat oleh pemerintah di satu sisi dan terdapat cara masyarakat
untuk melawan pemerintah di sisi lain untuk menyerang bahasa melalui plesetan.
Metodologi Studi Lapangan
Untuk metode pengumpulan data, saya sudah mewawancarai orang-orang
dari bidang yang berbeda, misalnya, mahasiswa, akedemisi, orang yang terlibat
dalam organisasi activis, dan orang jalanan. Semua riset dilakukan di Malang. Riset saya sangat subjektif, didasarkan di atas
wawancara, observasi dan juga artikel-artikel dari koran. Koran-koran mempunyai
contoh terbaik bagaimana singkatan lazim dalam Bahasa Indonesia.